Mohon tunggu...
Jabal Nur
Jabal Nur Mohon Tunggu... Administrasi - Tottenham Hotspur

Menulis Jurnal Perjalanan di www.saksara.xyz Kerjasama bareng bisa hubungi pariandopi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jaka dan Pelacur

22 September 2019   15:40 Diperbarui: 22 September 2019   15:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Hati Hati dengan ini.

Katakan saja jika memang kau butuh tubuh yang putih dan semok ini. Tak perlu bohongi persaaanmu, sesungguhnya aku juga menginginkan tubuh itu Jaka. Jangan menghindar dariku Jaka, aku butuh kau mencubuiku malam ini. Biarkanlah malam berdesing hingga petang dan kita tetap berada pada satu pelukan dibawah selimut yang sama. Hanya berukuran dua kali dua. Itu akan menghangatkan tubuh kecilmu Jaka. Cepatlah remas millikku ini.

Suara wanita tinggi putih itu terus meracuni isi kepala Jaka malam ini. Itu kejadian semalam dan Jaka lupa semalam Ia darimana saja. sekejap dirinya menatap langit langit kamar dan meremas kepalanya, pusing. Matanya sekarang menatap keluar jendela. Sedangkan langit suda bergemuruh dengan siang hari. Begitu juga dengan para habitat penghuni bumi. Seluruhnya telah terbakar siang yang terik.

Tak menghiraukan hal tersebut, dirinya bergegas keluar kamar. Hanya bercelana pendek tanpa ada yang menutupi tubuh kurus miliknya. Persetan dengan hal itu, dirinya sudah terbiasa bertelanjang dada, bahkan dirinya seringkali keluar membeli sebatang rokok dengan telanjang dada. Menunjukkan keperjakaan pentil hitam miliknya. Tak ada tegur.

Dering telepon diatas meja terdengar keras hingga keluar kamar. Seseorang yang tak dikenal Jaka menelepon, entah keperluan apa. Jaka tak menghiraukan panggilan tersebut. Sekarang di bibirnya telah bertengger sebatang rokok kretek. Hirup dan dihembus, asap rokok beterbangan keluar jendela dan menyatu bersama udara diluar sana. Jaka masih tak ingat dengan apa yang terjadi padanya semalam. Lupa, entah mengapa dirinya lupa dengan hal itu.

Telepon itu kembali berdering. Dirinya masih saja asik dengan sebatang rokok itu. Mencubuinya hingga terbakar habis. Dering telepon itu cukup lama, pada akhirnya Jaka menyerah dengan deringan itu. diangkatnya juga.

Percakapan terjadi di telepon itu, Jaka dan wanita yang tak sama sekali dikenalinya sedang mengadu kalimat dalam jarak. Katanya wanita itu menginginkannya lagi malam ini. Jaka bingung perihal itu. Kapan ? sejak kapan dirinya dan kedua wanita itu melakukannya. Kini kepalanya ditimpa kebingungan. Pangling dan lupa. Mungkinkah dirinya diracuni oleh wanita tersebut.

Telepon ditutup olehnya. Jaka geram dan pusing dengan perilaku wanita yang menelponnya barusan. Sepertinya dirinya terlalu lelah dan butuh ketenangan sore ini. Persoalan dengan wanita yang tak dikenalinya di telpon menjadi beban, dirinya terbebani oleh hal tersebut.

Jalan, mungkin akan sedikit menenangkan hati dan kepalanya yang sedang risau perijhal itu. Sejak kapan dirinya berhubungan badan dengan wanita itu. Setaunya, semalam dirinya menetap didalam kamar kecil itu. Tak ada wanita didalamnya. Jaka hanya sendiri. Lalu bagaimana bisa wanita tersebut mengatakan hal yang tak diinginkannya. Dirinyapun belum pernah dengan wanita yang meneleponnya barusan.

Bangku bangku tersusun rapi, remaja remaja yang baru saja menjadi mukallaf menjadi pemandangan yang seringkali meresahkan mata Jaka. Bagaimana tidak, mereka berpelukan dan bergandengan tangan didepan umum. Sedang orang orang memandangi hal itu. Sungguh meresahkan mata Jaka tiap kali ke taman ini.

Tak dihiraukan perihal itu, jaka masih apatis mengenai ini. Duduk dan menatap jauh kelangit semesta yang masih berwarna biru, sebentar lagi kemerahan menerkan diujung langit sana. Dirinya berusaha menenangkan pikiran. Walau hatinya masih saja resa. Jika hal tersebut benar benar terjadi padanya. Mungkin sekarang dirinya sudah tida lagi perjaka. Dan Jaka akan menyesali perbuatan itu seumur hidup. Jika perlu dirinya akan mengutuk hidupnya yang sudah mencubu neraka. Ah, siapa juga yang peduli padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun