"Penak sampeyan nduk kerjo ng kono gajine jutaan''[1] begitulah sebagian sohib saya ngomentari gawean saya kesehariannya . Padahal jika mereka menjalani apa yang saya jalani , belum tentu kalimat tersebut terucap . Kita lebih sering merasa, apa yang kita kerjakan itu tidak lebih enak, tidak lebih baik , dan tidak lebih menguntungkan daripada apa yang dikerjakan orang lain . Satu temen saya selalu mengeluh tiap kali dolan ke rumah saya atau kalau pas ketemu lewat suara. “ Wah mbendino muter - muter Jakarta , jadi orang lapangan njelehi tenan . Sehari bisa muter seratus kilo aku kih. Ha yen gini terus, awakku biso momrot tenan ki ” demikian keluhnya . Kerjaannya memang jadi sopir di satu toko bangunan negeri ini . Karena sering njelajah Jakarta , maka jadilah dia apal Jakarta sampai sak dalan tikus nya . Jadi peta hidup , ngalahin petanya si Dora. Saat kita melihat konco kita nerima gaji diatas tujuh digit kita hanya melihat besaran gajinya. Gak ngliat stressnya dia dikejar target perusahaannya, gak mikir tuntutan gaya hidupnya yang menuntut cost tinggi , gak pernah terungkap pada kita betapa mereka sebenarnya merindukan gaya hidup nyantai , ngematke urip, slonjor di lincak sambil ngopi , nglinthing mbako semprul buat nginang sambil singsut ( weh … po iso yo ??)[2] . Kita hanya dapat 'umuk'nya[3] gaji gedhe saja , tanpa mendengar pontang - pantingnya konsekwensi gaji gedhe itu . Untuk itu mbutgae dan makaryo lah dengan banyak menunduk melihat kondisi sodara kita yang lebih rendah kondisinya. Hidup penuh ketegangan menunggu ganasnya satpol PP dan trantib menertibkan mereka dengan menghancurkan sumber hidup mereka . Kalo banyak ndangak macem bethoro Narodo , kita hanya akan tambah sakit hati menjalani hidup . Kanjeng Nabi pernah bersabda , “ Ketika bertambah besar ( tua ) anak Adam, bertambah besar juga 2 hal . Yakni Cinta dunia dan panjang angan - angan. ” Saya masih inget lagu berjudul tukang prahu , syairnya begini : Aku nduwe dolanan sing lucu Prahu cilik tak kelekne mbanyu Mbesuk gedhe dadi tukang prahu Bayarane satus sewidak ewu[4] Dulu waktu nyanyi lagu ini , mbayangkan 160 ewu itu gedhe . Ha kok sekarang megang 160 ewu sak klemetan wae [5] habis lho. Untungnya waktu nyanyi lagu ini gak ada yang ngamini . Yo wis lah, ndang mbutgae dan makaryo yang bener, jangan korupsi dan jangan lupa disukuri . ^kamus beta ver2011.04 : [1] enak kamu kerja disana gajinya besar [2]melinting tembakau sambil bersiul [3]ngomong gedhe [4]Saya punya mainan yang lucu Perahu kecil kuhanyutkan diair Besok kalau sudah besar jadi tukang perahu Mempunyai gaji seratus enampuluh ribu [5]sekejap saja ps; mbutgae,makaryo,coye(kantonis)=bekerja Jabat erat, Ttd, Gendhuk @ wts-kln-hk-29042011 sudut yang sama disini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI