Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terkenang Akan SDSB dan Nomer Buntutan

3 Desember 2013   09:33 Diperbarui: 4 April 2017   16:26 10218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SDSB, Sumbangan Dana Sosial Berhadiah, merupakan kupon berhadiah bagi para pembelinya.  Kupon yang mirip voucher ini didalamnya terdapat nomer seri dan angka.  Angka-angka dalam kupon ini ada 7 angka acak. Kupon SDSB ini resmi dan legal karena diselenggarakan oleh pemerintah dibawah kementrian sosial di era tahun 80-an, dan dapat dibeli di agen-agen penjualan resmi yang ada di daerah maupun sub agen-sub agen di pinggir jalan .

Jenis kupon SDSB yang dijual ada 2 macam. Pertama, kupon dijual terbuka bebas memilih  angka-angka mana saja.  Yang kedua, kupon tertentu yang dijual di dalam amplop putih tertutup, yang tidak dikeyahui berapa angka-angka yang tertera di kupon tersebut.

Pengundian kupon ini, pada awalnya diadakan seminggu sekali. Seiring waktu, pada waktu itu berkembang dan diundi menjadi 2 kali dalam seminggunya. Kalau tidak salah diundi tiap Minggu malam pukul 00.00 WIB dan Rabu malam dengan jam yang sama. Pengundian ini bahkan diyangkan di saluran televisi,  TVRI waktu itu. Hanya saja semua agen penjual kupon resmi SDSB ini sudah tutup pada Jam 21.00 WIB, 3 jam sebelum pengundian dilaksanakan.

Hadiah yang diberikan bagi para pembeli kupon SDSB cukup menggoda. Tidak perlu harus cocok 7 angka, karena dengan cocok 2 angka terakhir saja sudah mendapat hadiah uang. Terus terang saya sudah tidak ingat lagi , berapa besarnya hadiah uang yang diperoleh bila cocok 2 angka terakhir, cocok 3 angka terakhir, hingga enam angka terakhir. Yang saya ingat, waktu itu bila tembus cocok 7 angka atau hadiah utama, hadiahnya sampai 1 milyar kena potong pajak 20%.  Pengambilan hadiah, jika dalam jumlah kecil bisa langsung  kea gen resmi. Tapi kalau besar bisa nunggu beberapa hari, bahkan jika tembus hadiah utama harus ke Jakarta.

Seiring dengan maraknya penjualan SDSB, di daerah tempat tinggal saya justru yang meriah adalah penjualann nomer buntutan. Nomer buntutan ini, meskipun nomer-nomer yang berhadiahnya mengikuti pengundian SDSB, biasanya hanya sampai 4 angka terakhirnya saja. Hanya saja, nomer buntutan ini tiap hari diundi. Jadi selain yang bersamaan dengan pengundian SDSB, pembgubdian nomer buntutan  yang berhadiah itu tergantung dari bandarnya. Terserah kepada bandarnya, 4 angka yang akan keluar tiap malamnya.

Pada nomer buntutan, pembeli harus memilih dengan pasti, 2 angka atau 3 angka atau empat angka. Jarang ada yang lebih dari 4 angka. Tidak seperti SDSB, nomer buntutan ini yang dapat hadian hanya yang bisa menebak dengan jitu 2 angka saja atau 3 angka saja ataupun 4 angka. Jadi kalau beli 4 angka, meski 2 angka terakhir tembus atau cocok, tetap saja tidak mendapat hadiah. Biasanya, para pembeli akan membeli 4 angka tertentu, dibarengi dengan 3 angka terakhir dan 2 angka terakhir. Untuk hadiah uang, nomer buntutan ini memberi hadiah bagi yang membeli 2 angka dan cocok dengan yang dikeluarkan sang Bandar, akan mendapat 60 x dari jumlah uang yang digunakan membeli 2 angka tersebut. Selebihnya yang 3 angka dan 4 angka, saya sudah lupa , berapa dapatnya.

Sisi lain dari adanya kupon SDSB dan nomer buntutan ini yang menarik adalah perilaku para pembelinya, terutama untuk yang sudah benar-benar sampai tahap tergila-gila dengan hadiah yang menggiurkan yang akan bisa jadi kaya mendadak. Bagi yang hanya sekedar iseng membeli untuk untung-untungan, paling mereka hanya otak-atik angka-angka dengan pedoman dari buku saku kecil yang berjudul “Seribu Tafsir Mimpi”, atau otak-atik sendiri dengan istilah “dimistik angkanya” berdasar atas beberapa angka-angka yang keluar beberapa hari sebelumnya.

Bagi yang sudah tergila-gila alias kecanduan akut akan SDSB maupun nomer buntutan, mereka tak segan-segan melakukan beberapa hal seperti di bawah ini;

-Mencari ilham dengan mendatangi dan tirakat di tempat-tempat keramat, petilasan-petilasan orang      sakti jaman dulu, atau makam-makam yang dianggap bisa memberikan wangsit atau pertanda angka-angka berapa yang akan muncul nantinya di malam pengundian.

-Mendatangi “orang pintar” atau “wong tuwo”( kyai,dukun, paranormal dan sejenisnya) hanya untuk menanyakan, angka-angka berapa yang akan keluar nantinya.

-Yang paling menggelikan adalah menanyakan angka-angka yang akan keluar itu kepada orang gila (nanggap wong edan).

Salam wuyung….he he he.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun