Mohon tunggu...
Jamandi Tiger
Jamandi Tiger Mohon Tunggu... Freelancer - Sekolah Tanpa Guru

kalau ingin selalu mendapat pembelajaran dari apa yang ada disekitar kita, terlebih dulu kita perlu mengasah kepekaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersarung Sebagai Identitas Indonesia

30 Oktober 2017   23:01 Diperbarui: 30 Oktober 2017   23:14 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menggunakan sarung di zaman sekarang terkadang dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat khusus. hanya wajar digunakan di tempat-tempat tertentu, apabila digunakan di tempat umum akan menimbulkan anggapan kurang pantas, aneh, dianggap kampungan. bahkan, menggunakan kain sarung dikaitkan dengan orang-orang yang sedang melakukan aktifitas keagamaan tertentu.

Tapi, itulah pendagan orang yang berbeda-beda. begitu juga anggapan penulis saat pertama kali berbaur dengan masyarakat Pulau Lombok, Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat. Terutama yang berada di Kabupaten Lombok Tengah, Kecamatan Praya Barat. Berinteraksi dengan Mereka merubah anggapan tentang orang bersarung yang dipahami sebelumnya.

Memakai kain sarung umumnya untuk menutupi tubuh bagian bawah, laki-laki maupun perempuan. Sarung, adalah ciri khas berpakaian orang Indonesia. sebelum penggunaan celana yang ditiru dari bangsa lain, tentunya sarung memiliki posisi istimewa untuk digunakan dalam keseharian di masa itu. Hal ini dibuktikan dengan jenis kain sarung Indonesia yang berbeda-beda corak ditiap-tiap wilayah di Indonesia.

Ulasan ini belum bisa menjelaskan istilah jenis penggunaan kain sarung, yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan di Lombok. Namun, poin penting penggunaan sarung untuk masyarakat suku Sasak secara umum mengisyaratkan nilai. Dari sini kain sarung menjadi menarik, karena penggunaan kain sarung sebagai ciri khas keindonesiaan masih memiliki keistimewaan dalam tatanan masyarakat Indonesia, khususnya di lombok.

Suatu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. sebab, belum tentu ini hanya terjadi di pulau Lombok. Seperti diasumsikan diawal dibeberapa wilayah Indonesia memiliki corak kain sarung tersendiri, seperti di pulau jawa dengan corak batiknya, di Sulawesi dengan corak kain sarung Mandar yang dinamai kain sarung Sa,be dan masih banyak lagi corak tiap pulau serta wilayah namun, belum bisa disebut satu persatu.

Terlepas dari jenis-jenis penamaan kain sarung yang berbeda, intinya peradaban masyarakat Indonesia telah tumbuh dengan beragam nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh para pendahulu sejak dulu, mulai dari cara berprilaku, cara bercocok tanam dan masih banyak lagi. Tatanan masyarakat bersarung di Lombok Tengah, terutama di pelosok desa-desa di kecamatan Praya barat. orang bersarung lebih baik dibanding Orang yang memakai celana dianggap aneh bagi mereka.

Etika sosial bagi orang bercelana menurut mereka kurang, dibanding orang bersarung. Ini menarik, pertemuan formal di desa-desa yang biasanya dihadiri oleh orang-orang bercelana Menurut mereka seolah-olah kurang menghargai sesuatu hal penting yang akan dibahas. Semakin dianggap penting tema yang akan dibicarakan, semakin elok kelihatan, kalau semua yang hadir menggunakan kain bersarung sebagai pengganti celana.

Memakai kain sarung diacara yang istimewa adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap kegiatan tersebut, kegiatan formal maupun yang tidak formal. Bahkan tidak terbatas pada acara hajatan Keluarga, kegiatan sosial keagamaan dan acara adat sarung pasti dikenakan. termasuk aktifitas sehari-hari di dalam ataupun di luar rumah menjadi kewajaran serta sah-sah saja menggunakan sarung. Dalam kondisi ini kemudian memposisikan orang bercelana yang hadir di tengah-tengah mereka akan terlihat lain, aneh, kaku, dianggapnya kehadiran orang yang bercelana tidak sepenting kehadiran orang yang bersarung.

 Selain rasa nyaman ketika memakai sarung, penggunaan kain sarung dengan landasi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, menjadi kebanggaan tersendiri. meskipun di tempat-tempat tertentu sarung akan tersisihkan oleh celana. Namun, rasa percaya diri mereka bersarung bukan karena tuntutan pasar, tuntutan gaya hidup, dan bukan juga tuntutan investasi pariwisata. Tapi, kenyamanan bersarung berdasar pada rasa bangga atas identitas khas orang Sasak dengan nilai-nilai sosial yang ditampakkan ketika bersarung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun