Pada awal semester, Prof Kuncoro memberikan tugas kepada beberapa mahasiswa dan mahasiswinya untuk melakukan percobaan di bidang bercocok tanam di sebuah lahan yang kosong. Sekelompok mahasiswa yang dipimpin oleh Pringgo menempati lakan di sisi kiri perkebunan dengan melakukan penanaman tomat, timun dan terong. Sementara di sisi kanan yang dibatasi tembok yang tinggi, sekelompok mahasiswi yang diketuai oleh Titi juga menanam tanaman yang sama.
Selang empat bulan kemudian, kedua kelompok ini melaporkan hasil penelitiannya. Pringgo cs melaporkan hasil perkebunan tomatnya yang berhasil dengan luar biasa. Buah tomat yang dipanen ukurannya relatif lebih besar dan berwarna merah ranum bak pipi gadis yang malu-malu kucing. Sedangkan buah timun dan terong yang dipanen hanya biasa saja bahkan cenderung ukurannya mengecil dan warnanya kurang cerah.
Kebalikannya dengan hasil yang dicapai dari perkebunan sebelah yang diketuai oleh Titi. Hasil panen terong dan timunnya sangat luar biasa. Terong dan timun yang dipanen oleh kelompok ini besar dan panjangnya bisa hampir dua kali lipatnya jika dibandingkan hasil panenannya kelompok si Pringgo cs. Namun untuk tanaman tomatnya tidak demikian, hasilnya biasa saja dan warnanya juga tidak secerah hasil panenannya si Pringgo cs.
Melihat hasil seperti itu, Prof. Kuncoro pun menjadi bingung. Kondisi tanah dan pupuk yang diberikan serta bibit yang sama, mengapa memberikan hasil yang berbeda. Untuk itu dipanggil-lah secara terpisah dua kelompok ini dan diajaknya berdiskusi membicarakan hasil penelitiannya.
Dari hasil diskusi itu akhirnya dapat diketahui penyebab terjadinya perbedaan hasil panen pada tanaman tomat, terong dan timun. Ternyata penyebabnya adalah kebiasasaan perilaku mereka saat melakukan penyiraman tanaman di sore hari.
Pringgo cs dalam melakukan penyiraman selalu hanya berpakaian minim alias hanya mengenakan CD saja dan sambil saling menyemprotkan air ke sesama teman, sekalian mandi katanya. Selain itu juga kebiasaan jorok laki-laki yang suka kencing sembarangan di sudut kebun.
Tak berbeda dengan Titi cs, jika melakukan penyiraman tanaman pada sore hari, mereka juga melakukannya sambil bermain-main saling menyiram air satu sama lain. Padahal saat itu mereka hanya memakai baju yang tipis, sehingga basah kuyub.
Melalui diskusi terhadap dua kelompok itu. akhirnya Prof. Kuncoro sampai pada sebuah kesimpulan bahwa tanaman tomat, terong dan timun itu memiliki jenis kelamin yang berbeda. Sebuah kesimpulan yang tak terduga yang dikasilkan lewat penelitian dalam waktu yang singkat. Mungkinkah nantinya akan ada tanaman lain yang juga akan diketahui jenis kelaminnya? “Biarlah percobaan berikutnya yang membuktikan!” Kata Prof. Kuncoro menutup pembicaraannya.
Podjok Pawon, Maret 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI