Mohon tunggu...
Izza Lukluul
Izza Lukluul Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

yang paling dalam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Respon Islam Nusantara terhadap Modernisasi

11 April 2020   07:14 Diperbarui: 11 April 2020   15:02 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Modernisasi merupakan proses perubahan sosial kehidupan sesuai dengan zaman. Modernisasi seringkali dikaitkan dengan westernisasi mengingat hampir semua teknologi berasal dari dunia barat. Segala sesuatu pasti membawa dampak baik dan buruk begitu juga dengan modernisasi. Modernisasi membawa kita pada kemajuan berpikir yang lebih cepat melalui teknologi. Namun modernisasi juga mengikis tradisi yang selama ini ada.

Prof. Din Syamsuddin mengatakan proses modernisasi secara perlahan mengikis kebudayaan Nusantara yang bernuansa Islam. Disisi lain Prof. Komaruddin Hidayat mengungkapkan bahwa modernisasi harus dilakukan dan bisa menjadi nilai tambah Indonesia.

Untuk itu diperlukan sebuah benteng untuk melindungi tradisi agar tidak terkikis modernisasi, tapi bukan berarti lantas menutup diri dari modernisasi. Modernisasi harus disikapi secara bijak sesuai dengan kontek dan substansi kebutuhan demi mempertahankan budaya dan tradisi yang ada.

Dalam sebuah studi mengenai Islam Nusantara yang ditulis oleh Khabibi Muhammad Luthfi (2016) yang dikutip dari laman nu.or.id, Abdul Moqsith Ghazali mencoba merumuskan metodologi dalam mengaplikasikan Islam Nusantara sebagai maslahah mursalah, istihsan dan 'urf karena metode ini dipandang relevan.

Islam Nusantara merupakan pemahaman, pengamalan, dan penerapan islam dalam segmen fiqih mu'amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syari'at, dan 'urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara.

Kita tidak bisa mengelakkan kehadiran globalisasi dalam ragam bentuknya telah memberikan dampak yang besar terhadap perubahan dunia. Apa yang disebut sebagai borderless world (dunia tanpa batas) oleh Kenichi Ohmae adalah bayangan dunia baru yang mengaburkan batas-batas wilayah, terutama kebudayaan sebagai penanda identitas paling jelas dari sebuah komunitas masyarakat. Karena itulah, di tengah tantangan globalisasi budaya yang semakin menguat, apalagi pasca maraknya digitalisasi media, di mana informasi dalam bentuk teks ataupun visual dapat diakses secara cepat dan sangat mudah.

Islam Nusantara harus bisa memainkan peran yang signifikan dalam menyaring arus globalisasi budaya. Karena jika tidak, Indonesia akan menjadi Barat atau Timur Tengah. Dalam tradisi Islam Nusantara yang berkembang di pesantren, al-muhafadzatu 'ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah, menjadi benteng sekaligus pegangan dalam menghadapi arus globalisasi dan perubahan dunia baru. 

Prinsip ini sejatinya berakar dari pandangan keislaman ala islam nusantara yang sangat ramah terhadap keragaman budaya lokal. Bahkan gagasan Islam Nusantara sejatinya merepresentasikan pandangan lokalitas keislaman yang dibawa ke panggung dunia sebagai cermin baru keadaban umat Islam dalam mendialogkan ajaran Islam, lokalitas, dan negara. Karena itulah, tidak berlebihan jika Islam Nusantara dicanangkan sebagai role model keislaman dunia, di tengah krisis yang melanda umat Islam akibat tidak mampu mendialogkan ajaran Islam dengan ruang dan waktu yang melingkupinya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Gus Dur bahwa perlu dilakukan dinamisasi dimana dinamisasi ini mencakup dua proses: "penggalakan kembali nilai-nilai hidup lama yang positif, dan penggantian nilai-nilai baru yang dianggap lebih sempurna. 

Bahkan dalam essai yang dikumpulkan dalam bukunya Islamku, Islam Anda, dan Islam Kita (2005), Gus Dur menjelaskan bahwa peradaban tradisional dapat berjumpa dengan peradaban modern dengan tetap mempertahankan keaslianya melalui pertunjukan
seperti contoh tembang tombo ati, merupakan tembang yang dulunya dinyanyikan bersama music gamelan namun karna berkembangnya zaman tembang Tombo Ati juga di modif dengan berbagai macam music tanpa harus menghilangkan makna yang terserat pada tembang tersebut.a

Menurut saya respon Isslam Nusantara terhadap modernisasi adalah dengan berusaha mempertahankan budaya dan tradisi yang mulai hilang dengan adanya modernisasi tapi juga sekaligus berusaha untuk tetap mengikuti perkembangan jaman dengan memfilter segala sesuatu yang masuk dalam tubuh Islam dan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun