Mohon tunggu...
Rofiq RijalFadilah
Rofiq RijalFadilah Mohon Tunggu... Saya seorang mahasiswa yang aktif di bidang sosial dan pendiddikan, aktif menulis dan sering mengikuti kegiatan sosial di masyarakat. Selain itu aktif dalam berorganisasi dan ikut serta berkontribusi di beberapa lembaga.

Sebagai seseorang yang berlatar belakang sebagai seorang santri, inging memperkenalkan ajaran ajaran ulama terdahulu melalui pendekatan dan pembahasan kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tanda Akan Datangnya Sakaratul Maut

26 Februari 2025   15:59 Diperbarui: 26 Februari 2025   16:14 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Foto : Frame.go.id)

Rasulullah SAW Bersabda :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِى الْمَوْتَ

Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian." (HR. Tirmidzi).

            Satu hal yang pasti dalam hidup ini adalah kematian. Ia bukan sekadar kemungkinan, melainkan kepastian yang tak bisa dihindari. Namun, betapa seringnya manusia terlena dalam buaian dunia---terpukau oleh manisnya kehidupan yang sejatinya hanyalah sementara.

Kita terlalu sibuk mengejar ambisi, seakan waktu selalu berpihak. Terlalu larut dalam hiruk-pikuk dunia, seakan esok pasti datang. Padahal, cepat atau lambat, entah dalam kesiapan atau keterkejutan, kematian akan mengetuk pintu kehidupan kita.

Dalam sebuah syair dikatakan:

Al-mautu ya'ti baghtatan  "Kematian datang secara tiba-tiba."

Sebagai seorang Muslim, sudah sepatutnya kita selalu mengingat dan mempersiapkan diri menghadapi kematian. Sebab, ia bukan sesuatu yang bisa ditunda atau dihindari.

Lalu, adakah tanda-tanda sebelum kematian datang? Apakah seseorang yang akan menghadapi kematian dapat merasakannya?

Imam Al-Qurtubi dalam kitab Mukhtasor Tadzkirah Al Qurtubhi menjelaskan tentang tanda-tanda menjelang kematian, yang didasarkan pada Al-Qur'an dan hadis Rasulullah .

Tanda pertama muncul 100 hari sebelum sakaratul maut. Setelah waktu Asar, tubuh akan merasakan getaran halus---seperti getaran pada tubuh seekor sapi yang disembelih. Getaran ini datang sebagai isyarat dari Allah, namun tidak semua orang menyadarinya. Ada yang peka dan merasakan perubahan itu, sementara yang lain larut dalam dunia hingga tak menyadarinya sama sekali. Tanda ini adalah panggilan lembut dari Allah, mengingatkan bahwa perjalanan hidup semakin mendekati akhir.

40 hari sebelum sakaratul maut, tanda berikutnya mulai terasa. Di bagian pusat tubuh, akan muncul denyutan halus---sebuah isyarat bahwa perjalanan di dunia semakin mendekati akhir. Pada saat ini, Malaikat Izrail akan menampakkan diri. Ia hadir dalam wujud yang tak dikenal, membawa pesan yang hanya dapat dipahami oleh jiwa yang peka. Namun, tak semua orang menyadarinya. Ada yang merasa, ada pula yang tetap sibuk dengan dunia, seolah kematian masih jauh dari genggaman. Tanda ini adalah panggilan kasih dari Allah, sebuah pengingat agar kita semakin mendekat kepada-Nya sebelum waktu benar-benar habis.

7 hari sebelum sakaratul maut, sebuah tanda mulai tampak. Nafsu makan seseorang meningkat secara tiba-tiba, seakan-akan tubuhnya ingin menikmati setiap rasa untuk terakhir kalinya. Ia makan dengan lahap, seolah menyadari bahwa setelah ini, tak ada lagi kesempatan untuk merasakan nikmatnya makanan dunia.

Namun, tak semua orang memahami isyarat ini. Bagi yang hatinya tertaut pada Allah, mungkin ini menjadi momen untuk lebih banyak bersyukur dan mendekat kepada-Nya. Namun bagi yang masih terbuai dunia, tanda ini hanya berlalu tanpa makna.

Sebuah pertanda halus, bahwa perjalanan fana ini semakin mendekati ujungnya.

3 hari sebelum sakaratul maut, tanda-tanda semakin jelas terasa. Denyutan halus mulai terasa di ubun-ubun, pertanda bahwa ruh perlahan bersiap meninggalkan raga. Kornea mata mulai memudar, kehilangan cahayanya, sementara telinga tampak mengerut ke arah depan, seolah ingin mendengar bisikan akhir dari kehidupan dunia.

Pada fase ini, disunnahkan untuk memperbanyak ibadah, terutama berpuasa. Dengan berpuasa, jiwa menjadi lebih bersih, dan tubuh lebih ringan dalam perjalanannya menuju keabadian. Semoga saat ajal menjemput, kita pergi dengan membawa lebih banyak amal, bukan dosa.

1 hari sebelum sakaratul maut, tanda terakhir mulai terasa. Setelah waktu Asar, denyutan halus kembali terasa di ubun-ubun, kali ini lebih dalam, lebih nyata. Seakan-akan tubuh telah mengetahui takdirnya---bahwa ini adalah Asar terakhir dalam hidupnya, bahwa senja yang hadir kali ini tak akan disusul oleh senja berikutnya. Hati yang peka mungkin akan merasakan isyarat ini, sementara yang lain tetap menjalani hari seperti biasa, tanpa menyadari bahwa malaikat maut telah begitu dekat. Saat detik-detik terakhir semakin nyata, inilah waktu terbaik untuk berserah sepenuhnya kepada Allah, mengucap istighfar, dan menutup lembaran kehidupan dengan penuh ketenangan.

Tanda akhir sakaratul maut pun tiba. Perlahan, udara dingin merayap dari ujung kaki, menjalar ke seluruh tubuh, melemahkan setiap sendi. Ini adalah detik-detik terakhir sebelum ruh benar-benar berpisah dari raga.

Di sinilah ujian sesungguhnya dimulai---apakah perjalanan ini akan berakhir dengan husnul khotimah, dalam keadaan iman yang kokoh, atau justru sebaliknya, su'ul khotimah, dalam keadaan yang tidak kita harapkan?  Saat itu tiba, tak ada lagi harta, jabatan, atau ambisi dunia yang berarti. Hanya amal dan keikhlasan hati yang menentukan bagaimana akhir perjalanan ini. Semoga ketika saat itu datang, kita tergolong orang-orang yang berpulang dalam ridha dan rahmat-Nya.

Mengingat kematian adalah sesuatu yang dianjurkan oleh Nabu Muhammad SAW. Bukan sebagai ancaman yang menakutkan, melainkan sebagai pengingat agar kita tak lalai dalam perjalanan hidup. Kematian bukan akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan yang sebenarnya. Dengan mengingatnya, kita akan semakin sadar bahwa tujuan utama kita di dunia ini bukan sekadar mengejar kesenangan fana, melainkan untuk senantiasa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga hati kita selalu terjaga dalam kesadaran ini, agar saat ajal menjemput, kita telah siap dengan bekal amal dan keimanan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun