Mohon tunggu...
Clarissa Jessica
Clarissa Jessica Mohon Tunggu... Lainnya - since '03

disturb the universe with tainted words.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesultanan Ternate, Sebuah Bandar Sejarah di Kawasan Timur Nusantara

4 September 2019   21:14 Diperbarui: 5 September 2019   18:50 2456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lambang Kesultanan Ternate (bp.blogspot.com)

Kesultanan Ternate yang demikian pula dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Pulau Maluku dan merupakan salah satu peninggalan budaya Indonesia yang paling tua. Didirikan oleh seorang momole (kepala warga), kesultanan ini berperan penting sebagai penghasil rempah terbesar di Nusantara. Pada masa kekuasaannya, wilayahnya mencakup Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina sampai Kepulauan Marshall di Pasifik. Sampai abad ke-19, Kesultanan Ternate masih memegang peran yang sangat penting dalam perdagangan rempah di kawasan timur Indonesia.

Semakin berkembangnya teknologi pelayaran, kawasan Ternate mulai ramai didatangi oleh para penduduk eksodus dari Halmahera pada abad ke-13. Pada awalnya, terdapat 4 kampung yang dikepalai oleh seorang momole. Merekalah yang memulai adanya perdagangan rempah di Maluku. Pendatang dari Tionghoa dan Arab kemudian mulai berkunjung dan bermukim secara sementara di Maluku. Oleh karena aktivitas perdagangan yang ramai dan terdapat ancaman dari para perompak lautan, maka para kepala marga tersebut bermusyawarah untuk mendirikan sebuah kerajaan dan menentukan seorang raja sebagai pemimpin.

Panggilan raja untuk Kesultanan Ternate ialah kolano. Kolano pertama yang memimpin Kesultanan Ternate bergelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Beliau banyak dibantu oleh jogugu atau perdana menteri dan fala raha sebagai penasihat sultan. Fala raha yang artinya empat rumah merupakan empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan. Mereka disebut pula sebagai representasi dari para momole pendiri kerajaan. Masing-masing klan dikepalai oleh kimalaha, ialah Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Apabila seorang sultan tidak memiliki seorangpun penerus, maka akan dipilih dari salah satu klan ini.

Kampung Ternate (toriolo.com)
Kampung Ternate (toriolo.com)

Dimanakah pusat kesultanan ini?

Pusat kesultanan ini tentu saja di kampung Ternate, yang semakin lama semakin berkembang menjadi sebuah kampung yang besar dan disebut Gam Lamo (sekarang Gamalama) yang artinya 'kampung besar'. Karena banyaknya pendatang yang mengunjungi dan tidak jarang para pendatang tersebut menetap di Ternate, maka kemudian kesultanan ini lebih banyak disebut sebagai Kerajaan Gapi. Sejak Sultan Zainal Abidin (1486-1500)  diangkat menjadi raja, sekitar abad ke-15, penerapan syariat Islam diseluruh Ternate diwajibkan. Beliaulah yang mengganti gelar kolano menjadi 'sultan'. Tak ada sumber yang cukup jelas untuk menggambarkan bagaimana dan kapan budaya Islam masuk di Maluku Utara khususnya Ternate. Namun dapat dipastikan bahwa karena aktivitas perdagangan rempah skala besar di Ternate-lah yang membuat rakyatnya mengenal para pedagang Arab yang beragama Islam. Pada awalnya, seorang sultan yang memiliki nuansa Islam masih diperdebatkan oleh rakyatnya, namun pada masa pemerintahan Kolano Marhum (1465-1486), ayah dari Sultan Zainal Abidin, diketahui bahwa seluruh keluarga dan seisi istananya memeluk agama Islam. Kemudian, saat anaknya naik takhta, Islam secara total mulai diterapkan di Ternate. 

Sultan Zainal Abidin (ganupedia.com)
Sultan Zainal Abidin (ganupedia.com)

Tidak mudah untuk menjadikan suatu kesultanan berdiri atas dasar keagamaan. Langkah-langkah yang dicapai Sultan Zainal Abidin untuk menetapkan Islam sebagai agama resmi diseluruh kerajaan adalah dengan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Beiaulah yang membangun madrasah Islam pertama di Ternate. Langkah-langkah ini kemudian diikuti oleh kerajaan lain di Pulau Maluku seperti Kerajaan Tidore, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan. Nyatanya, Sultan Zainal Abidin sempat berguru pada Sunan Giri untuk memperdalam ajaran Islam yang berada di Pulau Jawa. Ia juga dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).

Perkembangan Islam di Ternate sangat pesat seiring waktu. Pada masa Sultan Bayanullah (1500-1521), rakyatnya diwajibkan untuk berbusana Islami. Pula, Ternate menggunakan teknik membuat perahu dan senjata dari orang-orang Arab dan Turki untuk memperkuat pasukannya. Pada masa ini pula, kedatangan bangsa Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506. Pada tahun 1512, Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di Maluku dibawah pimpinan Fransisco Serrao. Atas persetujuan sultan, Portugal diijinkan untuk membangun pos dagang di Ternate. Portugal semata-mata bukan datang untuk berdagang, melainkan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku. Karena itulah Portugal harus menaklukkan Ternate dan kerajaan disekitarnya terlebih dahulu. 

Kedatangan bangsa Barat melalui pelayaran (tirto.id)
Kedatangan bangsa Barat melalui pelayaran (tirto.id)

Pada masa itu tidak dapat dielakkan bahwa perang antarsaudara pecah karena adu domba yang dimanfaatkan oleh Portugis. Karena Sultan Bayanullah tewas dan meninggalkan pewaris yang masih sangat belia, maka Permaisuri Nukila yang berasal dari Tidore bermaksud untuk menyatukan Ternate dan Tidore dalam satu mahkota. Kedua anaknya yang akan ditentukan menjadi sultan yaitu Pangeran Hidayat dan Pangeran Abu Hayat. Namun, adik almarhum Sultan Bayanullah, Pangeran Tarruwese bermaksud untuk merebut kekuasaan tersebut untuk dirinya sendiri. Kubu Permaisuri Nukila didukung oleh Tidore, sedangkan Pangeran Tarruwese didukung oleh Portugal.

Bagaimanakah akhir dari perang saudara tersebut?

Walaupun didukung oleh Portugal dan akhirnya memenangkan pertempuran melawan rakyat Tidore yang dikerahkan oleh Permaisuri Nukila, Pangeran Tarruwese tetap harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya telah dikhianati oleh Portugal. Ia bahkan sampai dibunuh karena dianggap mengganggu Portugal dalam menjalankan pekerjaannya.

 Setelah peristiwa itu, diangkatlah Sultan Tabariji oleh Gubernur Portugal. Namun setelah beberapa waktu, ia menunjukkan sikap yang bermusuhan sehingga difitnah dan dibuang ke Goa, India. Ia diperintahkan untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai wajib Kristen dan vasal Kerajaan Portugal, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun (1534-1570). Tindak-tanduk bangsa Portugal yang tidak bersahabat terhadap masyarakat Ternate, bahkan saudara-saudara Sultan Khairun, membuatnya geram dan bermaksud untuk mengusir Portugal dari Maluku. 

Sejak masa pemerintahan almarhum Sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat di Nusantara dan pusat Islam utama pada abad ke-16 selain Aceh dan Demak setelah jatuhnya Malaka pada abad ke-15. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung terjangan Portugal di Nusantara. Sultan Khairun dengan berani mengutarakan perang terhadap Portugal. Portugal ternyata memiliki kedudukan kuat dengan adanya benteng dan gudang persenjataan di seluruh Maluku, serta sekutu-sekutu pribumi yang dipaksa menyerang Ternate. Karena Aceh dan Demak terus-menerus mendesak Portugal di Malaka, maka di Maluku, Portugal mengalami kesulitan mendapat bala bantuan. Pada akhirnya, Portugal dengan terpaksa mengajukan damai terhadap Sultan Khairun. Namun, Lopez de Mesquita, gubernur Portugal yang berniat licik dengan mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan membunuhnya dengan kejam.

Pembunuhan tersebut mendorong rakyat Ternate untuk mengusir Portugal. Bahkan ketika pemerintahan diambil alih oleh Sultan Baabullah (1570-1583), rakyat Ternate dengan kekuatan penuh menggempur pos-pos pertahanan Portugal di Maluku. Setelah berperang selama kurang lebih lima tahun di Maluku, Portugal akhirnya mencabut kedudukannya dan meninggalkan Maluku. Karena kemenangan ini, Sultan Baabullah dijuluki sebagai 'Penguasa 72 Pulau' karena berhasil pula menaklukkan pulau-pulau berpenghuni di wilayah timur Nusantara, termasuk Kepulauan Filipina dan Kepulauan Marshall. Hal ini menjadikannya sebagai kerajaan Islam terbesar di Nusantara didampingi oleh Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara. Periode keemasan ketiga kesultanan ini adalah pada abad ke-15. Ketiganya merupakan pilar pertama yang membendung kolonialisme bangsa Barat. 

Sultan Baabullah (ruangbelajarips.blogspot.com)
Sultan Baabullah (ruangbelajarips.blogspot.com)

Selepas kematian Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah. Kerajaan Spanyol yang bekerjasama dengan Portugal kembali berusaha untuk menguasai Maluku, termasuk Ternate. Dengan kekuatannya, Spanyol menyerang kedudukan Ternate di Filipina. Kejatuhan Ternate memaksa Ternate untuk meminta bantuan dari Belanda pada tahun 1603. Perjanjian yang telah dibuat antara Ternate dan Belanda (VOC) pun diresmikan pada 26 Juni 1607. Dengan bantuan yang didapat dari Belanda, Ternate berhasil mengusir Spanyol dari Maluku, namun ada hutang yang harus dilunasi Ternate. Belanda perlahan-lahan menerima kedudukan di Ternate sebagai imbalan bantuan yang diberikannya. Benteng Oranje merupakan tindakan pertama Belanda untuk menetapkan kedudukannya di Ternate. 

Benteng Oranje (merahputih.com)
Benteng Oranje (merahputih.com)

Semakin lama, Belanda semakin mudah mencengkeram Ternate dan mengendalikan rakyat Ternate melalui perintah-perintah yang dikeluarkan oleh sultan. Sikap Belanda yang tidak menghormati aliansi antara Ternate dan Belanda menimbulkan pemberontakan-pemberontakan di Ternate. Setidaknya, ada empat pemberontakan yang dikobarkan oleh para bangsawan Ternate di Maluku. Pertumpahan darah dari berbagai wilayah di dekat Ternate terhadap Belanda banyak menyebabkan kekalahan yang fatal terhadap rakyat. Bahkan tidak sedikit pemimpin pemberontakan yang disiksa dan dieksekusi oleh Belanda. 

Perjuangan rakyat Ternate tidak berhenti sampai disitu saja.

Walaupun sedikit demi sedikit para sultan telah kehilangan kekuasaan di Ternate, namun tidak membuat para sultan tersebut kehabisan akal untuk terus mengusir Belanda dari Maluku. Pada tahun 1914, Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927), menggerakan pasukan rakyat di wilayah-wilayah kekuasaannya secara diam-diam. Dimulai dari Banggai yang dipimpin Hairuddin Tomagola, namun akhirnya gagal. Sultan Haji Muhammad Usman Syah yang terlibat pemberontakan diturunkan dari jabatannya dan dibuang ke Bandung pada tahun 1915 dan meninggal pada 1927.

Tidak sedikit perlawanan rakyat yang dikerahkan untuk menghentikan penjajahan Belanda di Maluku, akan tetapi karena kondisi militer Belanda yang lebih unggul daripada rakyat pribumi Maluku (termasuk Ternate), maka tidak sedikit pula ditemui kekalahan di berbagai wilayah pemberontakan. Pasca penurunan jabatan Sultan Haji Muhammad Usman Syah, kedudukan tersebut tidak diisi selama kurang lebih 14 tahun. Pemerintahan dikerahkan oleh jogugu dan dewan kesultanan. Belanda sempat terpikir untuk menghapus Kesultanan Ternate pada masa itu, namun karena khawatir akan terjadinya pemberontakan baru yang lebih besar dari sebelumnya, maka dengan pertimbangan penuh, niat itu diurungkan. 

Kedudukan bangsa Barat di Indonesia (goodnewsfromindonesia.com)
Kedudukan bangsa Barat di Indonesia (goodnewsfromindonesia.com)

Warisan-warisan budaya Kesultanan Ternate tetap ada walaupun sebagai pemimpin Imperium Nusantara Timur, Ternate mulai runtuh pada abad ke-17. Hal ini dikarenakan sejarah yang panjang dan pengaruh yang diberikan Ternate pada wilayah Nusantara bagian timur seperti Sulawesi dan Maluku. Pengaruh yang diberikan mencakup adat-istiadat, bahasa dan agama. Juga, sebagai kerajaan Islam terbesar di wilayah timur Nusantara, pengaruh Ternate terhadap pengenalan dan pemakaian syariat-syariat Islam diantara masyarakat Nusantara Timur, bahkan Filipina sangatlah berarti. Warisan lain yang disebut sebagai 'Naskah Melayu Kedua Tertua di Dunia' setelah Tanjung Tanah merupakan dua naskah surat sultan Ternate, dari Sultan Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521. Surat-surat tersebut kini diabadikan di dalam Museum Lisabon di Portugal.

Naskah yang ditulis Sultan Abu Hayat (jurnallekturkeagamaan.blogspot.com)
Naskah yang ditulis Sultan Abu Hayat (jurnallekturkeagamaan.blogspot.com)

Berikut ini warisan-warisan budaya Kesultanan Ternate yang berhasil diselamatkan rakyat :

Keraton Kesultanan Ternate (kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Keraton Kesultanan Ternate (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

1. Keraton Kesultanan Ternate

    Bangunan ini bergaya abad ke-19. Dan merupakan representasi dari model arsitektur Cina. Merupakan gedung berlantai dua menghadap ke arah laut dan dikelilingi benteng-benteng peninggalan Belanda di Ternate, serta berada satu komplek dengan Masjid Jami Ternate. Konon, pembangun keraton ini adalah Sultan Baab Mashur Malamo. Telah dilakukan pemugaran sebanyak dua kali pada 1978-1982. Pemugaran ini dilakukan oleh DR Daoed Joesoef. Keraton ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Tertua di Nusantara yang masih memiliki nuansa sejarah yang kental. Letaknyadi Jalan Sultan Khairun, kelurahan Salero, kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Maluku, keraton ini menjadi satu-satunya bangunan tradisional yang masih bisa berdiri megah di pusat kota Ternate. Bangunan ini menghadap kearah timur dan memiliki latar belakang Gunung Gamalama. Pada masa kini, bangunan ini dipakai sebagai Museum Kesultanan Ternate.  Sampai sekarang, masih banyak tradisi yang dilakukan masyarakat untuk memperingati hari kelahiran sultan-sultan Ternate. 

Masjid Kesultanan Ternate (republika.co.id)
Masjid Kesultanan Ternate (republika.co.id)

2. Masjid Jami Ternate dan Makam

    Masjid ini dibangun oleh sultan ke-24 Ternate yaiktu Sultan Hamzah. Bangunan ini memiliki atap yang bersusun tujuh, dengan luas masjid 22.40 x 39.30 meter dan tinggi seluruh bangunan 21.74 meter. Agar kokoh, bangunan ini memiliki empat pilar utama dan dua belas pilar penyokong. Di sekeliling bangunan masjid terdapat pagar tembok dengan pintu gapura yang memiliki dua atap yang berfungsi sebagai menara adzan. Masjid ini berada di komplek yang sama dengan Keraton atau Istana Kesultanan Ternate. 

Alquran Tulisan Raja (republika.co.id)
Alquran Tulisan Raja (republika.co.id)

3. Koleksi Kebanggaan

    Diantara peninggalan sejarah Kesultanan Ternate yang utama, terdapat pula koleksi-koleksi yang disimpan di Museum Kesultanan Ternate. Beberapa peninggalan tersebut adalah Alquran tulisan tangan raja, ruang berdoa, bendera atau panji-panji dengan ayat-ayat Alquran, singgasana raja, tongkat kebesaran pedang, dan peralatan militer seperti pakaian perang, tombak, senapan, dan sebagainya.

Walaupun kesultanan ini telah diperjuangkan selama bertahun-tahun lamanya oleh masyarakat Maluku dan sekitarnya. Tidak terelakkan bahwa keruntuhan turut menjadi penghujung Kesultanan Ternate. Dalam usianya yang memasuki kurang lebih 750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan sebagai simbol budaya sekaligus penanda kerja keras rakyat untuk mempertahankan Nusantara dari penjajahan. Karena itulah sebagai bangsa Indonesia, kita harus menjaganya agar tidak direbut oleh bangsa lain. Pertempuran yang dialami rakyat agar Indonesia dapat menjadi selayaknya sekarang tidaklah mudah dan kita harus menyadari bahwa sekarangpun kita sedang berperang agar warisan-warisan tersebut tidak dilupakan atau hilang ataupun diklaim oleh negara lain.

Sebagai rakyat yang nasionalis, ada baiknya kita pun turut mengambil bagian dalam memperjuangkan hak-hak negara akan dunia. Dengan begitu, kita otomatis telah menghargai sekaligus mengapresiasi pergumulan rakyat Indonesia yang telah membawa Indonesia sampai masa kini. Kita sebagai generasi penerus bangsa, harus mementingkan serta memajukan negara kita agar dapat bersaing dengan negara lain, dan bangkit dari keterpurukan. Tugas sebagai pejuang bangsa tidaklah mudah, namun dengan kegigihan dan semangat solidaritas bangsa, tidak ada yang mustahil. 

Sekian, terimakasih :)

Referensi website :

id.wikipedia.org

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/08/05/obfbxg313-3-peninggalan-kesultanan-ternate 

https://tirto.id/sejarah-kesultanan-ternate-kerajaan-islam-tertua-di-maluku-utara-edUX 

https://histori.id/kerajaan-ternate/ 

https://pesona.travel/keajaiban/549/keraton-ternate-peninggalan-kerajaan-islam-tertua-di-nusantara

Referensi buku :

Hapsari, Ratna.; Adil, M. (2017). Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Note :

Referensi Gambar dicantumkan di caption gambar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun