Manajemen Talenta: Menjemput Kembali Cahaya yang Hampir Padam
Oleh: Jafrizal
Di banyak ruang kantor, sekolah, dan instansi pemerintah, ada wajah-wajah muda penuh semangat yang perlahan mulai redup. Mereka datang membawa ide-ide segar, tekad untuk berkontribusi, dan keyakinan bahwa kerja keras akan dihargai. Namun, sering kali semangat itu layu di tengah sistem yang kaku, hierarki yang menua, dan ruang yang sempit bagi inovasi.
Inilah yang disebut manajemen talenta yang terlunta --- ketika potensi tidak dikelola, bakat tidak diarahkan, dan semangat dibiarkan kehilangan makna.
Bayangkan seorang pegawai muda yang selalu datang lebih awal, penuh ide untuk memperbaiki pelayanan publik, tetapi ide-idenya berhenti di meja rapat, terkubur kalimat klasik:
"Sudah dari dulu begini, tidak usah diubah."
Atau seorang dosen muda yang dengan tekun menulis riset inovatif, namun terhambat oleh birokrasi yang panjang dan pengakuan yang lambat.
Atau anak muda yang ingin mengabdi di kampung halamannya, tapi kesempatan karier selalu berpihak pada yang "sudah lama", bukan yang "lebih mampu".
Mereka tidak menyerah karena malas --- mereka menyerah karena sistemnya terlalu berat untuk ditembus.
Talenta itu akhirnya terlunta, berjalan tanpa arah, menunggu kesempatan yang mungkin tak datang. Padahal, manajemen talenta sejatinya bukan tentang siapa paling pintar, tapi siapa yang diberi ruang untuk tumbuh.