Pada zaman dahulu tinggalah sepasang suami istri yang bernama Ine Rie dan Manu Lalu. Mereka tinggal disebuah pondok yang kecil dan sederhana. Mereka hidup rukun, setiap harinya mereka tidak pernah bertengkar satu dengan yang lain. Pada suatu hari rumah mereka didatangi oleh seorang pemuda yang bernama Ebu Lobo, Ia datang untuk berjualan kain.Â
Saat itu langit terlihat mendung, iapun mampir dan menginap dipondok Ine Rie dan Manu Lalu. Ine Rie memiliki paras yang sangat cantik dan rupawan. Kecantikannya membuat kagum Ebu Lobo. Saat mereka sedang duduk santai Ebu Lobo memuji kecantikan Ine Rie katanya;
"Ine Rie engkau sangat cantik, saya kagum kepadamu".Â
Mendengar itu sangat marahlah Manu Lalu katanya;Â
"Dasar pemuda tidak tau diri, Saya sudah memberikan tempat penginapan untukmu, tetapi kamu tega mengganggu istriku".Â
Setelah berkata demikian Manu Lalu mengambil pakaian milik Ebu Lobo dan mengusirnya katanya;Â
"pergi kamu sekarang juga dari pondok kami".Â
Ebu Lobo pergi dari tempat itu, dalam hatinya ia berkata;Â
"Tunggu saja pembalasanku Manu Lalu, aku akan membunuhmu".Â
Suatu saat ketika Ine Rie sedang menenun dan Manu Lalu sedang bersantai, tiba-tiba datanglah Ebu Lobo dari belakang, dengan kerasnya ia menikam leher Manu Lalu dengan tombak hingga lehernya terpental sampai ke Poso Kedo. Darahnya mengalir sampai ke Tude Leda, tempat itu kemudian diberi nama Wae Toro. Manu Lalu akhirnya meninggal dunia. Ine Rie terkejut melihat kejadian tersebut. Ia kemudian mengambil salah satu alat tenun (bhira) kemudian menyerang Ebu Lobo.