Salah satu acara untuk mengisi liburan adalah dengan mengajak anak-anak mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal. Sebagai orang Jogja yang menetap di Kotagede, penulis pernah mengajak anak-anak untuk mengunjungi Masjid Besar Mataram yang lokasinya hanya berjarak ratusan meter dari rumah.
Bagi kami yang tinggal di Kotagede, mengunjungi Masjid Besar dan berfoto disana sudah bukan hal seru lagi. Sudah banyak orang yang melakukan dan kemudian mengunggahnya ke media, selain itu kami juga sudah tak terhitung berapa kali berada disana. Akan tetapi ada hal yang jadi berbeda jika mengunjungi salah satu bagian dari komples Masjid Besar Mataram ini, yaitu masuk ke komples makam Panembahan Senopati yang berada di sisi selatan Masjid.
Untuk memasuki kompleks makam Panembahan Senotapi ini, setiap pengunjung diwajibkan memakai busana adat jawa. Yang lelaki wajib memakai blangkon, surjan dan jarik. Sedangkan yang perempuan memakai kemben.
Soal pakaian  mudah dan tersedia karena karena dapat disewa di bangsal yang ada di depan gapura makam. Soal berapa biaya sewa pakaian ini, maaf sudah lupa. Sebab, waktu itu abdi dalem yang kebetulan bertugas menjaga makam adalah teman sendiri, jadi hanya memberi uang kas saja.
Setelah berganti pakaian, maka akan ada abdi dalem lainnya yang mengantarkan memasuki makam sebagai penunjuk jalan. Tidak hanya itu, abdi dalem ini juga nantinya akan menceritakan siapa saja yang sudah makamkan di ‘pesareyan’ ini. Semuanya dijelaskan dengan memakai Bahasa Jawa Halus (Kromo Inggil).
Begitu melewati gapura dan masuk ke dalam makam, aroma dupa dan kemenyan sangat berasa menyengat hidung. Suasana sakral dan mistis amat terasa. Apalagi ketika memasuki ‘cungkup’ atau bangunan makam utama, berbeda sekali suasananya. Bangunan tua dengan kayu jati yang besar serta nisan-nisan yang ditutup dengan kelambu semakin menambah aroma kesakralannya.
Ada yang menarik di dalam ‘cungkup’ makam utama ini, yaitu adanya nisan yang separo berada di dalam dan separo berada di luar makam keluarga Panembahan Senopati. Nisan itu dipercaya sebagai tanda makam dari menantu Panembahan Senopati yang dianggap keluarga sekaligus musuh Mataram, yaitu Ki Ageng Mangir.
Sayangnya, ada larangan untuk membawa kamera dan memotret bagian dalam makam keluarga Panembahan Senopati ini. Semua batang harus dititipkan ke abdi dalem yang berjaga di bangsal yang bertugas di sana.
Podjok pawon, Mei 2106