Jodoh itu urusan Allah.
Seperti umur dan rejeki, semua dalam genggaman Allah.Â
Kita harus bisa berusaha menemukannya atau berpasrah menunggu ia akan datang.
Bolehkah berharap demikian?
Boleh-boleh saja, tidak ada yang salah!
Ada pilihan, dan silahkan kamu memilih yang mana sesuai dengan hasratmu.
Mau jadi sang pemburu cinta?
Atau malah sebaiknya menunggu sang pangeran tampan berkuda putih datang menyelamatkanmu?
Asyik-asyik aja.
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kamu harus mampu membedakan ciri-ciri yang nampak bahwa jodoh pilihanmu bukan karena NAFSU tapi karena jodoh itu sudah Allah PILIHkan untuk mu.
Jika ini yang terjadi :
Kamu bertemu atau pedekate dengan seseorang dan berharap ia adalah jodohmu. Labuhan terakhir rasa cinta yang kamu miliki.
Menjadi yang terakhir untuk menuju mahligai bahagia, namun kehidupanmu selanjutnya setelah mengenal dia menjadi semakin jauh dari Allah.
Inginnya selalu berduaan, berpacaran di luar batas. Tanpa memandang norma susila lagi.Â
Dalam hatimu hanya ada dia saja. Allah sudah kau kesampingkan dan dibuang jauh-jauh. Hati celaka badan binasa, jika kekasih hati tidak menjadi pujaan jiwa. Pagi, siang, malam hanya dia jadi pikiran dan lamunan.Â
Paras rupawan yang menjadi pertimbangan dan pilihan, bukan agama yang menjadi landasan mengingat dan mengakui adanya Allah dikesampingkan. Allah menjadi nomer kesekian dalam prioritas hidupmu.
Hidupmu semakin kacau, lupa mengingat Allah, berani mendekati zina dan kemungkaran. Berdua-duaan tanpa risih dan malu dan takut lagi. Setan bukan saja menjadi yang ketiga malah SETAN sudah menghuni hati dan jiwamu berdua.
Maka, sadarlah...
Itu bukan jodoh dari Allah, itu jodoh pilihanmu sendiri, pilihan yang di dasari nafsu.
Yang akan menjerumuskanmu dalam kesengsaraan yang tak bertepi.
Segera beristigfar, bertobatlah berani melepas dan merelakan. Juga meyakini bahwa ia bukanlah jodoh pilihan Allah untukmu.
Jika dia jodohmu, tak mungkin hubunganmu dengan Allah akan terentang semakin jauh.
Sanggupkah?
Ide : Ahyumaheni