Mohon tunggu...
Janet Jarusdy
Janet Jarusdy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Transportasi Senyawa pada Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

25 Agustus 2017   18:01 Diperbarui: 25 Agustus 2017   19:40 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transportasi senyawa organik dan anorganik yang terjadi pada sel tumbuhan dan sel hewan memiliki perbedaan dalam kecepatannya. Sebelum membahas lebih lanjut tentang transportasi senyawa pada sel tumbuhan dan sel hewan, kita harus mengetahui terlebih dahulu secara mendalam mengenai sel.

Seluruh makhluk hidup, baik yang merupakan makroskopis ( dapat dilihat dengan mata secara langsung tanpa menggunakan bantuan mikroskop ) maupun mikroskopis (hanya dapat dilihat menggunakan bantuan mikroskop sebab ukurannya yang sangat kecil), terdiri atas bagian- bagian kecil yang disebut dengan sel. Dalam makhluk hidup, individu merupakan unit paling besar sedangkan sel merupakan unit dasar ( terendah ) atau yang terkecil dalam kehidupan dan memiliki seluruh sifat kehidupan. Sifat- sifat kehidupan tersebut berupa adaptasi terhadap lingkungan sekitar, melakukan reproduksi, mengalami pertumbuhan dan perkembangan, memberi respons atau tanggapan terhadap lingkungan (bila mendapat rangsangan), homeostasis yang bertujuan menjaga keadaan di dalam tubuh ( internal ) secara konstan agar selalu stabil dan tidak selalu terpengaruh dengan situasi dan kondisi di luar sel ( faktor eksternal ). Selain itu, unit dasar makhluk hidup juga dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu struktural ( ukuran ), fungsional ( fungsi atau cara kerja ), dan genetik atau disebut juga hereditas yang merupakan pewarisan sifat.

            Ada banyak teori mengenai sel dari para ahli, beberapa di antaranya adalah teori dari seseorang bernama Antonie Van Leeuwenhoek yang merupakan seseorang yang berkebangsaan Belanda dan ia adalah seorang pedagang serta ilmuwan. Ia tercatat sebagai orang yang pertama kali dapat melihat sel hidup dan juga dianggap sebagai mikrobiolog pertama yang berkontribusi dalam hal mikrobiologi dengan mengembangkan sebuah alat yang disebut mikroskop yang berfungsi untuk membantu melihat bagian- bagian yang tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung. Antonie Van Leeuwenhoek mencapai keberhasilan dengan dapat melihat sel hidup dari alga Spirogyra dan bakteri dengan menggunakan mikroskop pada tahun 1674.

            Teori kedua dikemukakan oleh Robert Hooke. Tepatnya pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sel gabus dari dinding sel tumbuhan yang telah mati. Dari pengamatan tersebut, ia menemukan sebuah ruangan kecil kosong pada sel tersebut yang pada akhirnya ia beri nama sel. Dalam bahasa Latin sel adalah cellula yang artinya adalah kamar kecil. Teori selanjutnya berasal dari seorang ahli anatomi hewan yang bernama Theodore Schwann dan seseorang yang merupakan ahli anatomi tumbuhan bernama Matthias Jakob Schleiden. Pada tahun 1838, mereka menyatakan dua pendapat. Pendapat pertama adalah bahwa sel merupakan unit dasar kehidupan dan pendapat yang kedua adalah bahwa setiap makhluk hidup tersusun dari sel. Teori yang lain berasal dari Johannes Purkinje yang memperkenalkan kepada publik tentang protoplasma yang merupakan cairan kental di dalam sel pada tahun 1840.

            Sementara itu, tepatnya pada tahun 1831, Robert Brown yang merupakan seorang botanis Skotlandia melakukan sebuah pengamatan struktural sel terhadap sel tanaman anggrek. Dari pengamatan itu, ia menemukan nukleus atau biasa dikenal sebagai inti sel. Ia pun memberi pendapat bahwa inti sel merupakan bagian sel yang penting sebab memiliki fungsi dalam mengatur segala aktivitas- aktivitas yang terjadi di dalam sel. Pada tahun 1858, Rudolf Ludwig Karl Virchow mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa sebenarnya sel baru berasal dari sel lama atau sel yang sebelumnya ( omnis cellula e cellula). Teori ini muncul disebabkan oleh adanya aktivitas yang dilakukan sel berupa pembelahan diri.

            Setelah adanya teori- teori sel tersebut, muncul sebuah penemuan baru yang disebut sebagai Teori Endosimbiosis yang memiliki arti bahwa terdapat simbiosis mutualisme di dalam hubungan organel- organel yang ada di dalam sel.. Teori baru ini dikemukakan oleh seseorang yang bernama Lynn Margulis. Ia menyatakan bahwa sebelumnya beberapa organel merupakan sel tersendiri. Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa beberapa organel memiliki DNA sendiri. Contoh dari organel yang memiliki DNA sendiri adalah mitokondria dan kloroplas.

            Hubungan mutual antara organel tersebut ditunjukkan dari contoh mitokondria dan kloroplas yang mendapatkan tempat untuk berlindung dari pemangsa di dalam sel dan sel juga mendapat ATP yang dihasilkan oleh mitokondria dari respirasi atau metabolisme energi yang dilakukannya di dalam sel serta mendapatkan hasil fotosintesis sebab kloroplas memiliki fungsi agar memungkinkan terjadinya fotosintesis sebab memiliki klorofil

            Sel dapat mengalami spesialisasi atau diferensiasi. Spesialisasi sel artinya perubahan bentuk dan fungsi sel karena rangsangan sehingga membentuk fungsi dan struktur- struktur khusus. Jadi, sel mengalami perubahan karena beradaptasi setelah mendapatkan rangsang dari lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, ada pula sel yang tidak mengalami diferensiasi. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya rangsang dan/atau sel sudah sesuai dengan kondisi di sekitarnya. Contoh dari sel hewan yang telah terspesialisasi adalah eritrosit, sel pipi, dan sel otot sedangkan dari sel tumbuhan yang telah mengalami diferensiasi adalah sel penjaga, xilem, dan polen yang biasa kita kenal dengan serbuk sari.

            Secara struktural, sel dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Dari empat perbedaan yang ada, yang paling membedakan sel prokariotik dan sel eukariotik terletak pada inti sel. Sel prokariotik tidak memiliki membran inti sel sedangkan sel eukariotik memilikinya.

            Terdapat juga tiga struktur tipe dasar sel, yaitu sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri. Berdasarkan ukuran, sel tumbuhan merupakan sel yang paling besar dari ketiga tipe tersebut karena memiliki vakuola yang lebih besar dan yang berukuran paling kecil dari ketiganya.

Selain perbedaan ukuran dan vakuola, sel hewan dan tumbuhan juga memiliki perbedaan lainnya dari ada atau tidaknya lisosom, plastida, dinding sel, sentrosom, serta ketahanan bentuk masing- masing sel. Sel hewan memiliki lisosom dan sentrosom sedangkan sel tumbuhan tidak memilikinya sedangkan sel tumbuhan memiliki plastida yang tidak dimiliki oleh sel hewan. Sel tumbuhan juga memiliki dinding sel yang menjaga bentuk sel tumbuhan sehingga bisa memiliki bentuk yang tetap sedangkan sel hewan hanya memiliki membran sel yang menyebabkan bentuk dari sel hewan berubah- ubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun