Pancasila bukan sekadar dasar negara, tetapi juga kompas moral yang membimbing generasi muda Indonesia menghadapi tantangan globalisasi. Di tengah derasnya arus budaya, teknologi, dan ekonomi dunia, penting bagi pelajar untuk memahami bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat tetap relevan. Hal inilah yang menjadi fokus pembelajaran di SMA Kesatrian 2 Semarang melalui pendekatan Problem Based Learning (PBL).
Materi Berpancasila dalam Kehidupan Global diberikan kepada siswa kelas XII sebagai bagian dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Tujuannya bukan hanya agar siswa hafal sila-sila Pancasila, melainkan juga mampu menganalisis peluang dan tantangan penerapannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, bagaimana menyikapi derasnya budaya populer luar negeri, atau bagaimana memandang keadilan sosial dalam perdagangan internasional.
Dengan pendekatan PBL, siswa diajak untuk aktif mencari solusi dari masalah yang dekat dengan kehidupan mereka. Proses belajar tidak berhenti pada teori, tetapi menuntut siswa berpikir kritis, berdiskusi, hingga menemukan strategi penerapan Pancasila di tengah fenomena globalisasi.
Model pembelajaran PBL di SMA Kesatrian 2 Semarang dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa bekerja dalam kelompok kecil. Mereka diminta menelaah berita terkini yang terkait dengan kekuatan, peluang, kelemahan, dan tantangan Indonesia dalam penerapan nilai-nilai Pancasila di era global. Diskusi ini melatih kerja sama, kemampuan analisis, dan keterampilan mencari sumber informasi yang kredibel.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran dilakukan secara individu melalui refleksi setelah menonton video edukatif bertajuk "Tantangan Pancasila di Era Globalisasi". Siswa diminta menjawab dua pertanyaan penting: pelajaran apa yang mereka dapat dari video, dan langkah nyata apa yang bisa dilakukan sebagai pelajar untuk menjaga nilai-nilai Pancasila. Hasil refleksi kemudian dipresentasikan dan didiskusikan bersama.
Pendekatan PBL ini memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, serta mampu menghubungkan nilai-nilai Pancasila dengan persoalan nyata. Lebih jauh, siswa belajar bahwa globalisasi bukan ancaman jika dihadapi dengan pondasi ideologi yang kuat. Justru, nilai Pancasila dapat menjadi filter sekaligus pedoman dalam menyaring dampak globalisasi.
Pembelajaran Berpancasila dalam Kehidupan Global dengan metode Problem Based Learning di SMA Kesatrian 2 Semarang menjadi contoh nyata inovasi pendidikan. Siswa tidak lagi pasif menerima teori, melainkan aktif membangun pemahaman melalui masalah kontekstual. Dengan cara ini, diharapkan lahir generasi muda yang kritis, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI