Mohon tunggu...
Izzatul FikriAl
Izzatul FikriAl Mohon Tunggu... Penerjemah - UIN jkt'19

Tarjamah UIN Jkt'19

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilik Tradisi Sedekah Bumi di Lamongan

2 Desember 2020   15:22 Diperbarui: 2 Desember 2020   15:31 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menilik Tradisi Sedekah Bumi di Lamongan


Islam dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan. Di Indonesia, Islam berkembang dengan pesat juga dengan pengaruh dari budaya-budaya terdahulu. Budaya ini menjadi media untuk menyampaikan ajaran Islam, sehingga masyarakat Indonesia bisa menerima dan memahami Islam dengan cepat.


Dalam budaya Jawa, tentu tidak asing lagi dengan istilah Sedekah Bumi. Sedekah bumi merupakan budaya peninggalan nenek moyang yang dilestarikan hingga saat ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memohon perlindungan agar terhindar dari segala marabahaya. Pada umunya, sedekah bumi diadakan pasca panen. Sedekah bumi juga bisa disebut dengan pesta panen rakyat, karena pada kegiatan ini para warga beramai-ramai membawa hasil panen dan aneka jajanan daerah untuk dibawa ke suatu tempat yang dianggap sakral seperti di lapangan, balai desa, atau bahkan di bawah pohon besar.


Dulu, sedekah bumi di Lamongan masih identik dengan hal-hal yang tidak Islami. Tidak ada ritual doa bersama untuk mendoakan para leluhur yang sudah mendahului. Biasanya ada pagelaran wayang kulit sebagai hiburan, dan pada saat pagelaran ini berlangsung para warga berjoget-joget dan pesta minuman keras. Anehnya lagi pada saat pagelaran wayang, matahari yang semula sedang panas terik tiba-tiba saja berganti menjadi mendung dan tak lama kemudian turun hujan.


Namun, pada saat ini sedekah bumi sudah berganti menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Hal ini sesuai dengan prinsip ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yaitu:

"Melestarikan nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil nilai baru yang lebih baik."
Biasanya para warga menggelar tahlilan dan kirim doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat untuk para leluhur terdahulu. Selain itu juga ada undik-undikan. Undik-undikan adalah meembagikan uang dengan cara dilempar. Uang yang disebar pun bermacam-macam, ada uang koin dan uang kertas mulai dari seribu hingga sepuluh ribu. Setelah itu makanan yang dibawa untuk memeriahkan sedekah bumi tersebut dibagikan kepada masyarakat dalam desa dan luar desa.


Dengan sedekah bumi ini diharapkan masyarakat hidup dengan rukun dan damai. Sedekah bumi ini juga sebagai representasi rasa syukur dari masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Melalui sedekah bumi ini diharapkan hasil panen terus meningkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun