Sekarang uang kripto dan pembayaran digital seperti Ovo dan lain-lain semakin dikenal dan dipergunakan oleh banyak orang, terutama sekali pada masa pandemi ini dimana transaksi pembelian barang banyak melalui platform online.
Meningkatnya pemakaian uang digital ini untuk bertransaksi saat ini sudah masuk dalam radar pengamatan para petinggi bank sentral di seluruh dunia. Karena jika tidak diwaspadai dan dikendalikan bisa mengancam eksistensi  bank sentral sebagai pengatur pasar keuangan dan pembuat kebijakan keuangan dalam sebuah negara.
Bisa dibayangkan bagaimana akan kacaunya dunia keuangan jika pada akhirnya orang-orang tidak perlu lagi berurusan dengan bank untuk pembayarannya. Cukup dengan berhubungan dengan perusahaan start-up yang mempunyai uang digital seperti Ovo dan lain-lainnya.
Oleh karena itu sekarang bank sentral dibanyak negara mulai membuat ancang-ancang untuk mengeluarkan uang digital -seperti India, Pakistan dan Thailand. Bahkan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde baru-baru ini mengatakan bahwa pada tahun 2025 Uni Eropa bisa meluncurkan uang digitalnya bilamana mendapatkan lampu hijau dari para pemimpin politiknya.
Tapi memang untuk uang digital ini Tiongkok sudah mendahului semua negara tersebut - tahun 2014 Tiongkok sudah memulai perencanaan dan saat ini sedang diuji cobakan kepada 500.000 orang penduduknya. Untuk mencari feedback apa yang harus diperbaiki agar bisa dipakai secara masal dan tidak menimbulkan masalah.
Masalah-masalah tehnis mungkin bukan menjadi kendala yang besar untuk dipergunakannya uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral ini, tetapi isunya sudah bergeser kepada masalah kebebasan pribadi.Â
Sebagaimana kita ketahui, bahwa jika sudah dipergunakan uang digital sebagai alat bertransaksi maka disini sudah tidak ada lagi privasi, karena bank sentral bisa memonitor setiap pergerakan uang tersebut. Dan ini tidak mampu dideteksi secara detail oleh bank sentral jika masih dalam bentuk yang sekarang - uang kertas. Oleh karenanya uang kertas lebih memberikan kebebasan pribadi dan privasi kepada pemiliknya.
Bagi mereka yang tinggal di negara-negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, uang digital ini adalah mimpi buruk yang tak terperikan. Begitu juga dengan bandar-bandar narkoba.
Negara-negara barat sedikit mengalami kendala untuk memberikan gong persetujuan pemakaian uang digital ini. Sedangkan Tiongkok sama sekali tidak mengalami kendala itu - karena kita ketahui bersama, dengan diterapkannya uang digital ini maka bisa dijadikan oleh pemerintah Tiongkok sebagai alat kontrol untuk aktivitas penduduknya.
Pada akhirnya semua akan menerima hadirnya uang digital ini sebagaimana yang sudah kita alami dalam sejarah perkembangan pembayaran bertransaksi - dari barter menjadi metal, lalu dari metal ke kertas dan sekarang dari wujud kertas menjadi digital. Begitulah manusia berevolusi demikian juga alat pembayarannya. Semoga.