Sumber: Dokpri Pengajaran PerkuliahanÂ
Sumber : Dokpri Pelatihan Kurikulum
Kurikulum Mandiri Belajar  merupakan kebijakan Pengembangan Pembelajaran oleh Kemendikbudristekdikti yang bertujuan untuk Mentansformasi Pendidikan dan Pembelajaran guna terciptanya SDM Indonesia yang unggul dibidang nya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Tehnologi (Mendikbudristek), Mas Nadiem Makarim menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar mulai diterapkan pada Tahun Ajaran 2022/2023.
Kurikulum merdeka belajar secara bertahap akan diberlakukan  ditingkatkan sekolah Mulai dari TK sampai Tingkat Sekolah SMA/sederajat  demi mengejar ketertinggalan Pembelajaran (Lost Learning) 2 Tahun terakhir  semenjak Pembelajaran dilakukan secara Daring atau Pembelajaran Jarak Jauh karena Pandemi Covid-19.
Hal yang sama dialami didunia kampus Perguruan Tinggi, PTS maupun PTN diindonesia Perkuliahan diselenggarakan secara Daring (Online) Learning yang menyisakan problem Pembelajaran dipandang sisi kekurangan, dianggap perlu pembenahan lebih lanjut atas penyelenggaraan Pembelajaran tersebut.
Dalam Penerapannya, Kurikulum Merdeka Belajar tidak semudah dengan  Harapan yang akan dicapai, setiap penerapan kurikulum Pembelajaran akan menghadapi  Tantangan mulai dari ketidaksiapan Pendidik dan peserta didik, Sarana dan Prasarana, Jaringan internet Akses data, serta metode Pembelajaran sebagai kunci suksesnya Pembelajaran.Â
Capaian Kurikulum Merdeka Belajar sangat tergantung kepada Metode Pembelajaran yang digunakan oleh Pendidik untuk menjadikan  peserta didik sukses mencapai tujuan pembelajarannya masing-masing. Kira-kira metode Pembelajaran apa yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar? lalu bagaimana Capaian yang diharafkan agar profil Lulusan siap menghadapi pasar dan diterima  kedepannya?
Dalam sebuah acara Pendidikan dan Pelatihan Instruktusional  yang disebut (Pekerti) yang diikuti 441 Dosen dari Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia diselenggarakan oleh  Universitas Pasundan (Unpas)  Bandung  7 September 2022 dalam paparan Prof. Poppy Yaniawati, M.Pd menyatakan bahwa sudah saatnya kurikulum merdeka belajar digunakan disetiap Perguruan Tinggi untuk menuju Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan pilar-pilar orientasi menuju  kemandirian belajar.
Dalam paparan Prof. Heris Herdiana, M.Pd menyampaikan bahwa dalam merumuskan Kurikulum perlu adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui agar mengasilkan profil Lulusan yang siap sesuai kebutuhan Pasar dan IPTEK sesuai harapan visi Perguruan Tinggi. tahapan-tahapan yang dimaksud adalah mulai merumuskan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), CPMK, Sub CPMK, Indikator, Pengembangan RPS. semua penerapan Capaian sesuai dengan Aturan Perumusan Kurikulum SN Dikti" Imbuh Prof. Herdis saat menyampaikan Pelatihan.
Dalam Penyampaian Pembelajaran untuk mendukung Pelaksanan Kurikulum Merdeka Belajar adalah menempatkan Pendidik Baik Guru atau Dosen sebagai Fasilitator yang memfasilitasi Pembelajaran kepada Peserta didik, Guru dan dosen berperan sebagai Tutor memberikan Pengarahan dan penyempaian materi kepada peserta didik, kemudian Guru dan Dosen Sebagai Motivator yang memberikan motivasi kepada peserta didik agar semangat dalam mengikuti Pembelajaran.Â
Pada Era  Revolusi Industri (RI) 4.0 MBKM seyogyanya menjadikan Peran Guru dan dosen sebagai Cognitive Presence (Pemberi gagasan/ide baru), Social Presence (Penggiat jaringan/media Sosial), dan Learning Presence (Manajemen Pembelajaran), Artinya untuk mendukung metode Pembelajaran diabad 21 ini saatnya guru dan dosen berbantuan Tehnologi dan Informasi (TIK). Dengan TIK Guru dan Dosen terbantukan dengan baik. Kelak jarang ditemukan pendidik yang gagap Tehnologi (Gaptek).
Metode Pembelajaran yang dicanangkan pada RI 4.0 Abad 21 ini  adalah  Blended Learning yakni Pembelajaran Bauran, dengan menggabungkan keunggulan Pembelajaran Daring (Online) dan Keunggulan Pembelajaran Luring (Offline) Tatap Muka. keunggulan nya adalah peserta didik dapat secara mandiri mengakses vidio Pembelajaran, E-book, E,-jurnal, Peserta didik secara mandiri belajar tanpa batasan baik didampingi dosen dikelas dan diluar kelas, peserta didik dengan mudah mendapatkan materi melalui gawai dan aplikasi genggamanya. inilah keunggulan bila Blended Learning dijalankan sesuai zaman nya RI. 4.0.
Selanjutnya selain penerapan  Blended Learning Salah Satu Metode/pola pembelajaranpun mesti berubah, bukan dizaman nya lagi pendidik menjadi pusat perhatian belajar (Teacher Centre Learning) melainkan pendidik harus mengedepankan keaktifan peserta didik, Artinya peserta menjadi objek dalam pembelajaran. Model yang diyakini adalah metode Student Centre Learning (SCL) Peserta didik sebagai pusat Pembelajaran. Banyak Model SCL bisa diterapkan dalam pembelajaran dikelas yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Misalkan perlu forum diskusi atas pemecahan studi kasus maka dibentuk Kelompok 4-5 Peserta Diskusi yang dikenal Forum Group Discuss (FGD), untuk menyelesaikan project tertentu menggunakan Pola Project Based Learning (PJBL), Sesama kelompok saling berinteraksi dibentuk Coovertive Learning dan Colabrative Learning.
Sudah saatnya pendidik baik Guru dan Dosen serta peserta didik menjalankan  Kurikulum Merdeka Belajar dengan berbantuan TIK dan Metode Pembelajaran yang tepat untuk mengasilkan profil Lulusan yang siap berkompetisi diabad ke-21 ini.
(Jamaluddin)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI