Di pagi yang cerah itu, di jalan Cisauk menuju Tiga Raksa. Aku berkendara menuju sekolah lamaku, sebuah pesantren yang terletak di Banten. Tidak lain dan tidak bukan untuk mensosialisasikan beasiswa KIP-K pada siswa kelas 3 MA-nya. Sebagai bentuk balas budi terhadap KIP-K yang telah membiayai perkuliahanku, aku ingin membagikan info seputar beasiswa pada mereka sekaligus membimbing bagi yang berminat. Â
      Ditemani adik kelas yang sudah lulus juga, kami berbincang seputar dunia kerja. Rousin atau yang biasa disebut Ocin menceritakan pengalamannya setelah lulus. Berawal dari driver gojek dengan menggunakan akun ayahnya. Kemudian ia memutuskan ambil perkuliahan dengan kelas karyawan. Disitu dia mendapatkan sesuatu yang penting yaitu relasi. Salah satu teman kuliahnya menawarinya pekerjaan sebagai satpam di suatu mall.
      Tanpa berpikir panjang, ia langsung menerima tawaran itu dan langsung melamarnya dan hingga kini ia tetap konsisten. Karena aku masih dalam fase jobseeker, aku meminta ia bercerita banyak perihal pekerjaan. Sambil berboncengan, kami berdiskusi tentang pentingnya relasi dalam dunia kerja. Relasi atau juga bisa disebut dengan koneksi dalam persepsi sebagian orang dapat dikonotasikan negatif dan juga dikonotasikan positif.
      Berbagai pandangan muncul terkait relasi yang sering disangkutpautkan dengan istilah orang dalam. Tentunya istilah orang dalam merujuk pada seseorang yang menggunakan wewenang atau kekuasaannya dalam suatu instansi untuk meloloskan calon pekerja atau anggota. Padahal pada kenyataanya relasi atau koneksi dalam dunia kerja tidak bisa dianggap seperti itu.
      Rousin lanjut bercerita kalau ia masih ingat betul pesan yang disampaikan oleh pimpinan pondok. Bahwasanya beliau menekankan pentingnya relasi dan cara mendapatkan relasi adalah berkenalan dengan orang banyak. Benar apa yang dikatakan oleh pimpinan ujarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mendapatkan relasi itu bisa diusahakan dan harus dicari. Fakta dilapangan justru menyatakan bahwa 70 % lowongan kerja tidak dipublikasikan secara online akan tetapi disebarkan melalui mulut ke mulut.    Â
      Melalui jalan parung panjang yang berdebu dan retak-retak. Topik pembicaraan mulai bergeser ke arah motivasi. Teringat dulu pimpinan pondok juga pernah menasehati bahwa kita itu harus mempunyai sosok yang ditiru dan dijadikan panutan. Meneladani sosok yang dijadikan panutan secara otomatis akan membuat kita termotivasi agar dapat mengikuti langkahnya. Tak ayal pimpinan beberapa kali menyuruh santrinya untuk membaca banyak biografi tokoh sukses agar dapat dijadikan ibroh atau pelajaran ke depannya.
      Membaca biografi orang sukses dapat memunculkan sebuah motivasi. Tergantung dari sosok yang diteladani, pembaca akan terstimultan dengan keberhasilan sossok idola. Ini akan menjadi dorongan bagi orang-orang untuk menentukan ke arah mana karirnya di masa depan. Oleh karena itu banyak --banyaklah membaca dan mencari tau keberhasilan seseorang untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang.
      Dua hal itu menjadi unsur penting dalam dunia pekerjaan yang saling melengkapi dimana motivasi masuk ke dalam faktor internal dan relasi masuk ke faktor eksternal. Dua hal yang harus dibangun sedari awal baik itu semasa bersekolah, kuliah dan juga bekerja. Tanpa terasa perjalanan sudah sampai tiga raksa dengan obrolan yang asik dan mengalir.  Â