Mohon tunggu...
Jalal Aminuddin
Jalal Aminuddin Mohon Tunggu... Aktris - Mahasiswa

Mantap jiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diplomasi Islam Ali bin Abi Thalib di Dalam Perang Shiffin

28 Oktober 2019   06:40 Diperbarui: 28 Oktober 2019   06:47 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ali bin abi thalid adalah khalifah yang ke empat di masa pemerintahan khulafaur rasyidin dan dia sebagai penutup dalam masa khulafaur rasyidin, nama ali bin abi thalib tidaklah asing yang kita dengar karena sosok ali kita dapat bayankan ketika kita mendengar Namanya di sebut bagi orang muslim. dan ali juga merupakan sepupuh nabi Muhammad SAW yang mana dia adalah salah seorang yang memeluk agama islam di kalangan anak-anak dan sahabat nabi.


Ali bin abi thalib telah lahir pada tanggal 13 rajab di Makkah, yang bertempat di daerah hejaz, jazirah arab yang mana kelahiran ali itu merupakan 10 tahun sebelumnya kenabian Muhammad, dan itu di sekitaran 600m. adapun nama asli ali bin abi thalib adalah haydar bin abu thalib, namun nama itu di gantih oleh rasulullah menjadi ali karena ali memeliki drajat yang khusus tinggi dari sisi Allah SWT.


Di pada saat ali berumur 10 tahun di situ jugalah nabi Muhammad SAW baru mulai menjalankan dakwanya untuk menyebarkan islam, maka dari situlah rasulullah memberikan kepercayaan besar kepada ali sehingga beliou menjadi orang yang menhabiskan waktu masa mudanya dengan rasulullah dan dari situlah ali tumbuh menjadi anak pemuda yang beran, cerdas, dan berani.

 Di dalam pemerintahan ali bin abi thalib ada suatu konflik yang sangat besar dalam peradaban islam yaitu perang shiffin yang mana konflik ini muncul ketika terbunuhnya utsman yang mana konflik ini melibatkan dua kubuh yang saling sama-sama kuat karena masing-masing kubuh mempunyai tokoh yang kuat di dalam agama islam adapun kedua tokoh tersebut yaitu ali bin abi thalib dan muawiyah bin abu sufwan. Awal mula konflik ini di sebabkan dari ketidamauan muawiyah untuk berbaiat terhadap ali dan akhirnya menghasilkan perang shiffin.


Latar belakang terjadinya konflik ini setelah perang yang dilakukan jamal dan ali yang mana di situ ali telah dibait oleh para kaum anshar dan muhajirin, dan di waktu itu ali juga memindahkan kekuasaannya dari Madinah ke kufa. 

Maka dari kufalah ali memerintahkan para gubernu-gubernur yang baru untuk mengambil alih fungsi administrasi setiap provinsi yang sering memberontak. 

Dan di situlah ada salah satu gubernur yang tidak terimah terhadap di angkatnya ali menjadi khalifah dan itu adalah gubernur syam, muawiyah bin abi sufyan.


Seperti kita ketahui bahwasanya muawiyah adalah seorang politukus yang sangat cerdas dan licin dalam pemerintahan dan di balik itu muawiyah juga mempunyai ambisi besar untuk menjadi pemimpin di saat itu, yang mana muawiyah ketika menghadapi sesuatu yang sangat penting baginya dia tidak perhitungan dalam harta yaitu dia dia juga lemah lembut kepada masyarakat dan tidak segan-segan dalam mengeluarkan harta-hartanya demi masyarakat. 

Maka dari situlah muawiyah banyak yang mengakuinya dia adalah seorang politikus yang di segani dan memiliki banyak sekutu.


Terpecahnya perang shiffin ini para kedua kubuh ini saling berhadapan pada tahun 657m yang bertempat di shiffin, jadi shiffin adalah nama salah satu daerah yang ada di dekat hulu sungai eufrat. 

Setelah keduah kubuh telah bertatapan sempat terjadi perebutan sumber air, hingga di saat itu menimbulkan kesalahpahaman yang kecil. Dan kemudian meraka berdamai dalam kasus air itu, dari sumber air itulah mereka saling berbentrokan untuk memiliki sumber air itu.

Setelah terjadinya perebutan sumber air itu ali dan muawiyah tidak saling berbicara selama dua hari sama juga muawiyah, maka dari situlah muawiyah memiliki cara agar bisa berkomunikasi dengan cara mengirimkan utusan kepada muawiyah untuk melakukan perdamain akan tetapi muwiyah masih berkras kepala terhadap kebijakan ali , maka Muawiya tetap untuk melakukan pemberontakan terhadap ali.


Setelah terjadinya kegagalan dalam bernegosiasi maka pertempran kedua kubuh tidak dapat kita hentikan. Akan tetapi ali memiliki akal yang cerdas yang mana ali memppunyai cara lain untuk menyelasikan konflik ini. 

Adapun caranya adalah dengan perundingan atau diplomasi akan tetapi perundingan itu berakhir merugikan dan stelah melakukan perundingan ada jalan lain lagi dengan cara melalui arbitrase yang mana dengan jalan ini ali di lengserkan dari jabatannya menjadi khlaifah dan mauwiyah juga di lenggserkan menjadi khalifah yang fiktif .  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun