Mohon tunggu...
Mohammad Imam Ghozali Fajar S
Mohammad Imam Ghozali Fajar S Mohon Tunggu... Pelajar Selamanya

Manusia biasa yang berusaha bermanfaat di segala bidang kehidupan. Saya beranggapan bahwa menulis menjadi salah satu aspek untuk saling berbagi pemikiran yang tidak dapat disampaikan melalui tuturan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mozart Effect: Benarkah Mendengarkan Musik Mozart Bisa Meningkatkan Kecerdasan?

27 September 2025   16:11 Diperbarui: 27 September 2025   08:25 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda mendengar istilah Mozart Effect? Fenomena ini sempat populer pada tahun 1990-an dan banyak dipercaya sebagai cara instan untuk menjadi lebih pintar hanya dengan mendengarkan musik klasik, khususnya karya Wolfgang Amadeus Mozart. Tidak sedikit orang tua yang memutarkan musik Mozart kepada anak-anaknya dengan harapan kecerdasan mereka meningkat. Bahkan, produk audio dengan label "Mozart Effect" sempat booming di pasaran.

Namun, apakah benar mendengarkan musik Mozart bisa meningkatkan kecerdasan seseorang? Ataukah hal ini hanya sekadar mitos yang dibesar-besarkan? Artikel ini akan mengulas secara ilmiah tentang apa itu Mozart Effect, bagaimana cara kerjanya, hasil penelitian, serta manfaat musik bagi otak.

Apa Itu Mozart Effect?

Mozart Effect adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan kemampuan kognitif secara sementara setelah mendengarkan musik klasik karya Mozart. Efek ini terutama dikaitkan dengan kemampuan spasial dan penalaran temporal, yaitu kemampuan untuk memvisualisasikan dan memanipulasi bentuk dalam pikiran, seperti ketika mengerjakan puzzle atau memecahkan masalah matematika.

Meskipun begitu, perlu digarisbawahi bahwa efek ini bukanlah peningkatan kecerdasan permanen. Para peneliti menjelaskan bahwa peningkatan hanya terjadi dalam jangka waktu singkat, sekitar 10--15 menit setelah mendengarkan musik.

Sejarah Penelitian Mozart Effect

Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Frances Rauscher, Gordon Shaw, dan Catherine Ky pada tahun 1993 di University of California. Dalam penelitian tersebut, para partisipan diminta mengerjakan tugas mental berupa spatial puzzles atau manipulasi bentuk dalam pikiran.

Sebelum mengerjakan tugas, mereka dipisahkan dalam tiga kondisi berbeda, yakni mendengarkan musik Mozart (Sonata for Two Pianos in D Major, K448) selama 10 menit, mendengarkan musik relaksasi, atau berada dalam keheningan.

Hasilnya cukup mengejutkan. Partisipan yang mendengarkan Mozart mampu menyelesaikan tugas spasial dengan performa lebih baik dibandingkan dua kelompok lainnya. Dari sinilah muncul istilah Mozart Effect dan klaim bahwa musik Mozart dapat meningkatkan kecerdasan.

Namun, penelitian ini hanya menunjukkan efek sementara. Sayangnya, publik kemudian menafsirkannya secara berlebihan hingga muncul mitos bahwa mendengarkan Mozart secara rutin bisa meningkatkan IQ dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun