Mohon tunggu...
jabbar abdullah
jabbar abdullah Mohon Tunggu... lainnya -

Pegiat Komunitas Lembah Pring Biro Mojokerto yang menggemari Ludruk Karya Budaya Mojokerto. MOTTO : "Jangan sampai kebudayaan bunuh diri dengan pedangnya sendiri." (M. Iqbal, Rethinking Islam)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Kesenian Cak Supali

12 Januari 2012   06:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 4038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13263487751799342888

PERJALANAN KESENIAN CAK SUPALI *

Oleh : Jabbar Abdullah **

Alex Supali yang bernama asli Bambang Supali dilahirkan di Surabaya, tanggal 21 Mei 1962. Saat ini ia berdomisili bersama keluarganya di Perumahan Puri Mojobaru, RT. 008/ RW. 004, Desa/ Kelurahan Canggu, Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Pada tahun 1978 ia menikah dengan Getty Cassmarry (39), gadis asal Tuban, Jawa Timur. Dari pernikahannya itu dia dikaruniai dua anak, yakni Septian Mesias Agusti (23) dan Noise Bella Sativa (4).

Keterlibatannya di ranah kesenian diawali dari kesehariannya menggeluti komedi keliling pada tahun 1972 ikut (alm) Zaenal Arifin yang berasal dari Jember berkeliling menjajakan obat. Karena aktifitas berkeliling ini, lantas (alm) Zaenal Arifin mendapat sebutan “Bung Kelana”. Komedi keliling yang digeluti Cak Supali hingga tahun 1978 ini senantiasa tampil sebelum Bung Kelana mempresentasikan obat yang dijualnya.

Pada tahun 1978, Cak Supali beralih profesi menjadi penyiar Radio Suzana Surabaya. Di radio ini dia mendapat tugas mengisi acara komedi radio bersama kelompok humor Trio Burulu (Bunali, Rukem dan Lumut) selama satu jam, mulai pukul 15.00 – 16.00 Wib, yang disponsori oleh Salep 88. Selain itu, ia juga mengisi acarakomedi Praktek Terang dengan Kaisar Viktorio alias Akhmad Efendi, yang saat ini menjadi penyiar Radio Merdeka, Surabaya. Acara ini berisi gojlok-gojlokan antar penggemar yang on air pada pukul 4 sore sampai pukul 5 sore.

Setahun kemudian, Cak Supali menerjuni dunia ludruk radio di Radio Suzana bersama (alm) Cak Bakron Mustajib, Cak Sapari, Cak Munafar, Njoto, dkk, yang disponsori Mixagrip. Hasil produksi ludrukan di radio Suzana lantas disebarkan ke beberapa stasiun radio di beberapa kota di Jawa Timur. Karena digemari, ludruk radio Suzana ini kemudian banyak mendapat job untuk pentas di luar radio.

Di sela-sela itu, Cak Supali juga sering ikut nobong bersama beberapa kelompok ludruk di Jawa Timur. Di antaranya, Ludruk Tri Madan (Pimpinan Sigiarto/ Cak Gepeng, Nganjuk), Ludruk Gema Masa (Pimpinan Kapten Infanteri Ariadi, Surabaya), Ludruk Cak Mondro, Lamongan) Ludruk Masa Bakti (Pimpinan Cak Siyat Sarirejo, Nganjuk), Ludruk Panca Marga (Pimpinan Pak Buwono, Nganjuk). Kala itu ia menerima honor 250 rupiah sampai 600 rupiah.

Di samping menggeluti dunia lawak di ludruk, Cak Supali juga pernah hinggap di beberapa kelompok ketoprak tobongan. Rentang tahun 1992-1993, ia pernah ikut di empat kelompok ketoprak yang berbeda. Ketoprak yang secara ajeg diikutinya adalah Ketoprak Kencono Budoyo, Rembang, yang dipimpin oleh Rusolin Abu Bakar. Ada pula ketoprak tanggapan Taruno Budoyo dari Desa Kenthong, Cepu, yang dipimpin oleh Rasipan, dan Ketoprak Sri Kawedar pimpinan Yono Gareng dari Desa Tambak Romo, Cepu. Waktu senggangya saat nobong banyak dihabiskan untuk berlatih karawitan dan akhirnya ia mampu mencipta gendhing dan lagu. Keringat latihannya berbuah 3 lagu, “Palupi”, “Tondo Seru” dan “Tuban Edipeni”. Saat pentas di tobongan, ia menerima honor sebesar 600 rupiah hingga 1200 rupiah. Sementara untuk yang ketoprak tanggapan, honornya mencapai 12 ribu rupiah sampai 15 ribu rupiah. Kala itu, istrinya juga turut bekerja sebagai “porter” alias penjaga karcis. Ketoprak lain yang sering ngebon Cak Supali adalah Ketoprak Amubra (Angkatan Muda Brawijaya) asal Desa Jatirogo, Tuban, yang dipimpin oleh Bapak Susiban.

Perjalanan kesenian Cak Supali juga pernah mengalami masa surut. Pada tahun 1993 ia mengalami masa vakum, tidak ada job lawakan, baik di ludruk tobongan maupun di ketoprak. Masa-masa vakum itu ia lewati dengan melaut bersama para nelayan di daerah pesisir Tuban, Rembang dan Banten. Pada saat-saat tertentu, ia juga nyambi sebagai wiyogo saat ada pertunjukan tayub. Saat di rumah, ia sesekali nonton televisi. Acara yang digemarinya salah satunya Kidung Jenaka yang senantiasa diputar oleh stasiun televisi TVRI setiap 3 kali dalam seminggu. Ternyata acara Kidung Jenaka yang ditangani oleh (alm) Cak Bawong SN ini menarik perhatiannya dan akhirnya ia memberanikan diri mengirimkan naskah kidungannya ke TVRI.

Dalam jeda menunggu putusan diterima tidaknya naskah kidungannya, Cak Supali juga ikut nobong di Ludruk Purnama asal Surabaya yang dipimpin oleh Cak Kampret Jumain di Tambak Asri, Surabaya. Akhirnya palu putusan diketuk. Naskah kidungannya diterima dan ia juga ikut main Kidung Jenaka bersama Agus Kuprit, Cak Momon, Cak Pendik, dkk, yang tergabung dalam Grup Ding Tak Tong, pimpinan Cak Bawong SN, hingga tahun 1996.

Pada Agustus tahun 1996, Cak Supali bergabung di Ludruk Karya Budaya Mojokerto yang dipimpin oleh Cak Edy Karya yang bermarkas di Dsn. Sukodono RT. 02/ RW. 01 Ds.Canggu, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto. Di samping karena potensi lawaknya, proses bergabungnya dia dengan Ludruk Karya Budaya tidak terlepas dari hubungan baik antara Cak Bawong SN dan Cak Edy Karya. Seiring dengan derasnya aliran tanggapan yang diperoleh ludruk Karya Budaya, nama Cak Supali pun semakin banyak dikenal dalam lingkup yang luas.

Di luar tugasnya sebagai pelawak ludruk Karya Budaya, ia juga mengembangkan sayapnya melalui dunia musik, terutama campursari. Untuk mendukung kegelisahannya tersebut, pada tahun 2005 ia mendirikan HSP Production yang membidangi seluruh bentuk kesenian yang bersifat hiburan. Tak berselang lama, ia kemudian juga mendirikan Grup Campursari yang diberinya nama Omnata. Grup ini lantas di daftarkannya secara resmi ke Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto untuk memperoleh nomor induk kesenian. Kegelisahannya dalam bidang musik inilah yang kemudian dijadikan pertimbangan oleh Drs. H. Eko Edy Susanto, M. Si, selaku Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto (DKKM), mendapuk Cak Supali sebagai pengurus dalam Biro Musik Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto untuk masa bakti 2010 - 2015. Sebelumnya, Cak Supali juga menjadi pengurus DKKM periode 2005 - 2010 sebagai Biro Seni Tradisi yang diketuai oleh Hardjono WS.

Upaya lain untuk menunjang kekaryaannya di musik campursari, lantas ia membuat studio rekaman mini di rumahnya. Lagu-lagu ciptaannya secara keseluruhan diolahnya sendiri di studio rekaman mininya. Namun, untuk penyempurnaannya, Cak Supali memixingnya di Ngawi. Ternyata, eksplorasinya tidak berhenti di musik bergenre campursari saja.  Ia juga menciptakan beberapa karya lagu bergenre Jazz Jowo dan dangdut.

Saat ini, lagu-lagu campursarinya banyak bertebaran di pasaran dalam bentuk VCD dan MP3-nya juga berserakan di dunia maya. 26 lebih lagu campursari telah diciptanya. Lima di antaranya:  Airmata Bahagia, Memory Cinta, Terbalut LukaJawaban Cinta, dan Maharani. Sawah garapannya yang lain adalah terlibat dalam pementasan Opera Van Jawi yang album videonya sudah terdaftar di Lembaga Sensor Film (LSF). Beberapa judul yang masih dalam proses sensor di LSF di antaranya Supali Jadi Monyet dan Pinter-pinter Goblok yang bekerjasama dengan PT. Opera Swara Genta.

------------

* Hasil jagongan dengan Cak Supali tanggal 17 Agustus 2011, pukul 00.47 Wib, di rumahnya, Perumahan Puri Mojobaru, RT. 008/ RW. 004, Desa/ Kelurahan Canggu, Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto.

** Jabbar Abdullah, Pegiat Komunitas Lembah Pring Jombang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun