Tanda pertama muncul 100 hari sebelum sakaratul maut. Setelah waktu Asar, tubuh akan merasakan getaran halus---seperti getaran pada tubuh seekor sapi yang disembelih. Getaran ini datang sebagai isyarat dari Allah, namun tidak semua orang menyadarinya. Ada yang peka dan merasakan perubahan itu, sementara yang lain larut dalam dunia hingga tak menyadarinya sama sekali. Tanda ini adalah panggilan lembut dari Allah, mengingatkan bahwa perjalanan hidup semakin mendekati akhir.
40 hari sebelum sakaratul maut, tanda berikutnya mulai terasa. Di bagian pusat tubuh, akan muncul denyutan halus---sebuah isyarat bahwa perjalanan di dunia semakin mendekati akhir. Pada saat ini, Malaikat Izrail akan menampakkan diri. Ia hadir dalam wujud yang tak dikenal, membawa pesan yang hanya dapat dipahami oleh jiwa yang peka. Namun, tak semua orang menyadarinya. Ada yang merasa, ada pula yang tetap sibuk dengan dunia, seolah kematian masih jauh dari genggaman. Tanda ini adalah panggilan kasih dari Allah, sebuah pengingat agar kita semakin mendekat kepada-Nya sebelum waktu benar-benar habis.
7 hari sebelum sakaratul maut, sebuah tanda mulai tampak. Nafsu makan seseorang meningkat secara tiba-tiba, seakan-akan tubuhnya ingin menikmati setiap rasa untuk terakhir kalinya. Ia makan dengan lahap, seolah menyadari bahwa setelah ini, tak ada lagi kesempatan untuk merasakan nikmatnya makanan dunia.
Namun, tak semua orang memahami isyarat ini. Bagi yang hatinya tertaut pada Allah, mungkin ini menjadi momen untuk lebih banyak bersyukur dan mendekat kepada-Nya. Namun bagi yang masih terbuai dunia, tanda ini hanya berlalu tanpa makna.
Sebuah pertanda halus, bahwa perjalanan fana ini semakin mendekati ujungnya.
3 hari sebelum sakaratul maut, tanda-tanda semakin jelas terasa. Denyutan halus mulai terasa di ubun-ubun, pertanda bahwa ruh perlahan bersiap meninggalkan raga. Kornea mata mulai memudar, kehilangan cahayanya, sementara telinga tampak mengerut ke arah depan, seolah ingin mendengar bisikan akhir dari kehidupan dunia.
Pada fase ini, disunnahkan untuk memperbanyak ibadah, terutama berpuasa. Dengan berpuasa, jiwa menjadi lebih bersih, dan tubuh lebih ringan dalam perjalanannya menuju keabadian. Semoga saat ajal menjemput, kita pergi dengan membawa lebih banyak amal, bukan dosa.
1 hari sebelum sakaratul maut, tanda terakhir mulai terasa. Setelah waktu Asar, denyutan halus kembali terasa di ubun-ubun, kali ini lebih dalam, lebih nyata. Seakan-akan tubuh telah mengetahui takdirnya---bahwa ini adalah Asar terakhir dalam hidupnya, bahwa senja yang hadir kali ini tak akan disusul oleh senja berikutnya. Hati yang peka mungkin akan merasakan isyarat ini, sementara yang lain tetap menjalani hari seperti biasa, tanpa menyadari bahwa malaikat maut telah begitu dekat. Saat detik-detik terakhir semakin nyata, inilah waktu terbaik untuk berserah sepenuhnya kepada Allah, mengucap istighfar, dan menutup lembaran kehidupan dengan penuh ketenangan.
Tanda akhir sakaratul maut pun tiba. Perlahan, udara dingin merayap dari ujung kaki, menjalar ke seluruh tubuh, melemahkan setiap sendi. Ini adalah detik-detik terakhir sebelum ruh benar-benar berpisah dari raga.
Di sinilah ujian sesungguhnya dimulai---apakah perjalanan ini akan berakhir dengan husnul khotimah, dalam keadaan iman yang kokoh, atau justru sebaliknya, su'ul khotimah, dalam keadaan yang tidak kita harapkan? Â Saat itu tiba, tak ada lagi harta, jabatan, atau ambisi dunia yang berarti. Hanya amal dan keikhlasan hati yang menentukan bagaimana akhir perjalanan ini. Semoga ketika saat itu datang, kita tergolong orang-orang yang berpulang dalam ridha dan rahmat-Nya.
Mengingat kematian adalah sesuatu yang dianjurkan oleh Nabu Muhammad SAW. Bukan sebagai ancaman yang menakutkan, melainkan sebagai pengingat agar kita tak lalai dalam perjalanan hidup. Kematian bukan akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan yang sebenarnya. Dengan mengingatnya, kita akan semakin sadar bahwa tujuan utama kita di dunia ini bukan sekadar mengejar kesenangan fana, melainkan untuk senantiasa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.