Mohon tunggu...
M Rosyid J
M Rosyid J Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti

Researcher di Paramadina Public Policy Institute

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Katanya Sarjana? Mengerjakan Hal Kecil Saja Tidak Bisa!

5 Mei 2016   12:40 Diperbarui: 5 Mei 2016   22:53 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kampus kita bisa punya banyak teman. Haha-hihi di sana sini. Main ke sana main ke sini. Asal kita baik teman juga akan baik. Apalagi royal (suka berbagi), pasti banyak temannya. Kecuali yang dibagikan kopi sianida, ya beda ceritanya. Hehe…

Di dunia kerja, kita mengenal teman juga, yang biasa dinamakan rekan kerja. Ini makhluk agak berbeda. Kalau kita bekerja tentu mencari teman yang ritme kerjanya sama dan sifatnya bisa saling membantu. Kalau ada rekan kerja yang males, itu namanya bukan rekan kerja. Rekan kerja adalah mereka yang punya etos dalam bekerja.

Pengalaman saya, tidak semua teman main di kuliah bisa jadi teman kerja. Ketika bicara soal pekerjaan, tidak semua teman suka bekerja (artinya menyelesaikan pekerjaan). Kalau sekedar teman untuk haha-hihi, banyak. Tapi teman yang mau kerja keras dan bekerja sama, itu kira-kira tidak banyak. Tak semua teman main bisa jadi teman kerja, begitu juga sebaliknya.

Nilai vs kompensasi

Di kampus, setidaknya yang paling mendapat perhatian adalah nilai. Ini juga menentukan kelas sosial kita ketika menjadi mahasiswa. Tapi setelah nilai, apa? Selamat ya, sesederhana itu. Di dunia kerja pun demikian. Ada penilaian.

Namun penilaian di dunia kerja memiliki efek samping: kompensasi alias uang. Karena ada kompensasi ini, hasil pekerjaan kita dinilai dari manfaat yang diberikan ke organisasi atau perusahaan atau perorangan tempat kita bekerja. Berbeda sekali dengan dunia perkuliahan bukan? Pernah diberitahu seberapa besar esai-esai yang kita buat bermanfaat buat kampus? Seharusnya sih iya…

Dunia pekerjaan menuntut kita bukan hanya punya logika, yang selama ini kita pelajari di dunia kampus. Kita juga perlu insting yang kuat. Insting ini dibangun bukan dari ide-ide yang idealis, tapi kerja-kerja praktis sesuai target organisasi. Artinya, ketika yang dibutuhkan oleh organisasi adalah penginputan data, maka kita kerjakan input data itu. Bukannya bermimpi mengerjakan proyek.

Belajar dari pengalaman

Saya pernah mengeluh karena dalam pekerjaan pertama saya, saya input data produk dan jasa perusahaan tempat saya bekerja. Seharian saya hanya memantau apakah data ini dan itu benar sesuai apa yang ada di gudang. Lulusan sarjana kok kerjaannya input daya, batin saya waktu itu.

Namun setelah beberapa bulan, input data telah selesai. Saya diminta untuk berhenti melakukannya. Saya mulai diajak untuk mengikuti rapat tim yang membahas organisasi data yang sudah saya buat untuk jadi acuan kerja tim tersebut. Hasil kerja saya tidak jelek-jelek amat, sudah memenuhi syarat. Tapi saya merasa ada yang bisa lebih diperbaiki.

Saya baru menyadari bahwa input data yang saya lakukan sebenarnya adalah hal penting bagi organisasi saya. Artinya ketika rapat berjalan, saya melihat hasil kerja saya sendiri yang tidak memuaskan. Dalam hati membatin dan menyesali diri sendiri: Katanya sarjana! Mengerjakan hal kecil saja tidak bisa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun