Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Small is Powerfull... Credit Union

28 April 2015   02:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan megah dan menarik akan Anda jumpai jika masuk ke Kalimantan Barat sampai ke kampung-kampung. Dengan beragam ukuran dan model arsitektur, bangunan-bangunan itu di banyak tempat mengalahkan kebesaran dan keindahan bangunan milik pemerintah, perusahaan maupun bank; bahkan kadang-kadang sangat mencolok. Gedung-gedung itu adalah simbol kebangkitan ekonomi masyarakat pedesaan Kalbar khususnya; itulah kantor credit union (CU).

Gedung-gedung itu menjadi simbol karena dibangun atas dasar solidaritas; kantor-kantor megah itu dibuat dari iuran anggota—milik anggota. Itulah bentuk aksi nyata masyarakat melawan ketertindasan, ketidakadilan dan kemiskinan yang mereka alami. Bangunan itu adalah simbol yang memutus rantai kemiskinan masyarakat dengan menciptakan modal melalui CU.

Di Kalbar, dan di beberapa tempat di Nusantara ini,CU sebagai sebuah bentuk ekonomi komunitas seperti yang dibahas dalam buku ini, sudah sangat dikenal. Mayoritas masyarakat di Kalbar kenal CU dan sebagian besar menjadi anggotanya; dari masyarakat biasa sampai pejabat setingkat gubernur. CU menjadi alat pemersatu, rekonsiliasi bagi masyarakat multi-etnis yang beberapa waktu lalu terlibat belasan konflik etnis, karena CU bersifat terbuka untuk semua orang.

Kalbar adalah tanah subur tempat tumbuh dan berkembangnya credit union sejak masuk tahun 1985. Bahkan bisa disebut, di sinilah surganya CU. Per Desember 2013 total ada 64 CU yang bergabung di empat Pusat Koperasi Kredit (CU sekunder) di Kalbar dengan total anggota 1,4 juta orang dan total aset Rp. 10 triliun. Di sini terdapat dua credit union terbesar di seluruh Indonesia dari sisi asset dan anggota, yakni Pancur Kasih dan Lantang Tipo.

CU benar-benar menjadi tumpuan dan alat untuk memperbaiki taraf kehidupan anggotanya. Sebagian masyarakat Kalbar sudah CU minded. Misalnya, sejak lahir anaknya sudah dimasukkan menjadi anggota CU. Saya sendiri beberapa hari setelah ketiga anak lahir, sudah dimasukkan ke CU. Saya menjadi anggota CU sejak tahun 1996 dan kini menjadi anggota di lima CU. Isteri, ketiga anak saya, mertua dan orang tua, saudara-saudara juga anggota CU. Apa yang saya lakukan, juga dilakukan banyak anggota CU di Kalbar.

CU telah berkontribusi nyata dalam pemberatasan kemiskinan. Di pedesaan hampir tiap rumah ada sepeda motor, rumah permanen, anak-anak sarjana, bisa berobat; semuanya berkat CU. Ada ribuan orang yang mendapat kerja sebagai pegawai CU; jutaan orang yang bisa menghidupi keluarganya karena bisnis yang dibangun dengan modal dari CU. Yang paling terasa dampaknya adalah CU mampu mengubah mindset masyarakat, di pedesaan khususnya; menjadi pandai mengelola keuangan rumah tangga, mampu merencanakan hari depannya. CU is small but powerfull! Kumpulan tabungan-tabungan kecil dari anggotanya yang mempunyai dampakluar biasa.

Pertanyaannya adalah, mengapa CU berkembang pesat di Kalbar? Dari studi yang saya lakukan, CU-CU itu berkembang pesat karena CU didirikan atas proses penyadaran yang mendalam untuk bangkit dari kemiskinan dan menjadi pilihan utama. Penyadaran itu dimulai dari komunitas kecil, seperti guru-guru, umat paroki, komunitas adat. Komunitas ini meski awalnya kecil tetapi sangat solid sebagai basis utama tumbuh dan berkembangnya CU. Dari sinilah kemudian itu CU-CU itu berkembang pesat dan menjadi besar.

Ada tokoh-tokoh di tiap CU sebagai penjaga roh agar CU tetap berjalan sesuai dengan cita-cita awal pendiriannya. Dalam banyak kasus, CU yang kolaps karena kehilangan tokoh pendiri, didirikan dengan sponsor serta karena konflik internal;bukan karena faktor eksteral.

Selain itu, dalam operasional sehari, CU yang konsisten melaksanakan pendidikan bagi anggota dan memberikan pelatihan kepada pengurus dan staff, serta CU yang taat azas dengan kebijakan/aturan dalam manajemen CU secara universal, itulah CU yang mampu menjaga eksistensinya.

Secara gerakan, perkembangan sangat menakjubkan CU di Kalbar di banding daerah lain, karena kemampuan para pegiat CU dalam mentransformasikan tradisi, budaya setempat dalam memanajemen CU.

Tantangan

Meski CU sebagai salah satu bentuk ekonomi komunitas terus berkembang pesat, namun tantangan internal dan eksternal harus dilewatinya. Salah satu tantangan internal utama adalah bagaimana pengurus, pengawas dan manajemen mengelola CU secara profesional. Sebagai sebuah lembaga jasa (keuangan), kemampuan CU dalam memberikan pelayanan terbaik bagi anggota adalah penetunya.

Menarik dicermati temuan saya. Untuk kepentingan menulis sebuah buku, saya mewawancarai sepuluh orang yang berhasil karena CU. Ke sepuluh orang tersebut mengatakan bahwa mereka (baca anggota) ingin dilayani staff CU dengan lebih cepat dan manusiawi. Cepat artinya tidak banyak urusan ini itu dan diharapkan mendatangi anggota untuk mengambil setoran tabungan ataupun angsuran pinjaman. Manusiawi maksudnya anggota diperlakukan layaknya keluarga, sahabat; bukan seperti hubungan atasan-bawahan; bukan pula sebatas hubungan karyawan-nasabah yang tidak saling kenal secara personal.

Tantangan eksternal adalah masih adanya aturan yang cenderung mempersulit CU. CU kini resah karena secara hukum tidak diakui di dalam UU Nomor tentang Koperasi. CU kini dalam kepungan UU 36/2008 tentang Pajak Penghasilan (diimplementasikan dengan PP 15/2009 tentang Pajak Penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

Belum lagi CU dikenakan dua jenis pajak: pajak badan (lembaga) dan pajak penghasilan (pajak gaji karyawan/PPh 21; pajak bunga simpanan/ PPh 23 dan pajak pendapatan usaha/ PPh 25).

Ayo ber-CU

Buku“Transformasi Ekonomi Melalui Ekonomi Komunitas,” karya Elia Paul Ang ini sangat pantas dibaca untuk berbagai kalangan. Dari 17 judul/bab, sebanyak 6 judul yang secara khusus membahas tentang CU. Ada banyak kesaksian anggota CU yang ditulis di sini. Bagi yang bingung mau membuka usaha, buku ini bisa menjadi inspirasi karena di dalamnya ada contoh-contoh kisah sukses anggota CU berbisnis. Bagi yang mencari-cari tempat menabung/investasi, di buku ini bisa dibaca bagaimana caranya uang bekerja untuk kita melalui CU.

Dengan membaca buku ini Anda mendapat inspirasi yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki kehidupan keluarga Anda. Buku yang ditulis berdasar pengamatan, penelitian, analisa, dan praktik penulis ini niscaya akan menambah keyakinan pembaca untuk segera menjadi angggota CU.

Bak sang surya yang tidak pernah berhenti memancarkan sinarnya; begitu pula dengan credit union yang tidak akan henti-hentinya menjadi alat, menjadi spirit untuk membawa orang-orang bangkit dari keterpurukan hidupnya menuju kehidupan baru yang sejahtera dan berkeadilan.*

(Tulisan ini merupakan kata pengantar di buku “Transformasi Ekonomi Komunitas,”tulisan Elia Paul Ang (2014).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun