Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Diplomasi Perdamaian Perang Ukraina ala Trump yang Sarat Konflik

2 Maret 2025   08:29 Diperbarui: 2 Maret 2025   08:29 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trump Mencemooh Warga Disable / daily star.co.uk

Enam Penyimpangan Diplomasi Trump-Vance: 

1. Koreografi Propaganda MAGA yang Mengintimidasi Korban Perang
Zelensky telah menjadi target pembunuhan Putin berkali-kali. Anak-anak Ukraina diculik, rumah sakit dibom, dan wanita diperkosa. Alih-alih menunjukkan empati, Trump dan Vance menggunakan pertemuan ini untuk menampilkan "maskulinitas" mereka di depan kamera, memojokkan Zelensky, dan mengaitkan dukungan militer AS dengan konsesi wilayah dan sumber daya mineral Ukraina.

2. Retorika Permusuhan di Meja Diplomasi
Diplomasi seharusnya membangun kepercayaan, tetapi pertemuan ini berubah menjadi arena serangan verbal. JD Vance menyebut Zelensky "tidak hormat," memicu respons tajam dari Zelensky yang menyoroti kekejaman Putin. Namun, Trump justru mengalihkan diskusi ke kekuatan militer Ukraina, memaksanya untuk "lebih berterima kasih." 

3. Diplomasi Bully, Bukan Diplomasi Publik yang Matang
Diplomasi sejati dilakukan di balik pintu tertutup, bukan di depan kamera untuk konsumsi politik domestik. Trump bahkan berkata, "Bagus bagi rakyat Amerika untuk melihat ini," seolah mempermainkan penderitaan Ukraina demi citra politiknya sendiri. 

4.  Mengabaikan Kompleksitas Konflik
Trump terus memaksa Zelensky untuk bersyukur atas bantuan AS, mengabaikan kenyataan bahwa Ukraina berjuang melawan invasi brutal Rusia. Perdamaian tidak terjadi hanya karena AS menginginkannya; ia membutuhkan syarat adil dan jaminan keamanan bagi Ukraina. 

5. Perdagangan Perdamaian untuk Keuntungan Ekonomi
Ada indikasi bahwa Trump mengaitkan dukungan militer AS dengan perjanjian sumber daya mineral Ukraina. Ini memperburuk negosiasi, memperlihatkan bahwa bagi Trump, perdamaian hanyalah alat tawar-menawar demi keuntungan pribadi atau nasional. 

6. Mengabaikan Perspektif Mitra Diplomatik
Sepanjang pertemuan, Trump dan Vance memonopoli percakapan. Ketika Zelensky mencoba membantah tuduhan Vance tentang "tur propaganda," Trump memotongnya dengan berkata, "Kamu mempertaruhkan Perang Dunia III." Sikap ini menunjukkan bahwa Trump tidak tertarik pada dialog, hanya pada dominasi.

Kesimpulan

Pertemuan ini adalah potret buram dari diplomasi yang gagal. Alih-alih membangun jalan menuju perdamaian, Trump dan Vance justru memperkeruh suasana dengan retorika agresif, tekanan ekonomi, dan pengabaian atas kompleksitas konflik Ukraina-Rusia. Zelensky pulang tanpa kesepakatan, dan perpecahan diplomatik semakin dalam.

Perdamaian sejati tidak akan lahir dari pertunjukan kekuasaan atau permintaan syukur. Ia tumbuh dari dialog tulus, saling mendengar, dan komitmen bersama untuk mencapai solusi adil. Jika AS benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus mulai dengan memulihkan martabat diplomasi itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun