Akhir-akhir ini marak kaum perempuan menggugat cerai suaminya bukan karena faktor ekonomi. Salah satu alasannya adalah adanya ketidakseimbangan beban peran antara keduanya.
Konsep "male as a second sex" (laki-laki sebagai jenis kelamin kedua) bukanlah sebuah konsep yang umum atau mapan dalam teori gender atau feminisme. Sebaliknya, yang sangat dikenal dan menjadi fondasi utama dalam kajian gender adalah "The Second Sex" (Jenis Kelamin Kedua) yang ditulis oleh Simone de Beauvoir.
Di Indonesia saat ini lagi trend laki-laki menjadi sub ordinat kaum perempuan. Menurut pengakuan beberapa mahasiswi teman-temannya laki-laki cenderung lemah atau kurang inisiatif serta kurang aktif. Di kampus nampak sekali kecenderungan yang aktif dalam berbagai bidang atau kegiatan termasuk dakwah justru dari kaum perempuan.
Mengapa ini terjadi ? Ada beberapa faktor diantaranya adalah pola asuh di era industri terutama sejak tahun 1940 an.
Dulu di jaman Batu kaum laki-laki melakukan "running errands" sedangkan perempuan mengerjakan "chores".
Apa itu running errands ? "Running errands" (atau "do errands") adalah frasa dalam bahasa Inggris yang mengacu pada tindakan menyelesaikan tugas-tugas kecil, seringkali rutin dan bersifat pribadi atau rumah tangga, yang mengharuskan seseorang untuk bepergian ke suatu tempat. Di jaman Batu kaum laki-laki melakukan running errands seperti berburu, mengumpulkan makanan. Sedangkan kaum perempuan melakukan "chires". Â "Chores" adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu pada tugas-tugas rumah tangga rutin atau pekerjaan kecil yang harus dilakukan secara teratur untuk menjaga kebersihan dan keteraturan rumah atau lingkungan pribadi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan di dalam rumah atau di area properti pribadi. Contohnya adalah memasak, membersihkan rumah dan lain-lain.
Di jaman pertanian anak laki-laki dibawa ayahnya ke ladang atau ke sawah. Sementara anak perempuan membantu ibunya menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah.
Nah di era industri anak laki-laki cenderung tidak berminat menjadi nelayan meski luas lautan negara kita lebih luas daripada daratan. Anak laki-laki juga tidak berminat menjadi petani meski terkadang orang tua memiliki lahan pertanian yang luas. Mereka lebih tertarik bekerja di pabrik atau di perusahaan.
Lalu apa yang terjadi ? Anak-anak perempuan masih melakukan "chores" sementara anak laki-laki tidak melakukan "running errands" apalagi "chores".
Disadari atau tidak dalam rumah tangga seringkali yang diberi tugas adalah anak-anak perempuan. Mengerjakan "chores" bahkan juga "running errands". Apa dampaknya ? Anak-anak perempuan masih rajin sementara anak laki-laki sifat rajin mulai terdegradasi. Akibatnya otot anak laki-laki tidak terlatih, tidak biasa bergerak. Imbasnya ternyata pada lemahnya inisiatif untuk memulai sesuatu.
Pesan bagi para orang tua hendaknya memperlakukan anak laki-laki sesuai proporsinya bahkan kalau bisa lebih capek daripada anak perempuan. Karena nantinya laki-laki akan menjadi pemimpin dalam keluarga. Pemimpin rumah tangga adalah tugas dari Allah SWT.