Mohon tunggu...
Ivan Jeremy
Ivan Jeremy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Suka Mengatakan 'Tidak' dari 'Ya'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biola Berdawai Dua

26 Juni 2014   03:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:53 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ku petik biola berdawai dua,
Saat senja mulai berwarna 'mendua'.
Sayang merdunya tak seindah suara.
Ibarat mahkota tak bersanding tiara.
Sejenak ku pandang biola dua dawai.
Keluh kesah, terus mengintai.
Meski jiwa berpadu rasa telah ku rantai,
Merdunya masih pula terbantai.
Ku mainkan kembali biola berdawai dua.
Kali ini, jiwa dan raga ku rangkai bersua.
Ada hening yang tak pernah tua.
Ada damai yang kian teduh jua.
Denting biola berdawai dua membahana,
Mengisi ruang di tingkap-tingkap nirwana.
Berpadu harmoni yang terpana,
Memberi hidup bagi raga yang fana.
Ku letakkan biola berdawai dua,
pada tempatnya yang seperti gua.
Ada kagum yang mendua,
Akan kisahnya yang tak sempurna.
Sejenak ku mengerti,
Akan arti denting bunyi.
Ibarat raga dan jiwa yang sehati,
Selalu bernyanyi meski hidup serasa sunyi.
Kini ku pahami, kisah dalam biola berdawai dua.
Seperti insan yang tergerus usia,
tumbuh dan menua,
namun tetap hidup tak sia-sia.
Karena apa yang mengenyangkan raga,
belum tentu mengenyangkan jiwa,
dan karena apa yang memuaskan mata,
belum tentu memuaskan dahaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun