Mohon tunggu...
jabartourism
jabartourism Mohon Tunggu... Media Informasi

Media Informasi pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif di Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Stasiun Kejaksan Cirebon, Cagar Budaya Warisan Kolonial yang Masih Terjaga hingga Kini

22 September 2025   12:32 Diperbarui: 22 September 2025   12:32 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Kejaksan Cirebon (sumber : pinterest/Atazyaa)

Pagi hari di Kota Cirebon selalu membawa cerita. Dari kejauhan, suara roda kereta yang menghantam rel baja terdengar lirih lalu semakin keras, tanda perjalanan baru saja tiba. Begitu kereta berhenti, suasana pun berubah ramai: penumpang bergegas keluar, sebagian lain menunggu dengan penuh harap, sementara peluit petugas terdengar nyaring memberi aba-aba. Semua itu berlangsung di sebuah bangunan bersejarah yang telah berusia lebih dari seabad---Stasiun Cirebon Kejaksan.

Sebagai salah satu stasiun bersejarah di Jawa Barat, bangunan ini bukan sekadar tempat transit. Ia adalah bagian dari identitas Kota Cirebon, sekaligus menjadi pintu masuk penting bagi wisatawan yang datang untuk menikmati pesona budaya, kuliner, dan wisata sejarah Cirebon. Hingga kini, hampir semua kereta komersial kelas bisnis dan eksekutif selalu berhenti di sini, menjadikannya nadi transportasi yang tak pernah padam.

Jejak Sejarah dari Industri Gula

Kehadiran Stasiun Cirebon Kejaksan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang industri gula di pesisir utara Jawa. Pada awal abad ke-20, pabrik-pabrik gula bermunculan dari Semarang hingga Cirebon. Hasil produksi yang melimpah membutuhkan transportasi cepat dan efisien. Pedati yang kala itu digunakan tak lagi memadai. Maka, dibangunlah jalur rel yang menghubungkan sentra-sentra produksi dengan pelabuhan dan kota besar.

Dua perusahaan menjadi pelopor hadirnya jaringan kereta api di wilayah ini: Staatssporwegen (SS), perusahaan milik pemerintah kolonial Belanda, serta Samarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) milik swasta. Puncaknya, pada 3 Juni 1912, Staatssporwegen meresmikan jalur Cikampek--Cirebon sepanjang 137 kilometer. Sejak saat itu, Cirebon memiliki stasiun megah yang menjadi saksi perkembangan ekonomi dan transportasi Jawa.

Arsitektur yang Memadukan Lokal dan Art Deco

Bangunan stasiun dirancang oleh arsitek Belanda ternama, Pieter Adriaan Jacobus Moojen. Ia memadukan gaya arsitektur lokal dengan sentuhan art deco. Tampak depannya dibuat simetris dengan bagian tengah lebih menjulang, diapit dua menara kembar yang ikonik. Pada masa kolonial, menara kiri bertuliskan "KAARTJES" untuk loket tiket, sementara menara kanan bertuliskan "BAGAGE" untuk bagasi.

Keindahan arsitektur semakin terasa dengan adanya kaca patri berwarna-warni yang menghiasi jendela di bagian atas. Cahaya matahari yang menembus kaca menciptakan permainan warna alami di siang hari. Sedangkan di malam hari, lampu gantung antik yang masih terpelihara memberikan nuansa romantis sekaligus hangat.

Tak heran bila pada tahun 2010, Stasiun Cirebon Kejaksan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya melalui SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.58/PW.007/MKP/2010. Keputusan ini memastikan bahwa stasiun bersejarah ini akan terus dijaga sebagai bagian dari warisan bangsa.

Stasiun yang Terus Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun