Dalam perjalanan studi di luar negeri, banyak mahasiswa Indonesia menghadapi tantangan adaptasi budaya, akademik, dan sosial. Namun, bagi seorang dosen dan peneliti hidrogeologi ini, tantangan tersebut justru menjadi kesempatan emas untuk belajar membangun jejaring dan kolaborasi yang kuat, baik secara personal maupun profesional. Pada kisah kali ini, kami akan membahas hasil wawancara dan bertukar kisah dengan salah satu dosen inspiratif dari Teknik Geologi UGM, Dr.rer.nat Ir. Doni Prakasa Eka Putra, S.T., M.T., IPM. Beliau merupakan Kepala Program Studi Magister Teknik Geologi UGM. Konsentrasi di bidang geologi beliau berupa geologi air tanah, geologi lingkungan, dan geologi urban. Beliau menempuh Pendidikan S1 dan S2 di Teknik Geologi UGM dan melanjutkan S3 di Jerman, RWTH Aachen. Kami akan mengulas terkait bagaimana Beliau membangun relasi dan networking di dunia internasional khususnya saat studi Doctoral.
Strategi Membangun Networking Sejak Awal
Sejak masa perkuliahan, Beliau memiliki prinsip sederhana: jangan hanya belajar, tapi juga membangun hubungan manusiawi. Beliau tidak hanya fokus pada riset di laboratorium, tetapi juga aktif mengikuti kegiatan sosial departemen, mulai dari olahraga bersama hingga acara santai antar mahasiswa. Di ruang kerja, Beliau sering memulai percakapan ringan dengan rekan-rekan, bahkan membuat kopi untuk mencairkan suasana. "Jangan menunggu orang lain menyapa dulu," ujarnya. "Bangun suasana yang akrab, karena dari obrolan ringan bisa muncul ide besar untuk riset." Dengan cara sederhana itu, Beliau membuka diri untuk berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai negara. Sikap terbuka dan hangat inilah yang membuatnya cepat dikenal dan dihargai di lingkungan akademik Jerman.
Pendekatan Personal dan Profesional
Selain aktif di kegiatan akademik, Beliau juga memperkenalkan budaya Indonesia kepada rekan-rekannya. Setiap minggu, Beliau membawa makanan khas Indonesia ke kampus untuk dinikmati bersama. Cara ini membuat suasana menjadi lebih dekat dan memperkenalkan Indonesia dari sisi yang positif. Bagi Beliau, kolaborasi bukan sekadar kerja sama penelitian, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa saling percaya. Ia selalu berusaha menjawab setiap pertanyaan mahasiswa lain, membantu proyek orang lain tanpa pamrih, dan menunjukkan kemauan untuk bekerja keras. "Bekerjalah bukan untuk dibayar, tapi untuk membuktikan bahwa kamu bisa diandalkan," katanya dengan senyum.
Kiat Sukses Akademik dan Sosial
Upaya Beliau dalam membangun jejaring tidak sia-sia. Para profesor sering datang berkunjung ke ruang kerjanya, tidak hanya karena kecerdasannya, tetapi karena sikapnya yang rendah hati dan terbuka. Ia disukai karena pintar, namun lebih disegani karena berhati baik.
Menurutnya, kecerdasan memang menarik perhatian, tapi kerendahan hati dan keinginan membantu orang lain yang justru membuka pintu kolaborasi. "Kalau kamu pintar tapi tertutup, orang akan segan mendekat. Tapi kalau kamu pintar dan mau berbagi, orang akan datang dengan sendirinya," ujarnya.
Membuka Diri untuk Kolaborasi
Pendekatannya yang seimbang antara formal dan informal terbukti berhasil. Beliau menghadiri hampir semua presentasi mahasiswa lain, bukan karena diwajibkan, tetapi untuk mengenal lebih banyak orang. Akibatnya, saat Beliau melakukan ujian terbuka, banyak mahasiswa Jerman yang hadir sebagai bentuk dukungan. Hal ini menjadi bukti bahwa jejaring yang dibangun dengan ketulusan akan kembali dalam bentuk penghargaan.
Baginya, kolaborasi sejati dimulai dari rasa ingin tahu dan kepedulian. Beliau mengingatkan bahwa banyak mahasiswa Indonesia di luar negeri terlalu nyaman berada dalam kelompok sendiri. "Kalau hanya bergaul dengan sesama orang Indonesia, jaringanmu berhenti di situ. Buka diri, dan tunjukkan bahwa kita bisa beradaptasi," pesannya.