Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu...
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lidah Adalah Api

21 Februari 2013   01:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:58 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_237655" align="aligncenter" width="400" caption="sumber aneka-cipta/"][/caption]

Api dihasilkan oleh proses oksidasi yang sanagt cepat dan disertai pelepasan energy-panas. Api umumnya muncul dari paduan tak terelakan dari oksigen, panas, sumber-bahan-mineral terbakar; reaksi dari paduan tersebut menghasilkan gas-cahaya panas; panas yang bisa menjadi kekuatan baru, yang mematikan maupun menguntungkan, bahkan merubah bentuk fisik benda-benda lainya.

Api adalah sesuatu yang kongkrit dan terlihat, dampaknya sangat mudah terasa; misalnya dapat terlihat melalui/ada pada listrik statis, reaksi kimia, gesekan, petir, sinar matahari, dan lain sebagainya.

13614223251596992039
13614223251596992039
Di samping itu, ada juga api abstrak yang menghasilkan panas dan kepanasan semu. Dari mana asalnya!? bagaimana bentuknya!? dan seterusnya. Jika api kongkrit bersumber pada/di alam atau benda-benda buatan manusia; maka api abstrak, adalah asli ciptaan manusia, dan hanya ada pada mereka.

Api abstrak, tak terlihat berpijar, menyala-nyala, atau menyambar-nyambar sambil menghanguskan, akan tetapi memanaskan manusia; dan manusia yang panas karena api anstrak tersebut bisa lebih merusak, menghancurkan banyak hal. Kedasyatan manusia yang tekena panas dan kepanasan api abstrak sangat luar biasa, bahkan bisa menciptakan api kongkrit.

Lihat saja, begitu banyak bencana kemanusian, perang, kerusuhan, bahkan pembersihan dan pembunuhan etnis, teror, dan lain sebagainya, semuanya muncul karena panas dan kepasan api abstak; yang tersulut bukan karena reaksi benda-benda sumber api, namun idiologi, ajaran agama, benci, kebencian, serta pemusuhan.

Lalu di mana sumber api abstrak dalam/pada tubuh manusia tersebut!? sumbernya di hati (timbul hal baru, hati yang mana!? hati yang abstrak atau organ tubuh yang disebut liver!?) atu ada pada lidah. Ya, lidah adalh sumber api abstrak yang merusak dan mengancurkan peradaban, manusia dan kemanusiaanya. [caption id="attachment_237655" align="aligncenter" width="213" caption="sumber aneka-cipta/"]

13613747562027845873
13613747562027845873
[/caption]

Lidah adalah api, ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh, sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda-roda hidup dan kehidupan.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.

Dengan lidah manusia memuji Tuhan; dan dengan lidah manusia mengutuk sesamanya yang juga diciptakan oleh Tuhan Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk.

Oleh sebab itu, siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, maka ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan serta memancarkan panas dan kepanasan.

Jadi, jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, maka ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya; ia pun sebetulnya seorang penipu yang bertopeng agama dan keagamaan.

[caption id="attachment_237655" align="aligncenter" width="300" caption="sumber aneka-cipta/"]
13613747562027845873
13613747562027845873
[/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun