Mohon tunggu...
Jean Rachman
Jean Rachman Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Life,is full surprises, unpredictable, sometimes can be like puzzle

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mereka juga manusia...

3 April 2011   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingat dulu waktu kecil, karena Ibu saya wanita yang bekerja di luar rumah dan saya tiga bersaudara, jadi otomatis dirumah kami selalu ada seseorang yang membantu  pekerjaan rumah kami sehari-hari. Dan untuk itu, Ibu mengajari kami sejak kecil untuk menghormati dan menghargai orang yang membantu dirumah kami, beliau mengharuskan kami untuk memanggil dengan sebutan bibi atau mbak kalau masih muda, bukan dengan kata pembantu. Dulu sempat terlontar kata pembantu dari mulut saya...Ibu langsung menjewer telinga saya...hehehehe sakit juga sih.  Alm Ayah juga sangat mengajarkan kepada kami, bahwa pekerjaan bibi harus dibantu, gotong royong, jangan seenaknya menyuruh bibi. Kami saat itu masih ingat punya tugas kewajiban sendiri-sendiri yang tak boleh dikerjakan oleh bibi kami. Alm Ayah akan sangat marah kepada kami jika membebankan tugas rumah kami pada bibi. Pernah suatu kali kakak laki-laki saya menyuruh bibi untuk menyemirkan sepatu sekolahnya...dan hasilnya, Alm ayah menghukumnya dengan menyuruh menyemir sepatu kami sekeluarga saat itu juga... Kedua orang tua kami mengajarkan, kami harus menghargai bibi yang bekerja dirumah kami." Bibi sama dengan kita, sederajat dan sangat berjasa bagi kita, hargai setiap tetes keringatnya  nak,  jangan semana-mena..." kata-kata ini yang sering keluar dari mulut alm Ayah. Makanya kami selalu menganggap keluarga kami sendiri pada bibi yang bekerja dirumah kami. Apa yang kami makan dan rasakan baik kebahagian maupun kesedihan didalam rumah pasti bibi kami juga merasakannya pula. Saya ingat dia ikut kami saat belum menikah sampai anak-anaknya besar. Dan seingat saya dari saya kecil sampai saya menikah didalam rumah kami,  Ibu cuma berganti orang yang membantu dirumah kami 4 kali, ada yang 15 tahun, 5 tahun dan yang baru ini masih 3 tahun, saya enggak usah menyebutkan namanya ya... Baru-baru ini beberapa teman saya, berkunjung kerumah dan bercerita mengeluhkan kelakuan para pembantu yang bekerja dirumahnya. Ada banyak kisah dan keluh kesah yang terlontar dari pembicaraan kami seputar seorang pembantu. Rata-rata teman saya sangat emosi dan kesal sekali sama para pembantu yang bekerja dirumah mereka. Ada yang bercerita bahwa pembantunya malas kurang cekatan, enggak bersihan, kurang trampil dan ada yang lebih menggelikan saya  : bahwa pembantunya bisa bekerja dengan hanya menggunakan satu tangannya saja...satu tangan lainnya hanya khusus dipakai pegang hpnya untuk berfacebook-an...hahahahaha...benar-benar bikin saya tertawa. Yang lebih ekstrim lagi ucapan seorang teman saya yang tanpa ekspresi " nanti kalau saya dapat ganti yang lebih baikan dari pembantu saya yang ini..saya usir dan pecat dia secepatnya..." Astagfirullah...hhhhmmm Ada lagi yang mengeluhkan bahwa pembantu yang bekerja dirumahnya makannya banyak, suka ngabis-ngabisin makanan di meja makan, makanya teman saya ini suka menyembunyikan makanan dilemari yang dikuncinya... Saya merenung, terlepas dari semua itu, sebenarnya mereka adalah sama dengan kita, butuh penghargaan selain gaji yang dia peroleh dari kita. Karena biasanya kekurangan yang terbesar dari kita adalah kita hanya mampu memberikan mereka gaji tapi kurang memberikan penghargaan pada jasa mereka yang telah mereka berikan pada keluarga kita. Kita seringkali melihat sosok mereka (mungkin) derajatnya berada dibawah kita, jadi kita biasanya seenaknya memperlakukan mereka dengan alasan  bahwa kita telah 'membeli' jasa mereka...Astagfirullah. Memang mungkin mereka memiliki pendidikan yang lebih rendah dari kita, namun bisa jadi ternyata mungkin mereka lebih shaleh imannya dibandingkan dengan kita. Dan bukankah keshalehan ini dimata Allah SWT yang menjadi pembeda setiap umatnya, bukan jabatan, pangkat kekayaan atau pendidikan. Hargailah mereka jangan memandang rendah derajatnya, bersikaplah bijak pada mereka intinya bersikaplah baik pada mereka. Saya ingat dulu pelajaran pertama sholat saya sewaktu kecil, bibi yang membantu dirumah sayalah, yang mengajari saya dengan ikhlas dan kasih sayang, karena Ibu saya waktu itu masih berbeda keyakinan...Subahanallah. Semoga yang simple ini bermanfaat. "...sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah SWT ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu sekalian" ( QS.AL-Hujurat :13)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun