Itulah sebabnya mengapa Kesultanan Siak tidak eksis lagi hari ini. Dari keterangan beliau juga, diketahui bahwa Sang Sultan hingga akhir hayatnya tidak mempunyai anak.
Setelah turun takhta, Sang Sultan beserta permaisurinya pindah ke Jakarta dan menjabat sebagai penasehat pribadi Presiden Soekarno. Namun menjelang akhir hayatnya, Sang Sultan pun kembali lagi ke Siak sebagai rakyat biasa dengan sederhana hingga akhirnya wafat tahun 1968 di Rumbai, Kota Pekanbaru.
Sang Sultan akhirnya dimakamkan di kawasan Masjid Syahabuddin yang terletak tidak jauh dari Istana Siak dan tepat di tepi Sungai Siak. Meskipun Sang Sultan telah lama wafat, namun semangat Sang Sultan untuk rela berkorban demi kepentingan nusa dan bangsanya akan tetap terus membara serta menjadi panutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Istana Latifah, Tempat Kediaman Sang Sultan
Hanya beberapa langkah dari Istana Siak, terdapat satu lagi bangunan istana yang bentukannya mirip dengan rumah biasa. Itu adalah Istana Latifah atau Istana Peraduan, yang dinamakan berdasarkan permaisuri Sultan Syarif Kasim II.
Berbeda dengan Istana Siak yang digunakan sebagai kantor pemerintahan, Istana Latifah berfungsi sebagai kediaman dan tempat istirahat Sultan bersama keluarganya. Ini juga merupakan mahar pernikahan Sultan bersama permaisurinya Syarifah Latifah.
Bentuk istana ini sangatlah sederhana dan terdiri hanya dari beberapa ruang saja. Di antaranya yaitu ruang tamu dan kamar tidur sang Sultan.
Karena pernah berfungsi sebagai kediaman Sultan, maka Istana Latifah lebih banyak diisi dengan barang-barang pribadi. Seperti perabotan rumah tangga, tempat tidur, hiasan, hingga pakaian permaisuri.
Untuk membantu Kompasianers memahami sejarahnya, di sini juga telah disiapkan berbagai banner yang menjelaskan sejarah dan deskripsi masing-masing barang.