Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Skandal Asmara Dewi Kunti-Betara Surya

26 Januari 2015   16:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begawan Druwasa merasa sangat senang dengan pelayanan yang diberikan  oleh Dewi Kunti dalam berbagai kegiatan peribadatannya selama tinggal di negeri Kuntiboja. Sebagai bentuk rasa sukanya, Begawan Druwasa kememudian memberi kan hadiah kepada Dewi Kunti sebuah mantra yang dapat dipergunakan untuk memanggil seorang dewa.

Suatu saat di pagi yang cerah, Dewi Kunti merasa yang merasa penasaran akan mantra pemberian sang Begawan,   mencoba mempraktekannya dengan memanggil Betara Surya, Sang Dewa Matahari. Tak berapa lama,  muncullah seorang dewa yang tampan dengan tubuh yang dari ujung kaki, tengah badan, hingga kepalanya yang bermahkota mengeluarkan cahaya yang terang benderang.

Melihat munculnya Dewa Matahari ini, Dewi Kunti menyatakan maksudnya bahwa tujuannya merapal mantra pemanggil ini semata-mata hanya untuk membuktikan manjur tidaknya mantra yang diberikan oleh Begawan Druwasa. Namun, bagi Betara Surya tanggapannya tidaklah seperti itu.. Sudah jauh-jauh dari matahari menuju bumi dengan kecepatan tinggi, apa hanya untuk sekedar mengucapkan kata salam perjumpaan saja. Tidak bisa demikian,

Entah Sang Surya yang memulai ataukah memang Dewi Kunti yang juga terpesona akan ketampanannya, pagi itu terjadilah skandal asmara di keputren kerajaan Kuntiboja. Udara pagi yang sejuk mendadak berubah  menghangat, karena gelora asmara yang ditimbulkannya. Untungnya, sebelum mendatangi tempat ini Betara Surya sudah mengatur temperature suhunya sehingga tidak membikin panas yang berlebihan.

Akibat skandal ini, beberapa bulan kemudian Dewi Kunti hamil, dan membuat bingung seluruh keluarganya. Setelah didesak terus menerus, akhirnya Dewi Kunti mengaku bahwa dirinya telah melakukan hubungan asmara dengan Betara Surya. Agar berita ini tidak menyebar luas keluar tembok istana, Dewi Kunti kemudian dipingit sampai saat nantinya melahirkan.

Atas bantuan Begawan Druwasa, Dewi Kunti kemudian melahirkan seorang bayi lelaki. Hanya saja proses kelahiran bayi ini cukup unik karena lahir lewat telinga. Melalui kesaktian Sang Begawan ini pula kemudian keperawanan Dewi Kunti juga dapat dikembalikan seperti semula. Bayi lelaki yang lahir ini juga merupakan bayi yang luar biasa, karena dari lahir sudah memakai baju perang dan anting-anting yang berkilau sebagai tanda sebagai keturunan Betara Surya.

Demi menjaga nama baik keluarga, bayi yang masih hidup ini kemudian dihanyutkan di sungan Yamuna. Beruntung akhirnya bayi ini ditemukan oleh Adirata, seorang yang bekerja sebagai perawat kuda kerajaan Hastina. Bayi ini diasuh dan dirawat seperti layaknya putra sendiri yang kemudian diberi nama Aradea. Aradea inilah yang natinya ketika dewasa berubah nama menjadi Adipati Karna atau Basukarna, salah seorang ksatria yang menjadi benteng para Kurawa.

*

Dari sepotong kisah pewayangan skandal asmara seorang Dewi Kunti dengan Betara Surya ini saja sudah menunjukkan bahwa hubungan seks antara seorang wanita yang belum bersuami dengan lelaki yang bukan pasangan hidupnya akan membawa akibat yang merugikan seorang wanita dan keluarganya. Nama baik dirinya maupun keluarganya jadi tercoreng. Yang menjadi korban adalah anak yang dilahirkan, dipaksa untuk dipisahkan dengan ibunya yang jika tidak beruntung akan mengalami kematian karena dihanyutkan di sungai atau dibuang di tempat lain.

Tuntunan dalam kisah pewayangan yang sudah berusia ribuan tahun ternyata masih relevan dengan keadaan jaman sekarang, dimana kita  masih sering membaca berita nasib memilukan tentang seorang bayi yang ditemukan dalam keadaan tak bernyawa terapung di sungai. Itulah akibat dari hubungan seks yang tidak bertanggung jawab, yang hanya memburu kenikmatan sesaat, tanpa berani menanggung akibatnya.

*

Selain pesan moral dalam pewayangan, kisah skandal asmara Dewi Kunti dan Betara Surya ini juga memunculkan berbagai pertanyaan tersendiri dalam pewayangan. Dimana rasa tanggung jawab seorang dewa yang telah “menghamili” seorang wanita dikalangan manusia? Mengapa Dewi Kunti yang memiliki masa lalu yang kelam justru dijadikan ibu dari para satria Pandawa yang dipuja sebagai pembasmi angkara murka yang dilakukan oleh para Kurawa?

Podjok Pawon: Januari 2015, Salam Pecinta Wayang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun