Di tengah gempuran mini market, super market dan hypermarket, pasar tradisional dan pasar rakyat masih tetap bisa bertahan dan eksis. Mengenang masa anak-anak dulu, pasar rakyat di kota kelahiran saya setiap hari ada di tempat yang berbeda. Kota kelahiran saya Kabupaten Mandailing Natal selalu ada pasar rakyatnya setiap hari.
Hari Senin, ada pasar rakyat Mompang Jae, hari Selasa ada pasar Sihepeng, hari Rabu pasar Sinonoan, Kamis pasar Penyabungan atau di ibu kota kabupaten Madina. Kemudian hari Jumat ada pasar Simangambat, hari Sabtu pasar Siabu di kecamatan Siabu dan hari Minggu ada pasar Malintang.
Pasar rakyat ini masih terus bertahan sampai sekarang dan memiliki keunikan serta ciri khasnya masing-masing. Yang pasti, keberadaan pasar rakyat tidak hanya sekadar tempat bertransaksi jual beli atau transaksi ekonomi. Pasar-pasar yang ada memiliki peran penting dalam peradaban manusia dari berbagai sisi kehidupan.
Dari sisi sosial kemasyarakatan, pasar rakyat sering dijadikan sebagai tempat pertemuan antara orang-orang yang saling mengenal dari desa na walu (dari berbagai desa berdasar arah mata angina yang berjumlah 8). Pasar rakyat menjadi sarana paling tepat bagi masyarakat untuk berinteraksi dan mengundang kerabat ketika salah satu dari warga yang datang hendak membuat acara pesta atau hajatan pernikahan anaknya. Di pasar rakyat ini kekerabatan terjalin begitu indah.
Kalau pedagangnya berhalangan akan mudah dikenali dengan kosongnya lapak tempat ia biasa berjualan. Urusan kuliner, makanan tradisional seperti toge penyabungan, lontong atau kue cucur menjadi kudapan istimewa saat berada di pasar rakyat di Mandailing Natal.
Pasar rakyat juga jadi tempat berkumpulnya orang tua dari berbagai daerah, di satu warung mereka bisa duduk berjam-jam menghabiskan dua gelas teh atau kopi dan saling bercerita tentang banyak hal. Pasar rakyat menjadi sangat penting bagi masyarakat di pedesaan.
Sama halnya dengan keberadaan pasar rakyat di daerah Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Saat masih kecil dulu saya sering menghabiskan masa liburan sekolah di kampung kakek dan nenek saya di daerah Sipirok yang dikenal sebagai daerah dengan keberagaman yang sangat tinggi.
Di daerah ini, untuk menempuh satu pasar rakyat dibutuhkan waktu berjam-jam karena harus menunggu angkutan yang bisa membawa masyarakat ke pasar, sebagian pedagang dan masyarkat yang ingin belanja ke pasar terpaksa berjalan kaki sampai berkilo-kilo meter.
Akan tetapi suasana itu sudah berbeda sekarang, dimana masyarakat sudah memiliki kemampuan untuk membeli sepeda motor. Jadi masyarakat yang ingin ke pasar sudah bisa dengan menaiki sepeda motor dan saat berada di pasar, kekerabatan antara pedagang dengan pembeli masih terjalin dengan baik.
Apa yang saya rasakan semasa kecil dulu sekarang sudah sangat jauh berbeda, pasar rakyat memang masih tetap ada dan pedagangnya sudah banyak yang berganti karena terjadi regenerasi. Pasar rakyat harus dilestarikan agar jangan sampai tergilas zaman. Karena di pasar ini banyak hal bisa terjalin, termasuk kekerabatan antar sesama tanpa memandang latar belakang.