Mohon tunggu...
Jawamart Jawamart
Jawamart Jawamart Mohon Tunggu... Dosen - Karyawan / Dosen Komunikasi

Saya orang yang memiliki hoby menulis dan sering juga menulis di media sehingga saya perlu memiliki akun yang bisa meng upload tulisan saya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pahlawan Nasional dan Disintegrasi Bangsa

10 November 2022   14:03 Diperbarui: 10 November 2022   14:07 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 10 Nopember 2022 ini, kita diingatkan sebuah momentum yang erak kaitannya dengan perjuangan bangsa dalam menegakkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan negara. 

Peristiwa yang sangat heroik dan memekakkan telinga untuk memberikan semangat kepada para pejuang bangsa, kemudian terkenal dengan peristiwa Hotel Yamato di Jl. Tunjuangan Surabaya yang masih menjadi saksi bisu peristiwa berdarah itu. Hotel yang semula bernama Hotel Oranje berganti menjadi Hotel Yamato, menendakan masa peralihan fungsi hotel menjadi markas militer Jepang.

Peristiwa di Hotel Yamato merupakan insiden yang menjadi titik balik perlawanan para pemuda Surabaya yang dikenal dengan "Arek-arek Surabaya" dalam memaknai kemerdekaan. 

Kedatangan penjajah Belanda (Allied Forces Netherlands East Indies) yang dipimpin W.V.Ch.Ploegman tiba di Surabaya diberengi dengan kehadiran Tentara Sekutu dan Palang Merah Internasional, dengan tujuan awal untuk melakukan bantuan rehabilitasi untuk para tawanan serta korban perang.

Niatan humaniter para serdadu Belanda berubah menjadi petaka ketika Ploegman mengibarkan bendera merah-putih-biru di tiang Hotel Yamato. Insiden tersebut membuat murka para pemuda Surabaya dan masyarakat sekitar Hotel Yamato. 

Pemegang pemerintahan Surabaya ketika itu Residen Soedirman berupaya menindaklanjuti insiden untuk mencegah situasi yang makin tidak terkendali. 

Upaya mediasi antara Residen Soedirman dan Ploegman tidak menghasilkan sesuatu yang berarti, karena Ploegman tidak menggubris serta tidak mengakui Kemerdekaan Indonesia. Ploegman beranggapan bahwa Hindia belanda adalah bagian dari Sekutu dan akan terus berupaya menguasai wilayah bekas jajahannya.

Dari peristiwa itu mengingatkan kembali kepada bangsa Indonesia akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa serta meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Artinya ketika bangsa dan negara memanggil untuk melaksanakan tugas negara, maka disitulah panggilan jiwa sebagai amanat yang harus ditunaikan. 

Dari sini ukuran kepedulian, ukuran kebangsaan dan negara menjadi taruhan bagi siapa-pun yang terpanggil untuk menunaikan. Seperti ketika kejadian di Hotel Yamato terjadi, panggilan nasional seluruh pemuda bangsa terpanggil, sehingga semua orang yang merasa sebagai pemuda akan ikut ambil bagian, karena dalam panggilan itulah Bagimu Negeri, maka segala akan diserahkan.

Implementasi dalam praktek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara mestinya mendapat perhatian secara khusus, karena berkaitan dengan integrasi bangsa yang setiap saat dan setiap waktu mendapat perhatian yang utuh karena di dalamnya terdapat nilai dan harga diri bangsa seutuhnya. 

Implementasi itu sebaiknya atau bahkan seharusnya terjadi setiap saat melalui praktik kehidupan sehari-hari sesuai dengan tugas dan profesi masing-masing, sehingga akan membentuk suasana yang kondusif karena masing-masing fungsi dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kehidupan politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga harus dapat merespon dari kepenting-kepentingan bangsa dan negara. Tata cara dalam berpolitik juga harus meletakkan kepentingan politik diatas kepentingan bangsa, sehingga menghasilkan suasana politik yang santun dan saling merangkul semua eleman bangsa. 

Hal yang harus menjadi pusat pemikiran dalam melakukan tindakan politik adalah segala upaya mulai dari pola pikir dan pola tindak hanyalah untuk kepentingan bangsa.

Kehidupan berpolitik memang memberikan ruang bagi siapa saja untuk memiliki alasan-alasan apapun pokok persoalannya. Tetapi yang harus dijadikan fokus perhatian bahwa kehidupan politik itu juga harus dapat membawa perubahan ke arah perbaikan melalui program pembangunan untuk mewujudkan cita-cita dalam kesejahteraan yang berkeadilan dan keadilan yang sejahtera bangsi seluruh elemen bangsa, bukan untuk pribadi dan golongan.

Banyak hal yang menjadi tontonan masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang tidak mencerminkan suasana kebangsaan yang baik. 

Perebutan kekuasaan menjadi hal yang utama untuk dapat mengatur dan memanajemen sumber daya alam dan sumber daya manusia yang menjadi kekusaan negara, yang sesungguhnya hanya sebuah kamuflase yang disuguhkan kepada masyarakat seolah-oleh santun dalam prinsip politiknya.

Tidak sedikit tontonan yng disuguhkan oleh para tokoh masyarakat dan tokoh bangsa, ketika masih berstatus calon, apapun upaya dilakukan demi memperoleh sebuah Citra, dan setelah berubah statusnya maka apapun akan dilakukan untuk mengembalikan modal ketika masih berstatus sebagai calon. Pertanyaannya kalau semua konstituen melakukan hal yang sama bagaimana nasib bangsa Indonesia ini ke depan?

Perilaku-perilaku korupsi, nepotisme dan kolusi masih selalu menjadi beban bangsa dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Setiap pergantian pimpinan baik di tingkat lokal maupun nasional masih selalu menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan sampai saat ini. 

Kalau kejadian ini terus berlangsung, maka permasalahan bangsa tidak akan dapat diselesaikan, sehingga permasalahan tidak pernah berakhir di kisaran suksesi kepemimpinan.

Kesempatan dan kemampuan membangun tidak akan pernah terwujud, karena permasalahan tidak dapat diuraikan menjadi simpul-simpul prestasi yang dapat memajukan dan mengharumkan kehidupan bangsa dan negara. 

Selain itu banyak energy yang semestinya dapat dialokasikan ke dalam pembangunan tetapi digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat menurut pandangan umum, seperti eforia demokrasi dan eforia suksesi kepemimpinan. Dan tidak jarang yang menggunakan identitas dalam memaknai politiknya, sehingga rawan terhadap perpecahan bangsa (disintegrasi).

Indonesia merupakan negara yang memiliki keuntungan geografis sehingga menjadi pusat perlintasan dari berbagai penjuru sekaligus sebagai rujukan dunia dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan. 

Dengan latar belakang multi agama dan keyakinan dan multi adat istiadat dan kebudayaan dan letak wilayah daratan yang disatukan oleh lautan sebagai benteng pertahanan dan keamanan wilayah kebangsaan.

Sungguhpun ada hambatan dan gangguan serta ancaman dan tantangan muncul silih berganti dalam peradaban bangsa namun semangat untuk membangun kesatuan dan persatuan bangsa masih tumbuh dan berkembang dalam diri bangsa, yang patut diwaspadai adalah orang-orang yang dianggap menyusup dan berpayung kepentingan nasional namun sesungguhnya adalah memecah belah bangsa. 

Contoh yang mulai muncul adalah banyak yang berkedok agama namun membuat kegaduhan yang dapat membuat memacah umat beragama  juga antar agama yang ada, selain penggunaan identitas yang beranggapan hanya kelompok atau golongannya saja yang benar, ini juga memiliki andil dalam memecah belah kerukunan dan kesatuan bangsa. 

Apalagi dalam era globalisasi yang membuat komunikasi semakin mudah dan murah juga merupakan sasaran yang dapat digunakan dalam upaya memcah belah bangsa dengan cara penyebaran informasi dan komunikasi yang di belokkan untuk kepentingan kelompok dan golongan.

Salah satu upaya dalam menyelematkan kebhenekaan bangsa Indonesia melalui penyadaran akan pentingnya hidup berkelompok dan bergotong royong dalam menghadapi tantangan dan hambatan serta bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjauhi sega larangan-Nya sebagai bentuk teriamkasih yang dalam atas terciptanya suku bangsa dengan berbagai kemajemukannya yang menjadikan bangsa semakin bersatu erat dalam menuju dan mewujudkan cita-cita bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun