Di kota tua bernama Yerikho, hiduplah seorang lelaki kecil bertubuh pendek namun berhati keras. Namanya Zakheus seorang kepala pemungut pajak. Uang baginya adalah segalanya. Ia bisa membeli apapun, kecuali satu hal: ketenangan.
Setiap hari, orang-orang memandangnya dengan jijik. Mereka membenci dirinya karena ia mengambil pajak lebih dari seharusnya. Rumahnya megah, tapi hatinya hampa. Dalam kesunyian malam, Zakheus sering bertanya dalam hati: "Untuk apa semua ini kalau tak ada yang menghargai diriku?"
Suatu hari, kabar tersebar di seluruh kota: Yesus datang ke Yerikho. Jalan-jalan penuh sesak. Orang-orang berlari ingin melihat Sang Guru yang terkenal karena kasih dan mukjizat-Nya. Zakheus pun penasaran. Namun tubuhnya yang pendek membuatnya sulit melihat. Ia pun berlari mendahului kerumunan, lalu memanjat pohon ara di pinggir jalan.
Dari atas, ia melihat Yesus melangkah perlahan. Tiba-tiba, Sang Guru berhenti tepat di bawah pohon itu. Ia menatap ke atas dan berkata lembut,
"Zakheus, segeralah turun. Hari ini Aku ingin menumpang di rumahmu."
Zakheus tertegun. Nama itu---namanya sendiri---dipanggil dengan kasih, bukan cemoohan. Ia segera turun dengan air mata di matanya. Orang-orang bergumam sinis: "Mengapa Yesus mau ke rumah orang berdosa itu?"
Namun Yesus tak peduli pada gunjingan. Ia masuk ke rumah Zakheus, makan bersamanya, dan berbicara tentang kasih dan pengampunan. Malam itu, sesuatu terjadi di hati Zakheus: ia merasa dicintai tanpa syarat untuk pertama kalinya.
Dalam keheningan, Zakheus berdiri dan berkata dengan suara gemetar,
"Tuhan, setengah dari hartaku akan kuberikan kepada orang miskin. Dan bila aku pernah menipu seseorang, akan kukembalikan empat kali lipat."
Yesus tersenyum dan menjawab,
"Hari ini, keselamatan datang ke rumah ini."