Mohon tunggu...
Jane Liem
Jane Liem Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolonialisme di Indonesia Setelah Kemerdekaan

29 November 2022   20:34 Diperbarui: 29 November 2022   20:45 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kolonialisme adalah "praktik dominasi, yang melibatkan penaklukan satu bangsa kepada bangsa yang lain" dan memiliki konotasi pengertian berkaitan erat dengan imperialisme (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2006). Dalam kata lain, kolonialisme merupakan bentuk penjajahan. Istilah tersebut tentu tidak lagi asing bagi kita; sejarah bangsa Indonesia berkaitan erat dengan kolonialisme yang dilakukan oleh VOC, pemerintah Hindia-Belanda, dan Jepang. Penjajahan tersebut dilakukan untuk tujuan dan kepentingan kaum penjajah, yaitu misalnya untuk mendorong industrialisasi bangsa penjajah tersebut.

Sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia sudah merdeka 77 tahun yang lalu. Negara kita sudah resmi menyatakan bahwa Indonesia berdiri independen dari kuasa-kuasa asing. Tetapi apakah benar bahwa tidak ada lagi bentuk-bentuk kolonialisme di Indonesia setelah kemerdekaannya?

Menurut saya tidak. Kolonialisme maupun imperialisme tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang dilakukan pada zaman pra-kemerdekaan. "Penaklukan satu bangsa pada bangsa yang lain" dapat terjadi diluar pemaksaan atau pelanggaran atas otonomi suatu negara secara resmi. Melainkan, hal ini juga bisa dilakukan melalui cara-cara tidak langsung.

Cara-cara tidak langsung tersebut memanifestasikan diri sebagai bentuk neokolonialisme, yaitu "lanjutnya kendali atas negara berkembang oleh bangsa maju melalui sarana tidak langsung." (Britannica, n.d.) Suatu negara maju dapat mengendalikan atau mengeksploitasi suatu negara berkembang dalam berbagai bentuk. Secara radikal, neokolonialisme dapat terjadi melalui kuasa atau kehadiran militer asing dalam suatu negara; tetapi pada umumnya, neokolonialisme dilakukan dengan lebih terselubung, melalui sarana-sarana ekonomi sehingga keadaan politik pun dapat dikendalikan.

Maka dari itu, negara yang menerapkan neokolonialisme seringkali memiliki sistem-sistem kapitalistik. Sarana-sarana yang tadi disebutkan bisa berupa ketergantungan ekonomi, seperti luasnya dan pesatnya perkembangan produk-produk yang berasal dari negara pelaku neokolonialisme sehingga menekan produk dari tempat-tempat lain; atau melalui sistem perbankan yang berada di bawah kuasa negara asing; hingga pembayaran atau pinjaman untuk melangsungkan jalannya suatu pemerintah yang difasilitasi oleh agen-agen politik dalam pemerintah tersebut.

Neokolonialisme ini pun menjadi fenomena yang bisa ditemukan dalam organisasi internasional, seperti yang dapat diamati dalam dugaan-dugaan terhadap IMF (International Monetary Fund) yang memberikan dana bersyarat kepada negara-negara anggotanya.

Dalam sejarah Indonesia juga ada beberapa kejadian dimana kuasa asing secara langsung campur tangan dalam lanskap politik bangsa kita, walaupun tidak bisa dengan definitif dikatakan sebagai bentuk neokolonialisme. Dokumen-dokumen yang sebelumnya dirahasiakan mengungkapkan kebijakan internasional Amerika Serikat yang mendorong dan mendukung aksi-aksi kekerasan anti-Komunis, yaitu pembunuhan massal 1956, dan menjadikannya model untuk diterapkan di negara-negara berkembang lainnya selama masa Perang Dingin. Ini tentu menunjukkan bahwa Indonesia tidaklah imun terhadap interferensi asing.

Setidaknya pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia cukup terbelakang dalam segi ekonomi, ditambah dengan tekanan dari Belanda yang bertujuan untuk mengeksploitasi Indonesia untuk memperbaiki ekonominya sendiri. Terbentuk suatu keadaan ekonomi dimana kaum Belanda dan Tiongkok menguasai sektor-sektor "modern" sehingga secara kenyataan tidak jauh berbeda dengan masa pra-kemerdekaan. Ini juga bisa dianggap sebagai bentuk neokolonialisme, dan merupakan penyebab utama menuju kepada intervensi politik pada zaman Soeharto.

Pada zaman sekarang, manifestasi neokolonialisme ataupun pengaruh luar tidak seradikal dengan masa-masa tersebut. Tapi dampaknya dalam berbagai bidang kemasyarakatan bertahan sampai sekarang, seperti kesenjangan ekonomi antara Indonesia dan kuasa-kuasa ex-imperialist. Ini pun menjadi salah satu faktor latar belakang terbentuknya keadaan dan pandangan sosial-budaya dan pendidikan di Indonesia, dengan maraknya Westernisasi dan pemusatan institusi-institusi pemimpin edukasi di negara-negara maju. Dampak-dampak tersebut juga menjadi faktor pendukung dalam kerentanan bangsa Indonesia terhadap terjadi atau berlangsungnya neokolonialisme pada masa sekarang.

Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk imperialisme atau kolonialisme masih bertahan di Indonesia setelah kemerdekaannya, khususnya pada zaman pertengahan dan akhir abad ke-20. Pengaruh dan dampak dari neokolonialisme ini pun hadir dan nyata dalam masyarakat Indonesia pada hari ini.

Sebagian besar solusi dari masalah ini berada dalam tangan pemerintah, tetapi bagi warga negara umum kita dapat melakukan usaha kecil setidaknya dalam memperbaiki pandangan yang tertanam dalam sejarah bangsa kita, seperti melatih pemikiran kritis dalam isu sosial dan mengenali keadaan ekonomi dan politik negara. Kita tidak bisa mengubah hal yang tidak kita mengerti, maka edukasi tetap menjadi kunci penting dalam membangun negara dan bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun