Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu...

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mantanku Penakluk Macan

24 Februari 2017   01:36 Diperbarui: 25 Februari 2017   04:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalau mateng barangkali mau?" gurauku.

Dia langsung ngakak-ngakak. Tangannya bergerak-gerak kesana-kemari.

"Hati-hati nampar muka Si Tompel!" kataku gugup untuk mengingatkan, karena tangannya hampir menampar macan yang dipanggilnya Tompel.

"Sudah sering kubilang Mantanku Sayang, mereka itu baik-baik dan lucu-lucu. Cobalah lebih terbuka melihat sesuatu dengan kaca mata orang lain! Para pemulung, biar makan di tempat yang tak sehat menurut kita, mereka baik-baik saja. Orang yang biasa tinggal di pinggir rel, biar suara kereta kayak gluduk, mereka bisa tidur nyenyak semalaman."

"Macan dibilang baik dan lucu-lucu. Mereka lebih mengerikan dibanding preman paling kejam sekalipun. Kalau preman masih punya akal dan hati. Biar segalak apapun, mereka masih punya perasaan dan pertimbangan. Kalau macan?"

"Oklah. Kita coba." Selesai memberi sereal dan susu, dia langsung mengajak ke dapur. Di kulkas, ada daging ayam segar. Dia segera memotongnya jadi beberapa bagian. Lalu merebusnya dengan daun pepaya, yang dicampur dengan bumbu instan. Kemudian, dia mencuci kubis, cabe rawit, dan dua buah tomat.

"Biar aku yang menggerus sambelnya."

"Tak usah, tunggu saja dengan manis!"

Diapun membuat sambal terasi yang kelihatan enak, hingga membuat mulutku basah, lidahku berkubang liur kental. Selanjutnya, dia menggoreng ayam, hingga matang keemasan.

"Macannya mau dikasih lalapan?"

Dia tertawa, "Ya enggaklah itu untuk kita," Dia pun segera menyiapkan santap siang di area yang tak jauh dari kandang macan-macannya. Lalu berkata, "Coba perhatikan!" dia melempar sepotong ayam goreng ke tengah kandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun