Pagi hari di Kota Cirebon selalu membawa cerita. Dari kejauhan, suara roda kereta yang menghantam rel baja terdengar lirih lalu semakin keras, tanda perjalanan baru saja tiba. Begitu kereta berhenti, suasana pun berubah ramai: penumpang bergegas keluar, sebagian lain menunggu dengan penuh harap, sementara peluit petugas terdengar nyaring memberi aba-aba. Semua itu berlangsung di sebuah bangunan bersejarah yang telah berusia lebih dari seabad---Stasiun Cirebon Kejaksan.
Sebagai salah satu stasiun bersejarah di Jawa Barat, bangunan ini bukan sekadar tempat transit. Ia adalah bagian dari identitas Kota Cirebon, sekaligus menjadi pintu masuk penting bagi wisatawan yang datang untuk menikmati pesona budaya, kuliner, dan wisata sejarah Cirebon. Hingga kini, hampir semua kereta komersial kelas bisnis dan eksekutif selalu berhenti di sini, menjadikannya nadi transportasi yang tak pernah padam.
Jejak Sejarah dari Industri Gula
Kehadiran Stasiun Cirebon Kejaksan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang industri gula di pesisir utara Jawa. Pada awal abad ke-20, pabrik-pabrik gula bermunculan dari Semarang hingga Cirebon. Hasil produksi yang melimpah membutuhkan transportasi cepat dan efisien. Pedati yang kala itu digunakan tak lagi memadai. Maka, dibangunlah jalur rel yang menghubungkan sentra-sentra produksi dengan pelabuhan dan kota besar.
Dua perusahaan menjadi pelopor hadirnya jaringan kereta api di wilayah ini: Staatssporwegen (SS), perusahaan milik pemerintah kolonial Belanda, serta Samarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) milik swasta. Puncaknya, pada 3 Juni 1912, Staatssporwegen meresmikan jalur Cikampek--Cirebon sepanjang 137 kilometer. Sejak saat itu, Cirebon memiliki stasiun megah yang menjadi saksi perkembangan ekonomi dan transportasi Jawa.
Arsitektur yang Memadukan Lokal dan Art Deco
Bangunan stasiun dirancang oleh arsitek Belanda ternama, Pieter Adriaan Jacobus Moojen. Ia memadukan gaya arsitektur lokal dengan sentuhan art deco. Tampak depannya dibuat simetris dengan bagian tengah lebih menjulang, diapit dua menara kembar yang ikonik. Pada masa kolonial, menara kiri bertuliskan "KAARTJES" untuk loket tiket, sementara menara kanan bertuliskan "BAGAGE" untuk bagasi.
Keindahan arsitektur semakin terasa dengan adanya kaca patri berwarna-warni yang menghiasi jendela di bagian atas. Cahaya matahari yang menembus kaca menciptakan permainan warna alami di siang hari. Sedangkan di malam hari, lampu gantung antik yang masih terpelihara memberikan nuansa romantis sekaligus hangat.
Tak heran bila pada tahun 2010, Stasiun Cirebon Kejaksan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya melalui SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.58/PW.007/MKP/2010. Keputusan ini memastikan bahwa stasiun bersejarah ini akan terus dijaga sebagai bagian dari warisan bangsa.
Stasiun yang Terus Hidup
Meski dibangun lebih dari seabad lalu, fungsi stasiun ini sama sekali tidak berkurang. Setiap harinya, kereta bisnis dan eksekutif dari Jakarta, Yogyakarta, hingga Surabaya lalu lalang membawa ribuan penumpang. Menurut Ayep Hanapi, Manager Humas PT KAI Daop 3 Cirebon, mayoritas perjalanan di stasiun ini memang didominasi oleh kereta kelas menengah ke atas.
Namun, lebih dari sekadar titik perjalanan, stasiun ini menyimpan banyak kisah. Dari pertemuan hangat keluarga yang lama tak bersua, hingga tangisan perpisahan yang penuh haru. Setiap peron, setiap kursi tunggu, seolah menyimpan fragmen cerita yang menjadikan stasiun ini bukan hanya ikon wisata sejarah Cirebon, melainkan juga ruang penuh emosi manusia lintas generasi.
Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi
Bagi Anda yang berkunjung ke Cirebon, singgah sejenak di Stasiun Cirebon Kejaksan bisa menjadi pengalaman tersendiri. Selain fungsinya sebagai pusat transportasi, bangunan ini adalah saksi bisu perjalanan panjang kota yang dijuluki "Kota Udang" tersebut. Menikmati arsitektur kolonial, merasakan atmosfer klasik di ruang tunggu, hingga menyaksikan cahaya matahari menembus kaca patri---semua itu menghadirkan pengalaman wisata sejarah yang tak terlupakan.
Lebih dari seratus tahun berlalu, Stasiun Cirebon Kejaksan tetap kokoh berdiri, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Setiap kedatangan dan keberangkatan kereta di stasiun ini seolah berbisik: bahwa perjalanan bukan hanya soal jarak, tetapi juga soal jejak sejarah yang terus hidup di setiap peron.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI