Mohon tunggu...
Janoval Rizki
Janoval Rizki Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Pamulang

Menyukai hal berbau dengan sejarah dan musik

Selanjutnya

Tutup

Film

Masalah Sosial dalam Folm Ben & Jody

19 Desember 2023   19:49 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:53 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Ben & Jody merupakan film drama laga karya Angga Dwimas Sasongko dari sebuah rumah produksi film Visinema Pictures. Film yang dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Rio Dewanto adalah sambungan dari sekuel Filosofi Kopi karya Dee Lestari yang dienkranisasi dari novel dengan judul yang sama.

Pada sekuel ini, penonton disuguhkan oleh aksi yang menegangkan. Sebab, antihero dalam film ini dibintangi oleh aktor laga kawakan, Yayan Ruhiyat atau sering disapa "Kang Yayan". Ia terkenal dengan karakter premannya pada film The Raid. Selain Kang Yayan, hal menarik lainnya pada film ini adalah munculnya sosok musisi seperti Ari Lesmana. Sebab, ini kali pertamanya pentolan grup musik Fourtwnty itu membintangi sebuah film.
 
Dari segi konsep cerita, film Ben & Jody kali ini begitu berbeda dari film terdahulunya, Filosofi Kopi. Namun, tetap memiliki benang merah yang ditampilkan pada scene tertentu. perbedaannya, kini Ben sudah memiliki visi yang berbeda. Profesinya sebagai barista di Filosofi Kopi kini ia tinggalkan, dan berfokus untuk mendalami kopi dengan bertani. Mungkin itu salah satu alasan Ben untuk tetap mecintai kopi. Meskipun harus berbeda dimensi dengan Jody.
Namun, disini saya akan membahas masalah sosial yang terdapat dalam film ini. Begitu banyak konflik yang terjadi dalam petualangan Ben & Jody. Mulai dari adegan penculikan hingga perlawanan antara warga kampung adat yang mayoritasnya adalah para petani.

Konflik Agraria

Semuanya bermula ketika Ben dan kelompok para petani melakukan aksi kepada para perusahaan pembalakan liar. Ben menjadi orang terdepan yang melakukan penutupan akses jalan masuk perusahaan. Karena tuntutan warga tidak dipenuhi oleh pihak perusahaan maka warga melakukan kegiatan blokade lahan area yang selama ini dituntut untuk diberikan kepada masyarakat.
Disela waktu senggang, warga menunggu perwakilan dari kampung adat yang mencoba berdialog dengan pihak perusahaan. Seperti biasa, Ben selalu menyeduh kopi, ia membagikan kopi kepada warga untuk menyiasati bahwa budaya ngopi adalah manifestasi kebudayaan bergotong royong.
Namun, aksi damai yang dilakukan Ben dan warga dibalas oleh tindakan represif yang diduga dilakukan oleh orang-orang sewaan dari pihak perusahaan. Naas, Aksi tersebut berakhir dengan banyaknya korban jiwa dari pihak warga. Hal ini berujung dengan dievakuasinya Ben dan massa aksi akibat luka-luka yang dihasilkan oleh pihak perusahaan.

 Sumber foto: Forest Digest
konflik ini mengingatkan dengan kejadian belakangan ini, dimana banyak warga adat yang lahannya digusur oleh pihak perusahaan. seperti, Desa Wadas, Desa Rempang, Desa Bangkal, Desa Sukoharjo, dan masih banyak lagi.
Penculikan dan Kerja Paksa
Setelah melakukan aksi demonstrasi itu, pada malam harinya Ben yang sedang berjalan dan melakukan Video Call dengan Jody tiba-tiba diculik, lalu dibawa masuk ke mobil oleh orang-orang sewaan pihak perusahaan. Ben kemudian disekap ditengah hutan bersama warga adat lainnya. Hal ini pula yang membuat Jody gusar, setelah beberapa hari tidak ada kabar dari Ben. Jody yang mencoba menyelidiki keberadaan sahabatnya itu pun, menerima nasib yang sama. ia diculik dan disekap. kini, Ben dan Jody bertemu kembali. Namun, dengan kondisi yang mencekam.

Ben bercerita kepada Jody. Bahwa, mereka yang disekap itu adalah warga adat dari kampung peladang yang menolak tanahnya direlokasi oleh pihak perusahaan. sehingga nasibnya kini hanya menjadi tawanan.
Menjelang siang, para tahanan itu dipaksa bekerja untuk membalak hutan, menebang pohon, dan memotong kayu. layaknya para pekerja Romusha dan cultuurstelsel. mereka mengalami kelelahan baik fisik maupun psikis. beberapa tahanan yang mencoba kabur selalu menemui nasib buruknya.
film Ben & Jody ini dengan sendirinya menjadi otokritik terhadap masalah sosial yang terjadi diberbagai belahan daerah, di Indonesia. Jika kita meninjau tentang masalah pembebasan lahan yang dilakukan pihak perusahaan kepada para petani.

Banyak dari mereka yang kehilangan ruang hidupnya karena praktek-praktek hegemoni. Mulai dari budaya, Lembaga, sosial, bahkan pengetahuan. Dari segi budaya, seiring berkembangnya kehidupan dizaman sekarang yang menawarkan kenyamanan bagi setiap manusia, petani tentu memiliki imbasnya dalam hal wilayah teritorinya, dampak dari kebudayaan yang menawarkan kenyamanan ini mampu mengusir petani dari tanahnya sendiri. Kita bisa meninjau, banyak pembangunan yang mengatasnamakan kepentingan Bersama atau individu tetapi merampas hak sebagian masyarakat. Pembangunan inilah yang membuat para petani tersingkirkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun