Mohon tunggu...
Joy Elly Tulung
Joy Elly Tulung Mohon Tunggu... Dosen -

www.joyellytulung.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Transformasi BPD di Era Digital Revolusi 4.0 (Bagian 1)

7 Maret 2019   16:46 Diperbarui: 7 Maret 2019   17:11 1709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir ini kita telah masuk dalam era digital dan saat ini kita sedang menyambut revolusi industri 4.0 oleh karena itu perbankan dituntut untuk terus berinovasi  dan mengantisipasi adanya perubahan digitalisasi agar bisa bertahan apalagi BPD yang harus bersaing dengan bank BUMN dan swasta. 

Hal ini disadari oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga melakukan kerja sama dengan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) dan Kementerian Dalam Negeri membuat program Transformasi BPD. Oleh karena itu OJK sebagai regulator menyusun kerangka program itu secara holistik dan diseimbangkan antara aspek bisnis, risiko, dan pendukung. Program ini sendiri telah diluncurkan sejak 25 Mei 2015 oleh Presiden Jokowi. Visi Program Transformasi BPD yang dibuat oleh OJK adalah: "Menjadi bank yang berdaya saing tinggi dan kuat serta berkontribusi signifikan bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah yang berkelanjutan". Jadi melalui Transformasi BPD diharapkan akan menjadi pemimpin didaerah masing-masing dan menjadi grup bank terbesar, terkuat dan terbaik di Indonesia.

Transformasi BPD, Adapun kata transformasi berasal dari dua kata dasar, trans dan form. Trans berarti melintasi  atau melampaui, sedangkan kata form berarti bentuk. Karena itu  secara harafiah transformasi mengandung makna perpindahan, dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang melampaui perubahan rupa fisik luar saja, di dalam kamus KBBI juga transformasi diartikan sebagai perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya). 

Jadi bisa diartikan kalau Transformasi BPD adalah perubahan rupa dari BPD dalam hal sifat, fungsi dan sebagainya. Potensi yang dimiliki BPD seharusnya sangat besar untuk menjadi kontributor utama dalam membangun perekonomian daerah masing-masing. Oleh karena itu BPD dianggap perlu bertransformasi karena masih ada beberapa masalah yang harus dibenahi secara struktural. Karena selama ini kontribusi BPD terhadap pembangunan di daerah masih terbilang rendah, hal ini terlihat dari kecilnya pangsa kredit produktif karena selama ini pangsa kredit di BPD didominasi dengan kredit konsumptif. 

Sumber daya manusia, tata kelola, serta manajemen risiko yang belum memadai pun diduga memicu peningkatan kredit bermasalah pada segmen produktif. Permasalahan yang paling mendasar dari BPD, yaitu rendahnya daya saing dan permodalan yang mengandalkan penyertaan modal dari pemerintah daerah. Oleh karena itu agar BPD dapat bertahan dan semakin berperan di daerah maka haruslah meningkatkan daya saing.

Selang tiga tahun sejak dicanangkannya Transformasi BPD, BPD seluruh Indonesia terus menunjukkan pertumbuhannya. Kinerja BPD ini dilihat dari kinerja keuangan maupun operasional semakin membaik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator yang berhasil dibukukan oleh BPD seluruh Indonesia. Dilihat dari table di atas per Oktober 2018, aset BPD telah mencapai Rp 639 triliun atau meningkat sebesar 74,3% dibandingkan Rp. 475 triliun pada tahun 2015 saat dicanangkan Transformasi BPD dan menempati peringkat 4 dalam perbankan nasional setelah BRI, Mandiri, dan BCA. 

Kekuatan aset BPD seluruh Indonesia ini menunjukkan bahwa apabila BPD seluruh Indonesia bersinergi akan menjadi potensi kekuatan yang solid dalam kancah persaingan industri perbankan nasional serta dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal bagi perekonomian nasional, khususnya di daerah dimana BPD adalah agent of development.

Sedangkan kinerja kredit BPD juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Pada Oktober 2018, posisi kredit BPD mencapai Rp. 413 triliun atau selama hampir tiga tahun meningkat tajam sebesar 79% dibandingkan posisi tahun 2015 sebesar Rp. 329 triliun. Adapun Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) BPD seluruh Indonesia pada Oktober 2018 mencapai Rp 532 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 66,95% dibanding posisi tahun 2015 yang masih pada Rp. 356 triliun sedangkan kalau dilihat dari pangsa pasar kredit Bank Umum secara nasional pada tahun 2015, BPD seluruh Indonesia menguasai 8.05% kredit di Indonesia dan mengalami peningkatan di tahun 2016 dan 2017 yaitu 8,14% dan 8,22% dan pada akhirnya di tahun 2018 sampai pada bulan Oktober tinggal 7.91%. 

Itu artinya dalam tiga tahun terakhir seluruh bank umum termasuk BPD meningkatkan penyaluran kreditnya dari tahun ke tahun, dan ditahun 2016 dan 2017 BPD mengalami peningkatan pangsa pasar kredit karena saat itu BPD mulai meningkatkan presentasi kredit produktif walau akhirnya menurun di tahun 2018 karena Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada debitur korporasi yang memiliki pangsa 50,1% dari total kredit yang sebagian besar debitur korporasi ada di Bank BUMN dan Bank swasta nasional. Pertumbuhan kredit korporasi tercatat sebesar 15,9% yoy, meningkat dibandingkan bulan September 2018 yang tumbuh 14,3% yoy. Adapun hal itu mempengaruhi pangsa pasar kredit BPD pada tahun 2018 (sampai Oktober 2018).

Masih dari tabel diatas menunjukan total asset dan DPK BPD seluruh Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dan secara keseluruhan dari total asset Perbankan di Indonesia BPD menguasai 8,11 % meningkat dari tahun 2015 yang masih pada posisi 7.8%. Begitu juga dengan DPK yang naik dari 8% pada tahun 2015 menjadi 9,58% pada Oktober 2018, adapun dari angkanya total asset BPD tahun 2105 sebesar Rp. 475 triliun meningkat menjadi Rp. 639 triliun di tahun 2018 dan untuk DPK pada tahun 2015 sebesar Rp. 356 triliun menjadi Rp. 532 triliun pada tahun 2018.

Pada tahun ketiga ini juga dalam rangka Transformasi BPD dalam menghadapi Revolusi 4.0, Asbanda melakukan inovasi dibidang Teknologi Informasi, yaitu melakukan peluncuran integrasi switching BPD guna mendukung Transformasi BPD di bidang Teknologi Informasi yang telah dilakukan piloting program Integrasi Switching yang dinamakan BPD One oleh beberapa BPD. BPD One telah diikuti oleh beberapa BPD yaitu Bank BJB, Bank DKI, , Bank Riaukepri, Bank Sulutgo, Bank BPD Bali dan Bank Sulselbar, dan selanjutnya program ini akan diikuti juga oleh BPD seluruh Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun