Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kini, Ramainya Umroh seperti Haji

24 Desember 2014   18:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, hasrat beribadah umroh sangat tinggi. Pada tahun 2014, jumlah visa umroh yang dikeluarkan Kedubes Arab Saudi di Jakarta diperkirakan mencapai sekitar satu juta, meningkat dua kali dibanding tahun 2013 (1).  Jamaah umroh dari Jawa Timur mengontribusi hampir 50 persen dari kuota nasional. Tingginya hasrat ini adalah akibat semakin baiknya kesejahteraan masyarakat, kesadaran beragama, dan serta ketersediaan informasi/infrastuktur/kelembagaan umrah dan haji. Masyarakat mulai memilih umroh karena antrian haji semakin lama, hingga lebih dari 15 tahun. Biaya umroh yang relatif mahal, minimal 1.700 dolar, tidak menjadi penghalang. Animo masyarakat berumroh diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Rute perjalanan umroh dikemas pihak travel semakin bervariasi, mengikuti rute airline. Dari Indonesia, perjalanan umroh bisa sambil langsung ke Jedah atau Madinah, atau berwisata dahulu ke Singapore, Hongkong, Brunei, Abu Dhabi, Turki, Mesir, atau negara Maghribi (Afrika Barat).

Minggu yang lalu (14 hingga 22 Desember 2014), penulis dan istri (serta saudara) pergi umroh, melalui salah satu travel umroh di Malang. Alhamdulillah, ini adalah yang ketiga kalinya penulis bisa hadir di Tanah Suci. Ini adalah gelombang awal jamaah umroh 1436 H, sejak dibuka pada akhir November 2014 oleh pemerintah Arab Saudi.  Jumlah jamaah umroh satu tahun dari luar negeri sekitar 6 juta orang (2). Tulisan ini menguraikan betapa nuansa umroh begitu mirip dengan haji, sejak keberangkatan, selama di Tanah Suci dan kepulangan. Tentu saja ini adalah pengalaman subyektif, juga berdasarkan pengalaman ke Tanah Suci sebelumnya.

Penulis menggunakan airline dengan rute dari Surabaya ke Madinah langsung. Dapat dibayangkan, seluruh penumpang pastinya adalah jamaah umroh. Di Bandara Juanda, penumpang menggunakan seragam batik berwarna-warni sesuai travelnya, ada seragam merah, biru, atau hijau. Jamaah umroh banyak yang berusia lanjut. Dari sebagian yang saya kenal, ini adalah perjalanan pertama kali ke Saudi. Ada juga jamaah dari satu keluarga, terdiri ayah, ibu dan anak-anak bahkan balita. Yang tidak kalah ramai adalah pengantarnya, jumlahnya bisa lima kali lipat jumlah penumpangnya. Itulah sebabnya Bandara Juanda di Terminal Internasional penuh sesak.

Suasana perjalanan di pesawat, suasana haji nampak nyata. Karena semua penumpang orang Indonesia, maka komunikasi ala Indonesia, yang guyup, riuh, hangat, heboh dan ramah muncul, sebagian dalam logat Jawa dan Madura. Di situlah ada tukar-menukar tempat duduk, agar saling berdekatan dengan teman atau keluarga. Juga ada kelucuan perihal menggunakan seat belt, menegakkan kursi, menyimpan tas, cara makan, atau menggunakan toilet. Ini terjadi terutama pada jamaah yang baru pertama kali naik pesawat. Ada juga yang saling selfie dan menggunakan gadget untuk merekam atau memfoto gambar dalam kabin. Itu semua tidak mengurangi kekhusyukan perjalanan ibadah umroh. Jamaah nampak terus berdoa menyambut panggilan Allah, sama dengan suasana haji.

Pada pengalaman umroh sebelumnya, penulis menggunakan rute airline komersial melalui Singapore, Riyadh dan Jeddah. Penumpangnya masih ditemukan berwajah Asia Timur, bule, Timur Tengah atau Asia Selatan. Jumlah penumpang umroh tidak lebih 30 persen dari seluruh penumpang. Suasana dalam pesawat benar-benar sepi dan tidak heboh.

[caption id="attachment_343063" align="aligncenter" width="541" caption="Masjid Nabi, Madinah, dini hari (koleksi pribadi)"][/caption]

Di Tanah Suci, keramaiannya sangat luar biasa. Harapan penulis, dengan mengambil jadwal umroh Desember, akan dapat menikmati suasana sepinya Tanah Suci, sambil menikmati udara sejuk Madinah. Harapan itu tidak sepenuhnya tercapai. Hotel tempat kami menginap berjarak hanya dua puluh meter dari Pintu 17 Masjid Nabi. Hotel ini full booked oleh jamaah Indonesia, dan nampaknya menjadi favorit oleh travel di Indonesia.  Sekali lagi terjadi suasana seperti haji, yakni dalam hal antrian di lift, makan, atau mandi. Semuanya membutuhkan kesabaran dan keikhlasan, menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti merokok di ruang ber-AC, mengambil makan berlebihan, melubernya air di ruang toilet. Pemandangan ini teramati pada saat haji.

[caption id="attachment_343067" align="aligncenter" width="541" caption="Raudhah, dini hari (koleksi pribadi)"]

14193940041843233358
14193940041843233358
[/caption] [caption id="attachment_343065" align="aligncenter" width="541" caption="Makam nabi, dekat Raudhah (koleksi pribadi)"]
14193938291944469306
14193938291944469306
[/caption] Pemandangan di masjid Nabi juga ramai seperti haji. Area Masjid Nabi di sekitar Raudhah selalu penuh sesak oleh jamaah, berwajah Asia Tenggara, Turki, Asia Selatan dan Timur Tengah. Penulis lebih sering memilih shaf bagian depan jauh di sisi kanan (barat) dari Raudhah, untuk memperoleh kekhusyukan. Bahkan penulis bisa mengikuti kuliah/kajian berbahasa Araf, menyaksikan anak-anak mengaji, serta menikmati suguhan buka puasa. Untuk ke Raudhah, penulis memilih dini hari pukul 2.00. [caption id="attachment_343069" align="aligncenter" width="541" caption="Menjelang buka puasa hari Senin, masjid Nabi, Madinah (koleksi pribadi)"]
1419394139614273527
1419394139614273527
[/caption]

Saat umroh di Mekah, pengambilan miqat di Bir Ali atau Ji’rona, suasana juga sangat ramai, tidak berbeda dengan saat haji. Parkir bis penuh, tempat wudhlu juga penuh. Jalanan di sekitar masjid macet oleh bis-bis dan kendaraan pengunjung/jamaah. Jamaah umroh dari Indonesia mendominasi di sekitar masjid. Keramaian ini dimanfaatkan oleh para pedagang yang ikut menjajakan jualannya.

[caption id="attachment_343071" align="aligncenter" width="610" caption="Aliran jamaah dari mataf ke pintu Fadh, masjid Haram (koleksi pribadi)"]

1419394386433105056
1419394386433105056
[/caption] Saat masuk ke Masjid Haram di Mekah, suasana juga penuh jamaah sejak dari pelataran masjid, hingga area thawaf (mataf). Sebagaimana diketahui, masjid sedang direnovasi sehingga sekitar 60 hingga 70 persen area masjid ditutup dari aktivitas jamaah. Sekitar 50 persen bangunan lantai 2 dan 3 dirobohkan untuk dibangun kembali. Bunyi alat mesin bangunan menciptakan harmoni dengan doa jamaah, langkah thawaf, dan lantunan bacaan Quran. Karena aktivitas renovasi ini, pintu masjid yang dibuka hanya di sekitar pelataran Sai (massa) dan pintu Fadh dan Abd Aziz. Ini mengakibatkan kerumunan orang di saat menjelang atau seusai sholat. Seperti biasanya jamaah umroh dari Asia selatan punya kebiasaan duduk nongkrong atau tiduran sambil bercengkerama dengan kawan dan kerabatnya di pelataran di bawah tower Jam. [caption id="attachment_343058" align="aligncenter" width="613" caption="Suasana Thawaf (koleksi pribadi)"]
141939309552348435
141939309552348435
[/caption] Suasana di mataf hampir tidak pernah sepi jamaah, bahkan pada dini hari. Kepadatan ini sama dengan saat haji.  Berdesakan, dorongan, atau himpitan di sekitar Multazam, Maqom Ibrahim, atau Hijir Ismail, adalah hal biasa, kiranya setiap jamaah perlu sabar. Jamaah seluruh dunia adalah bersaudara, sehingga tidak perlu bersitegang dalam suasana berdesakan itu. Beruntung, pemerintah Saudi telah membangun ring thawaf dua lantai untuk memberi alternatif jamaah berthawaf, khususnya yang menggunakan kursi roda. Dari ring thawaf ini, dapat disaksikan intensitas operasional pembangunan masjid. Jamaaf dianjurkan menggunakan masker untuk mencegah debu yang ditimbulkan kegiatan renovasi ini. Area mataf searah Multazam tetap ramai dan padat jamaah sholat thawaf. Petugas Askar tidak berhenti mengingatkan agar jamaah tetap tertib di jalurnya. Menyaksikan orang berebut mencium Hajar Aswad menjadi pemandangan yang unik, saling tarik, sikut, dorong dan lempar. Untuk ke Hajar Aswad ini ada yang antri merapat berdiri (bergantung) dari rukun Yamani, dari pintu Ka’bah, atau menerobos dari lantai mataf. [caption id="attachment_343060" align="aligncenter" width="614" caption="Renovasi lantai 2 dan 3 masjid Haram, Mekah (koleksi pribadi)"]
14193932401337223880
14193932401337223880
[/caption] [caption id="attachment_343061" align="aligncenter" width="615" caption="Pintu Abd Aziz (kanan) dan Abdullah (kiri, bangunan baru) Masjid Haram, Mekah (koleksi pribadi)"]
1419393418297429821
1419393418297429821
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Proyek Masjid haram 2040 (themuslimtimes.org)"]
Proyek Masjid haram 2040 (themuslimtimes.org)
Proyek Masjid haram 2040 (themuslimtimes.org)
[/caption] Pemandangan sekitar Masjid Haram yang direnovasi tidak hanya pengembangan ke arah barat (dalam jangka panjang), tetapi juga istana kerajaan (sebelah timur masjid). Di sini nampak sedang dibangun menara baru. Bukit di mana berdiri istana kerajaan, selama ini menjadi pembatas perluasan masjid. Di sini sering terjadi kepadatan jamaah yang menghubungkan antara pelataran di luar jalur Sai dengan pintu Fadh. Di sini juga, di awal tahun 2014 masih berdiri bangunan akses jalan naik ke lantai dua warna putih, kini sudah dirobohkan. Ada bangunan masjid dengan pintu baru, bernama pintu Abdullah, berdekatan dengan pintu  Abd Aziz. Secara umum, pemerintah Saudi akan menjalankan proyek jangka panjang masjid Haram hingga tahun 2040, dalam rangka menyediakan layanan umroh dan haji lebih baik. Dalam proyek tersebut, disetujui pula berdirinya payung-payung raksasa di sekitar masjid (3), mirip dengan payung di masjid Nabi Madinah. [caption id="attachment_343057" align="aligncenter" width="614" caption="Boarding di bandara KAAIA, Jedah (koleksi pribadi)"]
1419392929654462861
1419392929654462861
[/caption] Ketika pulang ke Tanah Air, di Bandara Jedah, kami ketemu maning dengan jamaah umroh yang sama seperti saat keberangkatan dari Juanda. Kami bersama-sama menunggu boarding di ruang tunggu terminal haji. Kami ternyata juga menggunakan airline yang sama. Saat tiba di Bandara Juanda pun suasana makin heboh, jumlah penjemput memadati bandara. Ini benar-benar khas suasana haji. Penulis mendengar, seorang ibu jamaah menelepon keluarganya menanyakan.. bumbu rawon wis? Mengko yo... sih telung jam maneh teko Dampit...

Lembah Panderman, 23 Desember 2014

Tulisan terkait:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun