Mohon tunggu...
Ivana Prima Rachmawati
Ivana Prima Rachmawati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

writting is a recreation of mind

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tulisan Tangan dan Peradaban Manusia

11 Januari 2014   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Huruf alfabet dan tulisan tentunya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan peradaban manusia di dunia ini. Tulisan merupakan ‘produk’ asli seorang manusia, sebuah bentuk dari buah pemikiran yang coba untuk dikomunikasikan secara pasif pada dunia. Bahkan, tulisan tangan dapat mencerminkan emosi dan tahapan pemikiran si penulis. Oleh karenanya, banyak psikolog mengandalkan tulisan tangan seseorang untuk mencoba memahami sifat maupun kondisi kejiwaan seseorang. Selain itu, sejarah dapat dianalisis dan proses penulisan dapat diceritakan kembali dengan melihat secarik kertas dengan tulisan tangan. Sebagai contoh, kita dapat melihat garis ketegasan, pola pemikiran, dan proses sejarah saat Presiden Soekarno menuliskan teks Proklamasi untuk pertama kalinya. Terlihat bagaimana proses ‘pemindahan kekuasaan’ Indonesia difikirkan, dirumuskan, dan didiskusikan untuk menjadikannya lebih baik dan tidak disalah artikan. Namun, apakah hal tersebut dapat bertahan setelah arus kemajuan teknologi semakin memudahkan manusia untuk menyampaikan pemikirannya dalam tulisan? Hal itu saya sadari ketika tiba-tiba saya harus menulis sesuatu dengan tangan. Setelah sekian lama ‘menulis’ dengan bantuan keyboard atau bahkan hanya memencet-mencet layar sentuh, saya sadar kemampuan saya untuk menulis dengan tangan telah menurun. “Kok jelek sekali ya tulisan saya sekarang?” kata saya dalam hati. Mirip seperti tulisan dokter dalam kertas resep obat. Padahal dulu saya sempat menjadi siswa dengan tulisan terindah waktu SD, bahkan guru saya pun mengijinkan saya untuk menulis dengan tinta ballpoint ketika teman-teman sekelas saya masih menggunakan pensil. Tentunya hal tersebut bukan saya seorang yang mengalami. Anda mungkin juga salah satunya. Kemunduran peradabankah ini? Sejenak saya menyadari bahwa tulisan tangan itu asli, cerminan pikiran dan hati. Ketika tulisan di perangkat lunak membutuhkan berbagai emoticon untuk mengungkapkan perasaan marah, bahagia, bingung, dan lain sebagainya, secarik tulisan tangan pun sekilas dapat ‘terbaca’ bagaimana situasi hati si penulis. Banyak coretan dalam tulisan dapat berarti bingung…tidak tahu…ataupun gugup sehingga banyak kesalahan. Tulisan ungkapan perasaan pun terasa lebih murni. Ungkapan terima kasih dalam tulisan tangan, walaupun hanya dua kata namun mengandung sejuta makna. Ketika seorang tulus dalam mengungkapkan perasaannya, maka tulisan itu akan indah, bersih, dan to the point. Dalam tulisan tangan, tidak ada pura-pura, tidak ada satupun upaya untuk dapat ‘menghapuskan jejak’ perasaan si penulis dengan berbagai tombol, undo, back, delete, maupun backspace. Hanya pensil atau tinta yang bergerak bersama pikiran dan hatimu untuk melukis sebuah kertas. Saya sekilas teringat tulisan Presiden Obama betapa indahnya dan penuh ketulusan hati ketika menulis ‘review’ dari buku yang telah dibacanya bersama putri tercintanya. Apakah pernah terlintas di benak anda bahwa keindahan dan romantisme itu tetap ada dalam peradaban manusia masa mendatang? Akankah anak-anak kita mampu menulis indah, mengungkapkan perasaan lewat tulisan tangan, menyampaikan ketulusan hatinya dengan gambaran tinta dari lima jarinya? Terlebih, generasi muda sekarang sudah sangat jago mengotak-atik huruf elektronik dalam kata-kata yang dianggap lebih gaul dan lucu. Dari sinilah sesungguhnya dapat tercermin luapan hasrat untuk berkreasi dari para kaum muda yang tidak tertampung oleh media elektronik sehingga ancaman pergeseran budaya yang ‘kiyut’ dan ‘unyu’ bermunculan. Sungguh sangat membahayakan dan meresahkan. Jangan salahkan kemajuan teknologi, jangan salahkan kecanggihan mesin-mesin pencetak elektronik. Garis bawah yang perlu kita perhatikan disini adalah upaya untuk mempertahankan dan memperindah khasanah budaya dan peradaban manusia. Menulis dengan tangan adalah budaya manusia yang indah dan harusnya menjadi kebiasaan kita. Bayangkan apabila suatu saat nanti, ketika menulis dengan tangan diatas selembar kertas sudah bukan lagi menjadi budaya, tulisan-tulisan elektronik yang kita ‘simpan’ di awang awang sana tiba-tiba menghilang. Apa yang akan kita wariskan pada peradaban selanjutnya? Hampa. Oleh karena itu, budayakan untuk berkreasi dengan pikiran dan hatimu melalui goresan tangan di atas selembar kertas putihmu. Salam, I.R


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun