Mohon tunggu...
jaeful rohman
jaeful rohman Mohon Tunggu... Guru - Guru di sekolah dasar

Mengajar adalah keseharian ku dan bermedia menjadi bagian dari kegiatan keseharian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Seumur Hidup! Berlatih Demo di Pinggiran Sungai Opak Bantul

29 Agustus 2022   09:31 Diperbarui: 29 Agustus 2022   09:33 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Sungai Opak (news.detik.com)

Beberapa menit berselang, aku memutuskan jongkok karena capai dan masih dengan mata tertutup. Disekitaran, terdengar gemericik air dan sesekali tangan ku terkena daun cukup tajam. Yah, aku pun menduga ini berada di tepi sungai dan diantara rumput ilalang. Karena bosan, aku memberanikan diri membuka penutup mata dan benar ini berada di dekat sungai dan beberapa meter dari tempat ku, ada peserta lain yang sepertinya kenal dengan pakaiannya meski samar-samar karena gelap hanya bersinar bulan. Dia masih berdiri dan memakai penutup matanya, padahal tidak ada panitia di dekatnya. Aku mencoba mendekat, tetapi dari arah berlawanan terdengar langkah kaki, segera ku berhenti dan memakai kembali penutup mata, kemudian berdiri dan diam.

Sesaat kemudian, aku disuruh berjalan dengan masih mata tertutup berpindah ke jalan setapak dan kembali disuruh berdiri, menunggu. Setelah merasa aman, aku kembali membuka penutup mata dan benar teman ku tepat beberapa langkah berada di depan ku berdiri dengan mata tertutup kain. Patuh sekali dia. Aku mendekat beberapa langkah dan bertanya "Siapa nama mu!" dengan nada sedikit naik. Tak disangka ia menjawab "Viktor akhi..." mau tertawa tapi takut ketahuan aku melanjutkan bertanya "Dari mana asal mu?" eh dia jawab lagi "Saya dari Temanggung akhi..." dengan menahan tawa, aku mundur kembali ke tempat asal karena mendengar langkah kaki dari arah depan dan kembali memakai penutup kepala.

Hening disekitaran dengan hembusan angin malam menerobos jaket yang aku kenakan, hingga datang panitia menyuruh ku membuka penutup mata. Yah salah satu panitia yang terlihat dari pertama mengikuti kegiatan ini, membantu ku dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan diantaranya harus ke kuburan untuk mengambil korek api sebagai penerang, berjalan mengikuti tanda untuk masuk pos-pos yang sudah ada dan lainya.

Setelah selesai mendengarkan penjelasan, aku segera berjalan ke arah yang ditunjukan. Suasana hening temaram lampu 5 watt dari beberapa sudut. Sampailah di kuburan, dan segera mencari korek api sebagai penerang dalam perjalanan. Kuburannya nggak serem-serem amat karena ada lampu penerang yang cukup sehingga aku bisa segera menemukan korek api yang terletak di salah satu makam. Dan iya santai saja gak ada masalah gak kepikiran ada hantu-hantu gitu.

Karena males jalan sendirian, aku berhenti dan berdiri ditepi jalan setapak menunggu teman. Dan ternyata benar, Viktor yang tadi tek kerjain berjalan mendekat. Langsung saja tek cegat dan mengajak jalan bareng menuju pos-pos yang ada. Tentu saja ada rasa bersalah atas keisengan yang disengaja. Kami berdua sampai pada pos terakhir sekitar pukul 05.30 pagi setelah berjalan kira-kira 2-3 km dari rumah penginapan. Setelah itu pulang, isitrahat sebentar dan melanjutkan kegiatan berikutnya.

Sesuai jadwal, hari ini adalah hari terakhir dan aku pun mulai home sick pengen cepat selesai dan pulang. Yah, gimana lagi emang jadi aktivis itu syarat dan ketentuan berlaku dan buat aku sepertinya belum, sesuai dengan motivasi awal hanya penasaran saja. Sekitar pukul 10.00 kami dikumpulkan di sebuah lahan kosong beberapa meter dari pendopo. Kali ini baik ikhwan dan akhwat dikumpulkan bersama. Kesempatan lah curi-curi pandang, sedikit.  

Materi yang disampaikan adalah tentang demonstrasi. Bukan demo masak ataupun demo kompor gas kayak seles-seles gitu. Kami diberi pembekalan tentang demo serta hal-hal yang harus disiapkan termasuk bagaimana skenario terburuk ketika demo berubah menjadi kerusuhan. Anehnya, instruktur secara perlahan malah menjadi provokator bagi kami. Dengan segala tipu muslihat kalimat ia "mengarahkan" pada kami agar protes dan berdemo ke panitia karena pelayanan dan materi kegiatan yang sudah dijalani.

Kami masuk perangkap. Seluruh peserta kompak mendemo panitia dengan membuat tulisan dan berbondong-bondong menggerudug panitia bahwa mereka tidak becus mengurus kegiatan ini. Sebagai penyelenggara, panitia tidak mau kalah dong. Mereka melawan balik hingga akhirnya terjadilah saling dorong bahkan saling lempar tanah dan berbagai benda yang ditemui. Anehnya kami peserta benar-benar bersemangat untuk menjatuhkan satu persatu dari panitia seolah-oleh mereka benar-benar bersalah dan harus bertanggung jawab.

Saat "kerusuhan" antara peserta dan panitia memuncak, satu orang yang terlihat lebih senior datang dan melerai kami. Dan kami diberi penjelasan ini adalah simulasi, dan peserta memang sudah di setting untuk melakukan demo juga tentang kerusuhan yang terjadi. Dan kami pun berdamai saling bersalaman satu sama lain dan tertawa lepas setelahnya.

Ba'da duhur, kami dikumpulkan dan makan siang bersama dengan cara yang sama. Kali ini, teman yang kemarin merasa jijik dan memilih untuk tidak makan sekarang bersedia makan bersama. Entah karena terpaksa atau hal lainya yang pasti kami menikmati makanan dari panitia. Tidak ada kegiatan setelahnya hanya menunggu panitia mempersiapkan untuk pelantikan dan penutupan kegiatan ba'da ashar nanti.

Upacara pelantikan dan penutupan pun dilaksanakan di lahan kosong sebelah pendopo. Pada saat pelantika seluruh nama peserta dipanggil satu per satu. Namun yang menarik perhatian ku adalah pemimpin upacara pelantikan. Dia orang baru atau belum pernah terlihat selama kegiatan termasuk tidak mengisi materi. Penampilannya sumpah keren, dengan janggut dan berewok yang lebat, memakai sorban abu-abu, sarung melingkar dibahu, setelah pdl lengkap dengan sepatu. Kalau pernah melihat para pejuang Palestina, kira-kira seperti itulah, militan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun