Entah harus kumulai dari mana untuk mendeskripsikan sosokmu yang tiba-tiba menyapaku malam ini. Sudah kucoba dengan menuliskan bait puisi, tapi ternyata hanya jadi hamburan metafora yang jauh dari indah untuk menggambarkanmu. Aku memang tak pandai menyusun kata.
Akhirnya kuputuskan untuk menuliskan kata-kata sederhana ini. Tak ada maksud lain, aku hanya ingin perasaan yang kurasakan kali ini setidaknya menjadi lebih abadi.
Hmmh, sedang apa hei kau yang disana ? Apa kau juga merasakan hal sama sepertiku ? Ah, dasar bodoh. Mana mungkin. Aku bahkan ragu kau masih mengingatku. Mungkin bagimu aku hanya sebutir pasir masa lalumu, yang bahkan ada atau tiadaknya aku tak akan berpengaruh untukmu. Tapi jika kau membaca tulisan ini (meski sepertinya itu tak mungkin), aku ingin mengatakan kalau aku sekarang sedang merindukanmu. Boleh kan ? Boleh ya !? :) Tak ada hukum yang melarangnya kan ? Setahuku di UUD '45 tak ada.
Memang tak masuk akal kalau aku berharap kau bisa mengingatku dengan tulisan ini. Tapi bukankah manusia memang selalu melakukan hal yang tak masuk akal dari waktu ke waktu ?
Kulihat ada wajahmu di langit malam ini. Sama seperti bintang-bintang. Ada, jelas, indah, tetapi sangat sulit untuk kujamah. Lenganku ini terlalu pendek untuk merengkuhmu, bahkan untuk sekedar menyentuhmu.
Dan sebanyak apapun bintang di sana, langit tetap saja hitam. Tapi aku melihat senyummu merekah di atas, hingga aku betah untuk berlama-lama menikmati angin malam yang menusuk hingga sumsum tulangku.
Apa sekerang ini aku melakukan hal aneh ? Ah, aku tak peduli. Yang jelas, aku menyukai apa yang sedang kulakukan. Kubalas senyummu itu.
Selamat malam, Cahaya !
Aku di sini, kau lihat ?
[Hanya rangkaian kata picisan untukmu yang tersenyum dalam anganku. Di bawah langit penuh bintang, dan pelukan angin malam yang membuatku sedikit menggigil.]