[caption id="attachment_260719" align="aligncenter" width="508" caption="kiriman Zen Aljufri, Washinton, DC/ "][/caption]Pilpres Iran telah usai, dan yang terpilih atau pemenangnya adalah Hassan Rowhani; seorang kandidat yang terfavorit. Hasil perhitungan suara menunjukan bahwa 50.71 % dari 37 juta pemilih Iran (sekitar 19 juta) memilihnya. Dengan demikian, Hasan Rowhani langsung menjadi Presiden tanpa pemilihan tahap berikutnya.
[Hassan Rowhani adalah mantan negosiator nuklir Iran, Doktor lulusan Universitas Caledonia Glasgow]
News kemenangn tersebut, langsung mendapat reaksi positif dari berbagai kalangan, termasuk dari Gedung Putih. Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carnay, " ... Selamat kepada rakyat Iran. Pemerintahan Obama menghormati hasil pemilu itu, walaupun terjadi hambatan hambatan dan pembatasan oleh pemerintah, kurangnya transparansi, sensor media dan intimidasi oleh pihak keamanan, ... " [voa-indonesia].
Ucapan yang sama juga datang dari Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mengucapkan selamat kepada Rowhani dan mendorong pemerintah Iran dan presiden terpilih untuk menjalankan peran konstruktif dalam urusan regional dan internasional.
Dunia menyambut dengan penuh harapan dan keceriaan, bahkan rakyatnya sendiri, sedangkan ulama' setempat menyambut dengan kekecewaan. Contoh gamblang kemunafikan dari negara yang dikangkangi agamawan.
Selamat untuk Hassan Rowhani Singkirkan dominasi ulama, untuk kesejahteraan rakyatmu. Rakyat tidak akan kenyang dan pandai dengan terus digiring untuk membenci negara Israel, Amerika dan barat, dengan slogan-slogan kosong: MAMPUS AMERIKA!! MAMPUS ISRAEL lagi..!! Era kebencian telah berlalu. Persahabatan, dialog dan kerjasama yang saling menguntungkan dengan semua negara adalah kunci kesejahteraan negara dan rakyat! ... "
Itu reaksi di luar sana; luar Nusantara; bagaimana dengan kita yang ada di Nusantara!? tentu saja ada bergam reaksi dan pendapat. Tak sedidikit orang Indonesia yang melihat sosok , sosok idola/model yang berani berseru nyaring melawan Amerika dan Israel; namun paradoksnya, mereka anti Syiah di Nusantara; dipahlawan - diidolakan, dan sekaligus tak disukai.
Kini, dengan adanya presiden baru di Iran, diharapkan, minimal, terjadi peredaan ketegangan di Timur Tengah dengan negara-negara tetangga serta Iran kembali membuka diri untuk perundingan Nuklir; dan lebih dari itu dukungan atau tak lagi ada dukungan terhadap rezim Syria dan Hamaz. Karena hal-hal tersebutlah yang menjadikan Iran menjadi sorotan Dunia dan dipandang tak bersahabat dengan/dan dari dunia Arab lainnya.
13712947931834901091