Mohon tunggu...
Iwan Koswadhi
Iwan Koswadhi Mohon Tunggu... Pemerhati Kebijakan Industri dan Perang Dagang

Seorang pembelajar dengan semangat: Rogo, Scribo, Gratias Ago (Aku Bertanya, Aku Menulis, Aku Bersyukur). Pernah bekerja di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Manuver Trump Di Tengah Gencatan Tarif

16 Mei 2025   22:16 Diperbarui: 16 Mei 2025   22:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di Jenewa pekan ini, dunia seolah menarik napas lega. Setelah berbulan-bulan berlangsung eskalasi ketegangan, Amerika Serikat dan China mengumumkan apa yang dengan cepat disebut banyak media sebagai “terobosan besar.”

Tembok tarif yang sebelumnya meroket hingga 145% dan 125% akhirnya diturunkan—setidaknya untuk 90 hari ke depan. Wall Street melonjak. Pasar Asia bersorak. Harga minyak naik di tengah optimisme bahwa krisis ini mungkin akhirnya akan mereda.

Namun, jika Anda mengira pertarungan ini sudah usai, mungkin Anda belum memperhatikan dengan saksama. Jenewa hanyalah panggung sandiwara. Cerita sesungguhnya justru sedang berlangsung jauh di Teluk Persia, di mana Presiden Trump kembali melanjutkan safari diplomatiknya—bukan ke Beijing atau Brussel, melainkan ke Riyadh, Doha, dan Abu Dhabi.

Dimulai pada Selasa, 13 Mei 2025, Presiden Trump melakukan tur ke tiga negara di kawasan Teluk, dimulai dari Arab Saudi, dilanjutkan ke Qatar, dan diakhiri di Uni Emirat Arab. Pernyataan resmi menyebutkan kunjungan ini bertujuan mendorong gencatan senjata di Gaza.

Namun agenda sebenarnya jauh lebih besar. Sumber-sumber yang mengikuti lawatan ini mengungkapkan bahwa pembicaraan juga mencakup strategi pengendalian harga minyak, kesepakatan pertahanan, investasi besar-besaran di bidang kecerdasan buatan, kemitraan di sektor penerbangan, serta—yang paling penting—potensi penyelarasan kebijakan ekspor semikonduktor dan pengembangan program nuklir.

Jangan salah. Perdagangan dengan China adalah topik utama yang tak pernah absen dalam setiap ruang pertemuan mewah yang dihadiri Trump. Dan sementara dunia sibuk menyorot Jenewa, negosiasi sesungguhnya justru sedang berlangsung jauh di Timur Tengah.

Penulis ingin bicara apa adanya. Penurunan tarif selama 90 hari ini tak lebih dari sekadar jeda sementara. Washington menyebutnya sebagai “pengaturan ulang total,” tetapi angka-angkanya berbicara lain. Tarif 30% atas barang China masih sangat memberatkan. Tarif 10% atas ekspor AS ke China tetap menyakitkan. Ini bukanlah perdamaian. Ini hanyalah jeda—manuver yang sudah diperhitungkan dalam perang ekonomi yang jauh dari kata selesai.

Mengapa jeda ini muncul? Karena Trump butuh waktu, bukan hanya untuk mengelola citra politik di dalam negeri, tetapi juga untuk memperkuat aliansi-aliansi strategis di kawasan lain. Dan di mana lagi kalau bukan di pusat kekuatan energi dunia—Riyadh, Doha, dan Abu Dhabi—di mana kepentingan Amerika dalam minyak, keuangan, dan keamanan bertemu dengan eskalasi pertarungan ekonominya melawan China.

Penulis hampir bisa memastikan bahwa di balik pintu-pintu rapat itu, Trump sedang menekan para pemimpin Teluk untuk secara halus menyelaraskan kebijakan ekonomi mereka dengan agenda besar Washington: menahan laju ekspansi China, membatasi akses Beijing ke pasar Teluk, dan menghambat pengaruh China dalam proyek infrastruktur, energi, dan teknologi masa depan.

Jika Anda menganggap pendapat penulis berlebihan, lihat saja rekam jejaknya. Pemerintahan Trump ini telah lama menggunakan aliansi ekonomi sebagai senjata untuk menekan rival-rivalnya. Dari tarif teknologi untuk Eropa hingga pembatasan semikonduktor terhadap Jepang, semua itu merupakan permainan favorit Trump.

Kunjungan Trump ke Arab Saudi pada 13 Mei 2025 tampak menghasilkan kesepakatan ekonomi dan pertahanan yang monumental, yaitu investasi Saudi senilai $600 miliar dan penjualan senjata AS ke Saudi senilai $142 miliar. Sebuah angka yang fantastis. Sekilas ini prestasi “America First” yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun