Karena itu kemenangan Charles Leclerc dapat memberi suasana baru. Hall of Fame F1 Journalist, David Tremayne melihat kemenangan Leclerc di seri Belgia akan menjadi awal untuk juara atau podium di seri-seri berikutnya.
Keputusan Ferrari merekrut Leclerc sudah tentu sangat matang dan tepat. Track record Leclerc di ajang balap kelas (sebelumnya) di bawah F1 sangatlah kompetitif. Tahun lalu ia masuk ke F1 pertama kali, direkrut tim Sauber, dan mampu memberikan poin dan posisi untuk timnya.Â
Kepercayaan Ferrari itu ia tunjukkan dengan sangat baik pada F1 musim ini, dengan hasil ia tampil 6 kali podium, dan kini ada di posisi 5 klasemen, dibawah empat seniornya. Ia mampu mengelola tekanan saat bersaing dengan seniornya.Â
Potensi Leclerc ke depan tentu makin menjadi sorotan. Kelebihan pada Leclerc rasanya cukup lengkap. Pertama, ia ada dalam tim scuderia yang selalu berambisi juara. Ia juga sangat harmoni dengan tim, juga dengan Vettel. Ini modal bagi kerjasama dalam tim.
Kedua, Leclerc punya pribadi yang matang. Ia punya kemampuan kontrol yang luar bisa. Meski usianya baru 21 tahun, ia telah siap sebagai public figure. Artinya ia bisa menghadapi tekanan dan tantangan di sirkuit atau di luar sirkuit. Â
Terakhir, Leclerc tampil bak pemuda yang memmesona. Adu balap adalah adu ego, memunculkan kesan jagoan, ambisi dan hasrat mengalahkan lawan. Tampilan Leclerc jauh dari kesan jagoan. Â
Lihatlah saat di podium, ia selalu cool dan tenang, memancarkan seseorang yang biasa saja, bahkan seperti anak yang manis dan lembut.Â
Kesan ini membangun sisi positif kepada dirinya dan ajang F1. Kehidupan pribadinya juga muncul secara positif, tampil keren seperti anak muda umumnya.Â
Nah, wajah cakepnya akan menjadi perhatian khususnya para gadis dan kaum hawa.Â
Malang, 4 September 2019