Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ujung Persahabatan di Taman Getsemani

30 Maret 2021   16:57 Diperbarui: 4 April 2021   14:53 3903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.unrang.com

“Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia”. (Lukas 22:39)

Kisah pilu persahabatan di ujung perjalanan singkat Kristus di dunia tercatat tragis di sebuah taman di kaki Bukit Zaitun di Taman Getsemani. Tampaknya sebuah taman bagi Kristus menurut catatan saya adalah tempat favorit bagiNya sepanjang kehidupan. Alkitab mencatat bahwa di Bukit Zaitun terdapat beberapa kisah besar berikut pula interaksi Dia dengan murid-muridNya atau pengikutNya yang lain. 

Alkitab mencatat bahwa banyak peristiwa dilaluiNya di taman atau Bukit Zaitun. Saat Yesus duduk di atas Bukit Zaitun ketika mengajar murid-muridNya mengenai “Permulaan Penderitaan” atau tentang akhir zaman. Dan pada malam harinya Dia bermalam disana. Tampaknya memang di sinilah Yesus biasa bermalam jika datang ke Yerusalem. 

Yesus juga ditangkap di Bukit Zaitun, dalam taman Getsemani, disana Dia pergi berdoa setelah Perjamuan Terakhir. Terakhir pula Yesus naik ke sorga dari satu tempat di Bukit Zaitun. Bukit dan taman yang istimewa.

"Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." (Lukas 22:40)

Pada malam sebelum Dia diserahkan untuk kemudian disalibkan, Kristus membawa para murid ke Taman Getsemani untuk berdoa terakhir kalinya. Selain tempat yang paling indah, teduh dan nyaman untuk menghadap dan berkomunikasi dengan BapaNya namun justru kenyamanan akan sebuah Taman justru bagiNya juga adalah tempat yang membuat manusia menjadi lalai dan terbuai dan bahkan tertidur.

Taman sebagai simbol kedamaian justru sebaliknya pula menjadi tempat yang membuat kedamaian menjadi petaka akan kefanaan dunia. Damai dan kemudian duka karena lupa akan hubungan yang sejatinya adalah selalu terbangun abadi antara ciptaan dan Sang Pencipta kedamaian itu sendiri.

Berbeda dengan diriNya yang senantiasa membangun hubungan pribadi yang tersembunyi, khusuk dan sangat pribadi dengan BapaNya di tengah-tengah kedamaian dan keindahan Taman Getsemani. 

Seakan-akan mengajarkan bahwa sejatinya kedamaian dan ketenteraman diujung akhir hidupNya senantiasa memiliki hati bersyukur dan mengakui bahwa semuanya adalah berasal dari pada BapaNya sebagai pencipta langit dan bumi. Tiada tempat yang tentram dan damai selain Taman. Tempat teraman dan nyaman bercakap-cakap dengan BapaNya di Surga.

Dan benar firasat dan perintah Kristus saat masuk ke Taman Getsemani, Dia mendapati mereka (para murid) sedang tidur karena dukacita (Lukas 22:45) akan perihal kematian Kristus. Padahal diriNya (sebagai manusia) bertempur habis-habisan mencoba bernegosiasi terakhir kepada BapaNya apakah bisa cawan (derita, pilu dan kutuk dosa manusia yang ditimpakan padaNya) lalu dari padaNya. 

Bahkan dalam ketakutan luar biasa di tengah Taman yang menawarkan kedamaian, hati Kristus berkecamuk bahkan keringatNya menjadi butiran darah. Sebuah kondisi dalam segi kesehatan (medis) disebut “Hematidrosis” (keringat darah) adalah kondisi yang sangat jarang terjadi, dimana seseorang mengeluarkan keringat darah. Hal ini terjadi jika orang itu mengalami tekanan batin atau stres yang sangat berat, misalnya menghadapi kematian.

Anak manusia yang dalam ketaatanNya pada BapaNya menerima dengan lapang dada bermisi untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia di kayu salib Golgota. 

Perintah yang diinginkanNya agar apa yang dirasakanNya juga dirasakan oleh murid-murid untuk berdoa mendukungNya dalam doa, namun justru berbeda jauh dengan harapanNya sebagai Guru juga sebagai sahabat.

 Sebuah perenungan yang begitu humanis dan juga keterbatasan sebagai manusia yang dalam duka justru terhanyut pada sebuah kepasrahan bahkan keputusasaan.

Kata-Nya kepada mereka : "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan". (Lukas 22:46)

Bangunlah dan berdoalah, sebuah perintah di tengah keputusasaan maupun duka yang mendalam. Bukan terhanyut belaka namun beraksi untuk bangkit dalam iman dan pengharapan yang kemudian berdoa meminta campur tangan Tuhan dan kemudian berserah untuk apapun yang akan terjadi. 

Sebuah akhir dari persahabatan pada sebuah Taman dunia dan memberikan simbol kepada sahabat bahwa di Kerajaan Surga berikutnya yaitu Taman indah abadi pun akan disambutNya tanpa ada ketakutan, keputusasaan, bahkan kematian lagi. 

Pencobaan-pencobaan dunia yang hanya bayang-bayang yang perlu disikapi dengan iman dan ketulusan. Perintah sahabat sejati dari Kristus, Tuhan yang senantiasa mengetahui betapa terbatas dan rapuhnya manusia di tengah-tengah taman dunia yang indah namun penuh dengan kefanaan. Taman yang penuh dengan tangis dan air mata.

Semoga di Taman Getsemani dunia, kita senantiasa kuat dan bangkit bahwa hidup yang penuh pencobaan akan kalah dengan hati yang tetap terjaga dan terhubung dengan Dia. Sahabat sejati yang tidak pernah meninggalkan kita. Ingatlah Dia akan menunggumu dan memelukmu di Taman kekal nan abadi, Surga penuh sukacita.

Selamat Menyambut Hari Jum'at Agung

--JBS--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun