Mohon tunggu...
Ita Pamungkas
Ita Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UNS

Menulis dan menggambar di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Melihat Integrasi Sistem Pembayaran Digital ASEAN dari Sisi Konsumen: Kelebihan dan Kekurangan

2 Juni 2023   15:57 Diperbarui: 2 Juni 2023   16:06 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kira-kira sudah 200 tahun sejak dunia ini memasuki era globalisasi, yang mana pada saat itu ditandai dengan meningkatnya perpindahan orang, komoditas, dan modal antar negara. Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor pendorong yang utama. Mungkin orang-orang di masa lalu tidak akan menyangka akan tiba era di mana perpindahan dari satu negara ke negara lain dapat berlangsung dalam beberapa jam saja. Komunikasi yang sebelumnya menggunakan surat yang terbatas secara waktu, atau pun telegram yang terbatas secara substansi, kini menjadi serba instan bahkan dapat menyampaikan rekaman audiovisual dalam hitungan detik. Oleh karena itu, perkembangan juga terjadi dalam proses yang tak terelakkan dalam kegiatan ekonomi manusia yaitu pembayaran.

Apabila dibandingkan dengan teknologi dan bidang lainnya, mungkin proses pembayaran tidak begitu banyak mengalami perubahan. Bank adalah salah satu bentuk sistem yang secara konstan bertahan cukup lama dalam membantu pemindahan dana. Meskipun sistem dan nilai uang terus berubah, pada dasarnya proses yang digunakan tetap melibatkan uang riil. Pada beberapa tempat saja yang menyediakan sistem non-tunai menggunakan kartu. Akan tetapi cara ini semakin menunjukkan kelemahannya dengan berbagai resiko seperti rusaknya alat pemindai, hilangnya kartu, hingga ketidakefisiensian karena harus membawa kartu kemana pun pergi.

Berita baiknya, pada masa kini dimana hampir semua orang telah memegang ponsel pintar, proses pembayaran di dunia nyata dapat dilakukan secara virtual menggunakan kode QR. Di Indonesia sendiri telah menerapkan sistem QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) untuk pembayaran non-tunai. Sistem yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sejak tahun 2020 ini mendukung berbagai dompet elektronik dan mobile banking. Cara penggunaannya pun cukup mudah yang hanya membutuhkan ponsel berkamera, konektivitas data, dan akun pembayaran elektronik. Pengguna hanya perlu menggunakan kamera ponsel untuk memindai kode QR pembayaran yang tersedia di tempat membeli. Kode QR tersebut dapat digunakan untuk berbagai layanan pembayaran elektronik yang telah mendukung.

Sejauh ini, penggunaan QRIS cukup marak di kalangan anak muda terutama milenial dan mahasiswa. Lalu, mulai dari tempat belanja besar seperti mall hingga kantin kampus dan pedagang sate pinggir jalan pun telah melayani pembayaran virtual ini. Tak jarang saking banyaknya pengguna QRIS, pedagang sampai tidak memiliki uang kembalian untuk pembeli yang memakai uang tunai. Akan tetapi setidaknya, efisiensi QRIS memberikan kenyamanan baik bagi penjual dan pembeli yang memanfaatkan layanan tersebut. Mungkin pada waktu yang akan datang, pembeli yang masih bertahan pada sistem tunai akan beranjak menggunakan QRIS juga. Sosialisasi yang mendetail perlu digencarkan lebih luas lagi mengingat kepemilikan akun pembayaran elektronik saja masih menjadi konsep yang asing bagi kalangan tertentu.

Setelah melihat bagaimana QRIS berdampak cukup besar dalam mengubah pola tingkah laku pembeli di Indonesia, bagaimana jadinya ketika sistem itu meluas hingga ke negara lain? Pertanyaan tersebut terjawab pada pertemuan KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo pada tanggal 10-11 Mei 2023. Indonesia beserta pemimpin negara ASEAN lainnya menyepakati sistem pembayaran digital yang saling terhubung untuk memperkuat sektor keuangan dan ekonomi kawasan. Melalui kerja sama ini, maka penduduk Indonesia dapat melakukan transaksi digital secara langsung ketika berada di negara ASEAN lainnya, begitu juga sebaliknya. Kita dapat membayar sesuatu menggunakan rupiah yang akan langsung dikonversikan ke mata uang negara lain tersebut.

Sebenarnya, kerja sama semacam ini telah diterapkan oleh Indonesia dengan Thailand sejak 7 Agustus 2021. Penulis sendiri belum sempat melihat sendiri penerapan kerja sama tersebut. Akan tetapi berdasar cerita teman yang berada di Thailand pada bulan Februari lalu, sudah terlihat penggunaan kode QR di toko-toko. Sayangnya, saat itu ia belum sempat memanfaatkan layanan yang ada karena terlanjur menukarkan banyak uang tunai rupiah ke baht. Mungkin dengan adanya pematangan kerja sama serta meluasnya digitalisasi pembayaran, nantinya kita tidak perlu repot-repot menukar uang tunai terlebih dahulu saat akan ke luar negeri.

Akan tetapi, ketika menggunakan sistem ini tentu saja ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terutama bagi kita sebagai konsumen. Secara kelebihan, digitalisasi pembayaran ini meningkatkan efisiensi baik dari segi keuangan maupun praktik. Dari segi keuangan, kita tidak perlu kehilangan biaya jasa dengan menukarkan uang di layanan money changer. Sementara itu dari segi praktik, kita tidak perlu membawa uang tunai kemana-mana atau pun mengantri menunggu kembalian. Selain itu, dari segi keamanan juga dapat terjamin terutama di daerah yang rawan pencopetan dompet.

Hanya saja, kalau ponsel kita yang dicuri maka resiko yang sama dapat saja terjadi. Oleh karena itu sebagai pengguna, selalu pastikan untuk mengunci ponsel dengan sandi yang kuat dan memasang aplikasi pelacak. Lalu dari sistem pembayaran digital juga sebaiknya menerapkan autentikasi ketat agar PIN tidak mudah diubah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Kekurangan lain yang tidak dapat dipungkiri adalah masalah teknis seperti tidak tersedianya layanan data baik dari pengguna atau pun faktor eksternal seperti cakupan sinyal dan cuaca. Maka dari itu, sebaiknya pengguna tetap menyediakan beberapa uang tunai. Sebab, belum tentu semua penjual menyediakan layanan pembayaran digital. Tak dapat dipungkiri bahwa untuk saat ini, pembayaran tunai masih diterima secara universal.

Terlepas dari kekurangan yang ada, harapannya pengintegrasian sistem pembayaran ini dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di kawasan ASEAN. Dengan begitu, tujuan dari Cetak Biru MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2025 akan dapat tercapai. Beberapa hal yang ingin dicapai dari MEA 2025 adalah integrasi ekonomi yang kohesif dan kompetitif, meningkatkan konektivitas dan kerja sama sektoral, serta ASEAN yang tangguh dan inklusif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun